Advertorial

Mulai dari Akar Pepaya Hingga Akar Kelapa, Inilah 5 Akar ‘Sakti’ yang Bisa Bikin para Pria Makin Perkasa

Ade Sulaeman

Editor

Ramuan "akar lima" asal Tanah Rencong ini dipercaya mampu membuat pria semakin perkasa saat berada di atas ranjang.
Ramuan "akar lima" asal Tanah Rencong ini dipercaya mampu membuat pria semakin perkasa saat berada di atas ranjang.

Intisari-Online.com – Sejak tsunami datang Desember 2004 lalu, Banda Aceh dan sekitarnya bak kota duka. Nyaris tak ada cerita ceria tersisa.

Saat itulah penulis teringat naas yang pernah menimpa seorang pria, sebut saja Imron.

Warga asli Tapak Tuan, Aceh, itu bukan korban tsunami, tapi korban impotensi, yang sembuh berkat ramuan tradisional warisan leluhur.

Lo, apa hubungannya tsunami dan impotensi? Sekilas sepertinya tak ada.

Namun, kisah sejati Pak Imron dan ramuan penaik libido warisan Ieluhur itu setidaknya dapat menjadi pemicu semangat bahwa Aceh masih punya banyak hal, selain duka yang tersisa.

Salah satunya, ya ramuan tradisional yang dapat membantu saudara-saudara senusantara yang tengah mengalami kendala dengan kejantanannya itu.

Sebagai lelaki, Pak Imron memang sempat frustrasi. Meski kiamat belum tiba, ia merasa dunianya telah berakhir.

Bayangkan, umurnya baru mencapai kepala tiga, ketika impotensi tiba-tiba menyerang.

Ia bukan hanya merasa rendah diri, tapi sempat juga mengalami depresi, gairah kerja menurun, vitalitas hidup merosot, bahkan lelaki yang sudah berumah tangga selama 10 tahun itu nyaris ingin bunuh diri.

Untunglah mertuanya memberi solusi jitu buat sang menantu. "Mengapa tidak kamu coba ramuan nenek moyang kita? 'Warisan' ini kami pelihara turun-temurun dan khasiatnya telah terbukti. Dengan minum rebusan lima akar tumbuhan ini, kamu akan mendapat tambahan tenaga untuk memulihkan stamina," wasiat sang mertua, yang memiliki banyak anak itu.

Kaya cylindol

Banyak ahli menyebut impotensi sebagai kegagalan mencapai atau mempertahankan kemampuan untuk melakukan hubungan seksual secara sempurna.

Ada juga yang menyebutnya sebagai gangguan ereksi atau kesukaran penetrasi intim oleh laki-laki pada saat melakukan hubungan suami-istri.

Bentuk gejalanya macam-macam, mulai dari yang ringan sampai superberat.

Pengembangan diagnosis yang dilakukan belakangan menunjukkan, 60% lebih gangguan impotensi disebabkan penyakit (organik).

(Baca juga: 5 Cara Sehat Mengontrol Libido, Agar Tak Lekas Loyo)

Setelah itu, biasanya disusul dengan gangguan mental. Penyebab utamanya masalah hormonal dan melibatkan semua penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah dan saraf.

Dalam perjalanannya, gangguan terhadap pembuluh darah itu akhirnya mengganggu juga sistem peredaran darah pada "senjata rahasia" pria.

Hal seperti itulah yang terjadi pada Imron. Makanya, di tengah keputusasaan, setelah berobat kemana-mana tak jua sembuh, ia tak lagi berpikir panjang dan percaya begitu saja saat ditawari ramuan "akar lima" asal Tanah Rencong.

"Sebagai mertua, pasti dia tak bermaksud mencelakakan saya," cetusnya dalam hati.

Apalagi dari seorang teman, ia tahu kalau lima akar itu, masing-masing akar alang-alang (lmperata cylindrica), akar pepaya (Carica papaya), akar pinang (Areca catechu), akar kelapa (Cocos nucifera), dan rimpang jahe (Zingiber officinale) memang menyimpan khasiat antiradang, sebagai tonik, antihipertensi, penguat jantung, perangsang (stimulan), dan penguat lemah syahwat (afrodisiak).

