Advertorial

Songgolangit, Si Kancing Jas Pereda Asam Urat

Moh Habib Asyhad

Editor

Di beberapa tempat daun tumbuhan ini digunakan sebagai obat bermacam penyakit macam konjungtivis, diare, dan disentri. Juga mengatasi luka dan yang berkaitan dengan peradangan.
Di beberapa tempat daun tumbuhan ini digunakan sebagai obat bermacam penyakit macam konjungtivis, diare, dan disentri. Juga mengatasi luka dan yang berkaitan dengan peradangan.

Intisari-Online.com – Namanya lumayan gagah tapi soal bodi, maaf, jauh sate dari tusuknya, alias tidak klop. Songgolangit belum banyak dikenal orang, tapi jasa tanaman ini tak bisa disepelekan.

Dia bisa bikin susut kadar asam urat lo.

Tinggi batangnya cuma 50 cm. Itu pun kalau diluruskan, sebab tubuhnya memang mleyat-mleyot, meliuk-liuk ke sana-kemari.

(Baca juga:Jamblang, Si Ungu yang Kandungan Antioksidannya Tinggi dan Cocok untuk Penderita Kencing Manis)

Meski tubuhnya relatif superpendek, tanaman ini diproklamasikan bernama songgolangit. Songgo artinya menyangga, langit ya langit. Jadi, arti harfiahnya "menyangga langit".

Bagaimana ceritanya bisa dijuluki songgolangit wong sosoknya saja seperti itu? Kisahnya masih gelap.

Namun, yang lebih terang justru nama yang dipilih orang Inggris. Mereka menyebut tanaman ini sebagai coat button, kancing jas.

Sebutanini lebih pas. Sebab, kalau lagi berbunga, bunganya memang mirip kancing jas.

Kelopak putih melingkar dengan jambul mencuat di tengah warna kuning.

Di beberapa daerah si "kancing jas" ini punya nama Iain-lain. Di Jawa, misalnya, ada yang menyebutnya glentang, gobesan, katumpang, londotan, orang-aring, prepes, sidawalah, srunen, dan cemondelan.

Sementara orang Madura mengenalnya sebagai tar sentaran dan toroto.

Namun, nama yang disepakati secara internasional yaitu Tridax procumbens.

Bulu-bulu halus

Songgolangit banyak dijumpai di Afrika Barat dan daerah tropis lainnya, seperti di Indonesia. Daya tahan hidupnya patut diacungi jempol.

Meski nongol hanya sekitar dua bulan di saat musim hujan, ia tidak benar-benar mati. Cuma mati suri.

Pangkal akarnya masih tersimpan di dalam tanah, menunggu turunnya hujan untuk bisa tumbuh lagi.

(Baca juga:Meski Liar, Namun Kersen atau Talok Punya Segudang Manfaat Kesehatan)

Ciri khasnya ditandai dengan adanya bulu-bulu halus di seluruh permukaan daunnya. Saat berbunga, bulu-bulu halus itu juga menempel pada batang bunganya.

Sepintas bentuk bunganya mengingatkan kita pada opium, cuma yang ini berwarna kuning. Bunganya terdiri atas lima mahkota berwarna kuning.

Bila bunga mengalami penyerbukan sempurna, maka akan menghasilkan buah sebelum akhirnya nanti tumbuh menjadi tanaman baru.

Bentuk buahnya sangat khas, berupa butiran kecil-kecil, panjangnya tak kurang dari 0,5 cm dan ringan.

Karena sifatnya itulah songgolangit lebih mudah berkembang biak. Dengan bantuan angin, bibit songgolangit akan cepat tersebar ke berbagai penjuru tempat.

Selain lewat biji, songgolangit bisa beranak-pinak dengan cara yang disebut geragih. Maksudnya, tumbuhan ini akan merebahkan batangnya ke tanah.

Lalu dalam waktu tertentu pada batang yang menyentuh tanah ini akan tumbuh akar. Selanjutnya, ia menjadi tanaman baru.

Itu sebabnya tanaman perdu ini hidup menggerombol. Namun, tak jarang ia tumbuh di sela-sela tanaman bunga di kebun atau tanaman jagung, kedelai, ataupun lombok di tegalan.

Pada tempat yang salah seperti itu ia dicap sebagai tanaman pengganggu. Nasibnya akan merana, sebab tanaman ini mudah dicabut.

Akarnya memang serabut, yang meski banyak, namun tidak "menggigit" tanah.

(Baca juga:Ternyata Kunyit Memiliki Manfaat Bagi Kecantikan!)

Di pedesaan, songgolangit biasa hidup di tanah-tanah lapang dan pinggir-pinggir jalan. Bahkan sering dijumpai hidup merana di pinggir-pinggir jalan bersama rerumputan.

Melihat tempat hidupnya, songgolangit tergolong tanaman yang "tahan banting". Baik di tanah berhumus ataupun tanah gersang, dia akan tumbuh subur.

Sayangnya, begitu dicabut, ia akan cepat layu.

Usir asam urat

Nyatanya, justru saat layu seperti itulah ia tidak dianggap sebagai tanaman pengganggu.

Di beberapa tempat daun tumbuhan ini digunakan sebagai obat bermacam penyakit macam konjungtivis, diare, dan disentri. Juga mengatasi luka dan yang berkaitan dengan peradangan.

Seorang ibu rumah tangga bahkan memperoleh berkah dari tanaman ini berkat suaminya yang sakit rematik.

Sang suami sudah berobat ke berbagai tempat, bahkan sampai luar negeri, tapi rematiknya tidak juga menghilang.

Bahkan, karena sering mengonsumsi obat-obatan pabrik, lambung si suami menjadi korban.

Ketika seorang teman memberi tanaman songgolangit untuk direbus dan diminum airnya, ia pun segera melaksanakannya.

Sebelumnya, berbagai tempat dijelajahi buat berburu songgolangit. Beruntunglah, sebulan kemudian kadar asam urat sang suami turun drastis.

Dari hasil pengujian di Universitas Airlangga (Unair) dan Universitas Widya Mandala, Surabaya, ternyata songgolangit memiliki tiga zat aktif, yakni flavanoid tanin, flavanoid saponin, dan saponin tanin.

Flavanoid tanin bersifat menyejukkan dan menghilangkan rasa nyeri rematik pada tulang dan pinggang; flavanoid tanin bersifat analgesik; saponin tanin berguna sebagai antiradang, antibiotik, peluruh kencing, pereda sakit, dan penurun kadar asam urat.

Penelitian yang dilakukan Dr. Hamzah dan Agus dari Fakultas Farmasi Unair menunjukkan, sebagai analgesik dan antiinflamasi, songgolangit terasa khasiatnya pada konsentrasi 40%, atau 2,2 g berat daun kering.

(Baca juga:Ginseng, ‘Akar Orang’ yang Tidak Hanya Berkhasiat Meningkatkan Gairah Pria)

Oleh si ibu tadi, takaran seberat itu lalu dikemas dalam kantong mirip teh celup. Pada konsentrasi sebesar itu, ternyata liver (hati) masih terlindungi.

Itu terbukti dari turunnya angka SGOT dan SGPT pada pengguna "teh" songgolangit yang sudah mengonsumsinya selama sebulan. Begitu pula dengan ginjal.

Hal itu diperkuat pula dengan penelitian dari dua universitas tadi.

Nah, mulai sekarang jangan anggap remeh songgolangit lagi dong. (Yupiter S.)

(pernah dimuat di Majalah Intisari Februari 2006)

Artikel Terkait