Find Us On Social Media :

Seperti Apa Taman Bermain Senilai Rp679 M yang Dibangun oleh Seorang Ayah untuk Anaknya yang Berkebutuhan Khusus?

By Agus Surono, Kamis, 31 Agustus 2017 | 17:30 WIB

Intisari-Online.com - Gordon Hartman baru saja mentas dari kolam renang saat liburan keluarga, ketika  putrinya yang berusia 12 tahun, Morgan, menuju ke sekelompok anak yang sedang bermain di air.

Morgan ingin bermain bersama anak-anak itu, namun yang dihadapinya ternyata membuat Hartman tersayat hatinya. Anak-anak itu segera meninggalkan kolam.

Hartman tahu mengapa anak-anak itu menghindar. Mereka tidak tahu harus bagaimana bergaul dengan Morgan yang meski sudah berusia 12 tahun tapi pemahaman kognitifnya masih berusia lima tahun. Selain itu Morgan juga penyandang autisme.

Kejadian itu selalu membayang di pikirannya.

Hartman dan istrinya, Maggie, lalu bertanya kepada orangtua lain apakah ada tempat bermain di mana mereka bisa membawa putri mereka dengan nyaman, begitu juga dengan pengunjung lain nyaman berinteraksi dengan putrinya.

(Baca juga: Keren! Google Maps Sediakan Fitur untuk Penyandang Disabilitas)

Ternyata, "Kami menyadari tempat inklusif semacam itu tidak ada," kata Hartman.

Maka pada 2007 ia memutuskan untuk membangun sendiri taman bermain seperti yang diangankan. Sebagai mantan pengembang properti, dia menjual bisnis pembuatan rumahnya di tahun 2005 untuk mendirikan The Gordon Hartman Family Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang berusaha membantu orang-orang disabilitas.

Kemudian dia mulai menciptakan "taman hiburan khusus disabilitas pertama di dunia".

"Kami mengangankan sebuah taman hiburan tempat setiap orang bisa melakukan segalanya, tempat orang-orang dengan dan tanpa kebutuhan khusus dapat bermain," kata Hartman.

Dia berkonsultasi dengan dokter, terapis, orangtua, dan orang lain dengan dan tanpa kebutuhan khusus untuk membangun taman bermain itu. Ini dibangun di lokasi seluas 25 hektar bekas tambang di San Antonio, Texas.

(Baca juga: Menginspirasi, Ayah Ini Ikut Triathlon dengan Mengajak Serta Putrinya yang Disabilitas)

Taman yang disebut Morgan's Wonderland ini menghabiskan biaya AS$34 juta (sekitar Rp453 miliar) dan dibuka pada tahun 2010. Atraksi termasuk roda Ferris yang dapat dimainkan oleh semua jenis anak, taman bermain petualangan, dan kereta mini.

Pengunjung memuji langkah Hartman itu dan mereka pun berkomentar bahwa ini adalah pertama kalinya mereka bisa mengalami atraksi semacam itu.

Ada juga carousel dengan kereta yang dirancang khusus untuk kursi roda yang naik turun bersama hewan. Namun, Hartman mengungkapkan, Morgan pada awalnya waspada terhadap kereta itu.

"Ketika kami membuka taman itu, dia terlalu takut untuk mencobanya. Dia tidak mengerti mengapa hal itu terjadi dan hewan-hewan itu naik turun," kata Hartman.

Itu terjadi tiga tahun sebelum Morgan menjajal carousel itu.

(Baca juga: Todd Love, Tentara Disabilitas yang Tidak Menyerah)

"Pertama dia akan berdiri di dekatnya, kemudian mendekat ke seekor binatang tapi kita belum menjalankannya. Itu adalah proses yang lamban tapi sekarang dia suka melakukannya. Mengatasi sesuatu yang sangat dia takuti sangat berarti baginya. Hal-hal yang bisa diraih bisa membuat perbedaan besar."