(Baca juga: Benarkah Pasak Bumi Bikin Pria Jadi Perkasa di Atas Ranjang? Sejauh Mana Khasiatnya?)

Alang-alang termasuk tumbuhan obat dari keluarga rumput-rumputan (Gramineae). Dikenal sebagai ilalang, karena sukanya melanglang liar di kawasan tropis dan subtropis Afrika, sebagian India, Asia Tenggara, Australia, bahkan tersebar luas di Amerika Utara sampai Selatan, dan di daerah panas pada garis lintang 450° di Selandia Baru dan Jepang.

Di Filipina, akar alang-alang banyak digunakan untuk mengobati disentri. Sedangkan di Malaysia dimanfaatkan sebagai obat diare dan penyakit kelamin gonorrhoea.

Di Papua dan Papua New Guinea, digunakan sebagai pembersih darah, obat ginjal, dan penghilang gangguan kandung kencing.

Di Brunei, rebusannya dipercaya dapat menurunkan demam (febrifuga).

Matsunaga dan kawan-kawan dalam Journal of Natural Products (1995) menyatakan, akar alang-alang mengandung senyawa eter biphenyl jenis cylindol A dan B.

Senyawa cylindol A memperlihatkan aktivitas antiradang. Ada juga senyawa imperanene yang dapat mencegah pembekuan darah dalam pembuluh darah kelinci.

Serta cylindrene dan graminone B yang berpengaruh mencegah penyempitan pembuluh nadi.

Panjat pinang

Selain alang-alang, akar pepaya juga termasuk dalam anggota "akar lima" Tanah Rencong.

Tanaman pepaya sendiri lama dikenal sebagai penghasil buah yang kaya dengan sumber antioksidan alami, seperti vitamin A dan C.

Akar maupun buah matangnya dapat mengobati wasir. Sementara air rebusan akarnya, jika diminum, dipercaya akan meningkatkan kejantanan kaum Adam, mengurangi pengeluaran urine (oliguria), obat penyakit kontak seksual seperti sifilis, flu, sakit panas, dan sembelit.

Pemakaian setempat pada kulit bermanfaat sebagai obat bisul dan jerawat. Pepaya tersebar luas di daerah tropis dan umumnya dibudidayakan.

Roth dan Lindotf dalam South American Medicinal Plants (2002) menyebut, akar pepaya mengandung senyawa alkaloid karpain, sebagai bahan aktif yang menggerakkan aktivitas jantung, mengurangi tekanan dalam pembuluh darah, mengurangi frekuensi urat nadi, penekan pada sistem saraf pusat, dan peluruh air seni.

Anggota "akar lima" ketiga, akar pinang, pasti juga tak asing lagi. Batang pinang sering digunakan sebagai alat lomba panjat pinang di perayaan hari kemerdekaan RI.

Bijinya yang masih muda maupun masak sering dikunyah sebagai perangsang (stimulan) atau diramu bersama daun sirih, gambir, dan sedikit kapur sirih sehingga hasil kunyahan berwarna merah.

Di sejumlah negara Asia, biji pinang kadang dipakai sebagai obat peluruh cacing, baik pada manusia maupun binatang peliharaan, membersihkan datang bulan atau haid, obat diare, gangguan kencing, serta sakit pinggang.

Tanaman pinang tak jelas asalnya. Kemungkinan besar berasal dari Malaysia Tengah, lalu menyebar ke Asia Selatan dan Asia Tenggara.

Wang dan kawan-kawan dalam Journal of Agricultural and Food Chemistry (1997) menyebut, tanaman pinang, termasuk akarnya, mengandung senyawa alkaloid dengan unsur utama arecoline antara 0,1 - 0,2%, yang banyak terdapat pada biji pinang muda.

Senyawa arecoline bekerja atas dasar susunan saraf pusat dan saraf di sekitarnya, berperan menaikkan denyut jantung, menaikkan penggunaan glukosa pada otak, dan memperbaiki fungsi ingatan pada penderita shock.

Yang keempat, akar kelapa. Masyarakat tepi pantai kerap memakainya untuk mengobati penyakit kelamin.

Di Cina, akarnya dipuji sebagai penciut selaput lendir, obat penahan perdarahan wasir, dan dapat memperbaiki aliran darah pada tubuh.

