Find Us On Social Media :

Lidah Mertua: Namanya Bikin ‘Risih’, Padahal Manfaatnya Bisa Bikin Udara Bersih

By Ade Sulaeman, Kamis, 24 Agustus 2017 | 15:15 WIB

Sejumlah pengusaha tanaman hias tetap setia membudidayakan sansevieria ini. Benny Tjia, Ph.D., ekportir tanaman hias tropis di Bogor, pernah menjadikannya salah satu komoditi ekspor unggulan ke Amerika Serikat.

Selain itu, Lanny Lingga di bawah naungan Seederama, sebuah perusahaan benih, telah mengekspor sansevieria dalam jumlah banyak ke Jepang pada tahun 2000-an.

Mereka menggunakannya sebagai tanaman hias pot (pot plant) dan juga lansekap.

Jenis yang dibudidayakan secara massal adalah yang berpinggiran kuning tanpa margin, dinamai Laurentii.

Keseluruhan daun lidah  mertua berwarna hijau gelap dengan garis acak warna kelabu. Panjang daunnya ada yang sampai 1 m dan kaku.

Bentuk demikian membuatnya pas untuk tanaman pot plant dan cut foliage (daun potong). Selain awet, lantaran mudah dibiakkan dan cepat tumbuh, lidah mertua merupakan tanaman favorit untuk lansekap sehingga harganya tidak mahal.

Bila tidak menjadi tanaman tren, satu pot yang sudah rumpun hanya Rp 10.000,-. Namun jika dianggap booming, harganya melonjak 5 hingga 7 kalinya.

Menurut Robert Lee Riffle dalam buku The Tropical Look (1998), Sansevieria trifasciata berasal dari kawasan tropis timur laut Afrika Selatan, Mozambique, Zaire, dan Zimbabwe.

Namun pembudidayaan secara komersial dan penemuan varietas unggul dilakukan di Amerika Serikat.

Diantaranya kelompok berdaun panjang Moonshine (berwarna keperakan), Nelsonii (berwarna hijau gelap}, dan Robusta (dengan margin kuning).

Ada juga kelompok daun panjang yang eksklusif misalnya Betel's Sensation yang ditemukan oleh Gustav Bantel dari St. Louis, Missouri, AS, pada tahun 1948.