Sejak dibuka, Morgan's Wonderland telah menerima lebih dari satu juta pengunjung dari 67 negara dan dari seluruh 50 negara bagian Amerika Serikat. Sepertiga staf merupakan warga disabilitas dan bebas tiket masuk untuk tamu dengan kondisi tertentu.

"Saya menyadari Morgan adalah salah satu anak yang beruntung karena dia memiliki banyak barang yang dia butuhkan. Saya tidak ingin biaya menjadi penghalang bagi orang lain dengan kebutuhan khusus," kata Hartman.

"Kami buka setiap tahun dan merugi lebih dari AS$1 juta (sekitar Rp13 miliar) yang membuat kami menjalin kerja sama dan melakukan penggalangan dana."

Tahun ini, taman hiburan diperluas dengan dibukanya Pulau Inspirasi Morgan, sebuah taman air yang mudah diakses.

(Baca juga: Yuk, Ngopi di Bitty & Beau’s Coffee, Kedai Kopi yang Pelayannya Adalah Penyandang Disabilitas)

"Sedikit orang yang berkunjung pada bulan Juli karena kursi roda cepat panas sehingga kami memutuskan untuk membuat taman air di sebelahnya," kata Hartman.

Sebagian dari pulau menggunakan air hangat, yang membantu pengunjung dengan masalah otot. Kursi roda bermotor yang tahan air disediakan, yang menggunakan daya udara bertekanan daripada baterai. Ada juga naik perahu sungai yang mudah diakses mereka yang berkebutuhan khusus.

Secara keseluruhan, taman air itu membutuhkan biaya AS$17 juta (sekitar Rp227 miliar).

"Kemarin seorang pria mendatangi saya di Pulau Inspirasi dan hanya memegang tangan saya," kata Hartman.

"Dia menunjuk anak lelakinya, yang berkebutuhan khusus akut dan mulai menangis. Dia bilang dia tidak bisa bermain di air sebelumnya."

(Baca juga: Prayogo dan Hendi, Dua Wisudawan UI Penyandang Disabilitas)

Hartman mengatakan, tiga dari empat pengunjung taman ini adalah orang normal, dan taman itu memiliki pengaruh yang Hartman harapkan sebelumnya.

"Ini membantu orang menyadari bahwa meskipun kita berbeda dalam beberapa hal, sebenarnya kita semua sama," katanya.

"Saya melihat seorang gadis di kursi roda mendatangi gadis lain yang normal, dan mereka mulai bermain bersama. Itu sangat keren."

Hartman tidak berencana untuk membuka taman lagi, meski menerima ratusan surat dan pos el dari orang-orang yang menginginkannya taman itu di daerah mereka sendiri. Sebagai gantinya dia memusatkan perhatian pada penyediaan fasilitas pendidikan bagi remaja dengan kebutuhan khusus di San Antonio.

"Saya tahu ada banyak organisasi yang berbeda yang mencoba membangun sesuatu seperti Morgan's Wonderland di tempat lain dan kami akan terus bekerja dengan mereka," tambahnya.

Dia terus mengajak Morgan bermain di taman hiburan, tempat dia sekarang menjadi selebriti.

"Ketika dia datang ke sini dia adalah seorang selebriti! Banyak orang ingin berbicara dengannya dan memotretnya, dia sangat baik dengan itu," kata Hartman.

Sekarang usia Morgan menginjak 23 tahun dan semakin “tangguh”.

"Dia berbicara lebih banyak sekarang dan sebagian besar masalah fisiknya telah ditangani melalui banyak operasi. Kami sangat bangga dengan apa yang sudah dicapainya selama ini."

Ketika Morgan berkunjung ke taman, dia paling bahagia bermain di ayunan dan di zona pasir, tidak menyadari betapa dia telah membantu orang lain.

"Morgan tahu taman itu dinamai menurut namanya, tapi kurasa dia tidak mengerti bagaimana taman ini mengubah kehidupan," kata Hartman.

"Dia tidak menyadari bagaimana dia berjuang dalam hidupnya telah menjadikannya sebuah inspirasi sejati."