Advertorial

Nama-nama Tanaman Ini Mungkin Bikin Anda Tertawa, Tapi Lain Ceritanya Bagi Penderita Asma

Ade Sulaeman

Editor

Intisari-Online.com – Nasib memang tak bisa ditolak. Begitu pula kalau kita diwarisi asma.

Namun, penyakit menurun ini ternyata bisa diatasi dengan cara mudah dan murah, yakni dengan tanaman di sekitar kita. Di antaranya kecubung, teh, patikan kebo, dan putri malu.

Coba bayangkan rasanya diserang gejala sesak napas: napas berbunyi menciut-ciut, batuk kering, atau sesak di dada.

Lebih tersiksa lagi bila kita semakin susah bernapas sampai berkeringat, detak jantung semakin cepat, dan kita mengalami stres berat serta gelisah.

Kita tidak bisa berbaring apalagi tidur, mungkin tak sanggup berbicara. Napas semakin cepat dan bunyinya semakin keras.

Yang paling tersiksa, kalau jumlah oksigen dalam darah menipis hingga menyebabkan cyanosis (diskolorasi kebiruan) wajah.

Bibir dan kulit mungkin menjadi pucat dan berkeringat. Akibatnya bisa sangat fatal. Itulah gradasi siksaan yang meningkat akibat serangan penyakit asma yang semakin berat.

Asma merupakan penyakit yang menyerang akibat tubuh rentan terhadap sesuatu, seperti zat tertentu, serbuk, bulu binatang, uap, bau, makanan, atau obat.

Kuman-kuman di dalam hidung atau tenggorokan mungkin pula menyebabkan kerentanan, yang selanjutnya menimbulkan asma.

Serangan penyakit ini lebih sering terjadi pada penderita yang letih atau sedang mengalami tekanan emosi hebat. Pergantian musim pun sering mendatangkan serangan asma.

(Baca juga: Ceremai, si Masam Bulat Mungil yang Bisa Bikin Kurus dan Juga Bisa Mengusir Asma)

Penyakit ini dapat berkembang secara berangsur-angsur dari gangguan bronkitis. Namun dapat pula secara tiba-tiba terjadi ketika seseorang terpapar zat merangsang.

Penderita mula-mula mengalami perasaan tertekan di dada. Perasaan ini mungkin mereda dalam satu atau dua jam, tapi mungkin pula baru mereda setelah berjam-jam atau berhari-hari berlalu.

Pada akhir serangan penderita bisa tiba-tiba mengeluarkan lendir kental.

Sifat rentan merupakan sifat menurun, sehingga dapat dijumpai dalam seluruh anggota keluarga walaupun dengan intensitas berbeda.

Umpamanya, pada orang tua sifat rentan tersebut berupa urtikaria (bercak lebih merah atau lebih pucat pada kulit yang disertai rasa gatal), sedangkan pada anggota keluarga lainnya eksema, asma, atau bentuk kerentanan lainnya.

Asma yang berkembang sejak anak-anak biasanya disebabkan makanan. Serangan asma yang terjadi pada masa akhir anak-anak (16 tahun), mungkin disebabkan oleh zat atau bahan berbentuk serbuk, umpamanya debu.

Namun jika baru muncul pada usia 45 tahun, sering asma itu akibat penyakit infeksi.

(Baca juga: Jangan Mentang-mentang Menderita Asma Lalu Kita Tidak Berolahraga)

Cukup 1 g sehari

Untuk mengatasi asma, pertama-tama perlu diketahui penyebabnya. Dengan menghindari faktor penyebab tadi asma bisa dicegah.

Sebagai contoh, bila bau sampah menjadi penyebab, pencegahannya jauhilah tempat-tempat sampah.

Sementara jika makanan tertentu yang menjadi penyebab, dengan tidak mengkonsumsi jenis makanan itu serangan asma dapat dihindari.

Demikian pula kalau biang keladinya berupa infeksi pada hidung atau tenggorokan, penyembuhan infeksi akan membantu penanggulangan asma.

Namun, seandainya serangan asma tetap terjadi juga, pengobatan tentu diperlukan. Obatnya bisa yang modern (obat farmasi), bisa pula yang tradisional dengan menggunakan bahan-bahan alami.

Yang tergolong obat modern misalnya adrenalin dalam bentuk suntikan atau semprotan. Dapat pula aminofilin.

Juga tablet efedrina 25 mg yang diberikan setiap empat jam. Sedangkan obat antihistamina dapat meringankan penderitaan asma akibat kerentanan tubuh terhadap sesuatu.

Untuk asma akibat penyempitan saluran pernapasan, obat-obat pelebar saluran pernapasan dapat pula digunakan.

Sementara itu pengobatan secara tradisional bisa dilakukan dengan memanfaatkan tumbuhan.

Beberapa tumbuhan yang berdasarkan penelitian terbukti berkhasiat untuk mengusir asma, di antaranya kecubung, teh, putri malu, dan patikan kebo.

Kecubung (Datura metel L.) merupakan terna tegak. Pangkal batangnya berkayu dan tingginya berkisar 0,5 – 2 m.

Batangnya hijau atau keunguan tua. Bunganya berdiri sendiri dengan tangkai sepanjang 1 - 3 cm. Kelopaknya bertajuk lima. Mahkota bunganya berbentuk corong mirip terompet.

Warnanya putih keunguan. Helaian daunnya berbentuk bulat telur, sering dengan pangkal bersisi tidak sama dan ujung meruncing.