Di kawasan Indocina, akarnya dipercaya sebagai penurun demam, peluruh kencing pada pengobatan penghentian kelebihan lendir (blennorrhea) akibat penyakit kelamin, obat penyakit liver, dan bronkhitis.

Maurafe dan kawan-kawan dalam Journal Science Food Agricultural (1987) menegaskan, akar kelapa mengandung karbohidrat, protides, lipid, asam lauric, myristic, dan caprylic.

Asam lauric mudah dicerna sebagai sumber energi dan memperlihatkan antimikroba lipid monolourin yang dapat mempertinggi kekebalan tubuh

Minuman Shaolin

Pelengkap tim “akar lima”, jahe, juga tidak asing lagi nama maupun bentuknya. Ia biasa digunakan sebagai bahan minuman dan bumbu penyedap masakan.

Jahe termasuk keluarga temu-temuan, yang diperkirakan berasal dari India.

Sekarang jahe telah dibudidayakan di seluruh lembah tropis. Jahe dapat tumbuh sampai ketinggian 1.500 m di atas permukaan laut, meski kebanyakan terdapat pada dataran rendah dengan curah hujan tertinggi 2.500 - 3.000 mm.

Di Cina, sejak dulu jahe telah menjadi bahan minuman para Shaolin, karena dipercaya dapat memperbaiki stamina tubuh, perangsang (stimulan), memperbaiki sirkulasi darah, dan mengatasi gangguan pencernaan.

Di sejumlah negara Asia, rimpang jahe digunakan sebagai obat memperbanyak keringat (diaforetik), antimuntah, pembersih haid, dan memiliki reputasi baik sebagai penguat syahwat.

Namun, wanita hamil sebaiknya tidak mengonsumsi jahe, karena bisa mengakibatkan keguguran.

Sukamura dan Suga dalam Medicinal And Aromatic 2 (1989) juga menulis, rimpang jahe memiliki unsur utama dengan aroma pedas jenis fenol, yang sifatnya tidak mudah menguap pada senyawa gingerol, shogaol, paradol dan zingerone.

Rimpang jahe segar kering mengandung gingerol sekitar 1 - 2%. Sebagai bahan obat, jahe dapat meredakan kejang (antispasmodik), antiradang, rematik, membantu menurunkan kadar kolesterol darah, menurunkan tekanan darah, dan menyusutkan tumor hati.

Senyawa shogaol dan gingerol memiliki kekuatan untuk mencegah muntah, peluruh getah empedu, dan melindungi hati, terutama menghadapi bahaya keracunan karbon tetraklorida.

Kemampuan itu akhimya dapat memperbaiki fungsi hati, penyakit kuning, batu empedu, menaikkan aliran getah empedu, dan mengatasi gangguan gas dalam perut.

Percaya atau tidak, gabungan kelima akar tadi telah berhasil membuat Pak Imron ngejos lagi. Di usia ke-60, ia hidup bahagia bersama tiga istri dan anak-anaknya nan lucu.

Ia mengaku, kejantanan tak lagi menjadi problem, setelah sering meminum ramuan yang terdiri atas campuran 1 genggam akar alang-alang, 1 genggam akar pepaya, 1 genggam akar pinang, 1 genggam akar kelapa hijau, dan 1 jempol rimpang jahe.

Setelah dicuci bersih, akar-akar itu direbus dalam kendi tanah liat berisi air sebanyak empat gelas atau 1 l. Rebus sampai air tinggal setengahnya.

Tambahkan gula aren atau madu secukupnya, kemudian minum dua kali sehari.

Untuk pengobatan, Imron menyarankan ramuan diminum setiap hari, sampai kondisi betul-betul normal.

Namun, kalau cuma buat menjaga stamina, cukup minum dua hari (pagi dan sore) dalam satu minggu, atau satu hari dalam satu minggu.

Jika tujuannya untuk meningkatkan kesuburan, tambahkan ramuan itu dengan telur bebek dan madu secukupnya, diminum tiga hari berturut-turut menjelang istri selesai haid.

Dijamin lebih jantan? "Insya Allah," tutup Imron. (Samiran dan Ismail, staf Balitbang Botani, LIPI, Bogor)

(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Februari 2005)

Artikel Terkait