Daun kecil berbentuk rata, sedangkan yang besar melekuk ke dalam. Daun inilah yang berguna sebagai obat asma.

Tumbuhan ini mengandung alkaloid skopolamina, meteloidina, hiosiamina, norhiosiamina, norskopolamina, kuskohigrina, dan nikotina.

Alkaloid-alkaloid tersebut berkhasiat sebagai obat pereda kejang (spasmolitikum).

Dengan demikian dapat meringankan penderitaan asma, karena dapat memperlebar kembali saluran pernapasan yang menyempit sehingga memperlancar pernapasan yang terganggu akibat serangan asma.

Untuk memanfaatkannya sebagai obat, daun kecubung perlu dirajang, seperti halnya daun tembakau, lalu dikeringkan.

Rajangan kering selanjutnya dijadikan bahan rokok.

Karena alkaloid daun kecubung tergolong keras, tiap rokok dibatasi hanya mengandung rajangan daun kecubung tidak lebih dari 1 g.

Tiap hari, penggunaannya pun dibatasi cuma sebatang. Di samping itu penggunaannya harus dalam pengawasan dokter.

Diseduh dan direbus

Cara lain untuk mengatasi penderitaan akibat asma adalah dengan minum teh yang sebenarnya, yakni yang terbuat darii seduhan daun teh (Camellia sinensis).

Daun teh ini mengandung kafeina, adenina, teobromina, teofilina, xantina, zat penyamak, dan minyak atsiri.

Kandungan kafeina, teobromina, dan teofilinanya memiliki khasiat memperlebar pembuluh darah dan saluran pernapasan (vasodilator).

Dengan demikian minum teh bermanfaat untuk meringankan derita akibat asma. Selain itu kandungan kafeinanya juga membantu menyegarkan tubuh.

Putri malu (Mimosa pudica L.) juga bisa digunakan untuk mengobati asma. Tumbuhan ini berumur setahun atau lebih.

Batang bagian bawah kadang-kadang berkayu, dengan rambut-rambut kasar menghadap ke bawah dan duru-duri tersebar.

Daunnya tergolong majemuk ganda dengan anak daun berbentuk elips. Anak-anak daun ini sensitif, jika tersentuh langsung mengatup.

Penyebarannya sangat luas hingga pada ketinggian 1.200 m di atas permukaan laut.

Herbanya (seluruh bagian tumbuhan yang terdapat di atas permukaan tanah) mengandung alkaloid mimosina, glikosida krosetin, ester dimetil krosetin, zat penyamak, saponin, damar, glikosida mimosida, norepinefrina, asam linolenat, asam linoleat, asam oleat, asam stearat, asam palmitat, glikosida flavonoid, fenol, dan asam amino.

Dari banyak senyawa tadi norepinefrina berkhasiat sebagai bronkodilator (melebarkan saluran pernapasan).

Dengan demikian saluran pernapasan yang menciut karena asma, sehingga pernapasan menjadi sesak, dapat dilebarkan kembali. Pernapasan pun menjadi lancar kembali.

Untuk pengobatan ini digunakan herba yang telah dikeringkan. Untuk membuatnya diperlukan 10 g herba putri malu dan 100 ml air.

Cara mengolahnya, herba putri malu direbus selama 15 menit, terhitung sejak air menguap. Hasilnya langsung disaring dan didinginkan.

Hasil rebusan inilah yang diminum sebagai obat. Dosisnya 3 x 1 - 2 sendok makan.

Cara hampir sama juga dipakai bila kita menggunakan bahan patikan kebo (Euphorbia hirta L. atau E. pillulifera L).

Tumbuhan ini merupakan terna tegak atau memanjat. Tingginya 6 - 60 cm. Batangnya berwarna merah atau keunguan dan berambut.

Tumbuhnya jarang mendatar di atas permukaan tanah. Daunnya berhadapan, berbentuk jorong meruncing sampai tumpul dengan tepi bergerigi.

Panjang daunnya 5 - 50 mm dan lebar 2 - 25 mm. Bunganya berwarna merah pucat atau merah kecoklatan, berbentuk bola dengan diameter ± 1 cm.

Senyawa yang terkandung dalam tanaman ini di antaranya alkaloid (0,1%), damar, glikosida, zat penyamak, dan gom.

Alkaloidnya bersifat sebagai antihistaminika yang menghilangkan kerentanan tubuh, sehingga akan mengurangi atau menghilangkan penderitaan asma.

Untuk tujuan pengobatan, gunakan herba patikan kebo yang belum berbunga. Herba tersebut dikeringkan terlebih dahulu sebelum digunakan.

Bahan kering ini ditumbuk hingga menjadi serbuk. Dalam pembuatan, diperlukan serbuk herba sebanyak 15 g dan 100 ml air.

Serbuk direbus selama 15 menit sejak mengeluarkan uap, kira-kira suhunya 90°C. Dalam keadaan panas air rebusan itu disaring hingga diperoleh air rebusannya saja sekitar 75 ml.

Air rebusan inilah yang diminum sebagai obat. Dalam sehari diminum tiga kali, masing-masing 25 ml.

Tingkat keberhasilan penggunaan obat alami memang belum terukur. Yang pasti, tanaman-tanaman tadi bisa membantu mengatasi derita akibat asma, atau setidaknya menguranginya dengan cara mudah dan biayamurah. (Djoko Hargono, peneliti pada Puslitbang Farmasi, Depkes RI)

(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Januari 2000)

Artikel Terkait