Find Us On Social Media :

Pulau Jawa Dekade Pertama Abad 20: Negeri Dongeng dan Rumah Bahagia bagi Penghuninya

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 15 September 2018 | 20:30 WIB

Bunga adalah untuk dipakai di rambut mereka yang panjang, yang dikeramas dengan abu jerami padi dan dibilas dengan air bunga sebelum diberi minyak akar wangi.

Bunga juga ditaburkan di antara pakaian mereka. Motif bunga-bungaan menghiasi pakaian mereka dan ragam hias mereka. Anak-anak meronce bunga tanjung untuk dipakai sebagai kalung. Bunga juga dipakai untuk sesajen.

Baca Juga : Buaya Muara Muncul di Kali Grogol Jakarta, 3 Ekor Ayam Digunakan Untuk memancingnya

Makannya sepersepuluh orang Belanda

Di Tanahabang dan Koningsplein, di bagian yang dihuhi oleh pribumi, ada warung-warung penjual makanan.  Tapi lebih banyak lagi warung-warung yang lebih kecil dan portable. Ada yang mangkal di pinggir kali, sepanjang kanal, di pojok-pojok jalan, di stasiun, di pangkalan sado.

Mereka datang memikul warung berjalannya itu  pagipagi sekali. Lalu dagangannya yang aneka warna dan piring-gelas-botolnya diatur supaya menarik. Mereka menurunkan anglonya dan mulai beroperasi.

Ada yang menjual nasi dengan ikan asin dan sambel, kue hijau yang diberi parutan kelapa berwama putih, pelbagai macam kue manis berwarna-warni mencolok yang disajikan di daun pisang segar yang hijau.

Baca Juga : (Foto) Resmi Disegel Pemprov DKI Jakarta, Ini Kumpulan Foto Bangunan di Pulau Reklamasi D, Mewah Banget! 

Penduduk Jawa sedikit sekali makannya dan tidak mewah. Sebungkus nasi dengan ikan asin dan sambal cukup untuk sendiri. Orang Eropa akan menginsafi betapa rakusnya mereka kalau melihat orang Jawa makan.

Bayangkan, cuma sepersepuluh dari yang kita lahap. Padahal mereka mesti berjalan kaki sepanjang hari dan memikul beban yang berat.

Tampaknya, mereka penggemar makanan manis. Sambil duduk di dingklik, mereka makan dengan nikmat kue-kue berwarna kuning, putih, merah jambu, dan minum sirup. Anak-anak juga boleh makan. Anak-anak tidak dipercaya untuk makan sendiri, tapi disuapi.

Anak yang masih kecil sekali direbahkan di paha, lalu mulutnya dijejali dengan nasi yang dihaluskan bersama pisang. Mau tidak mau, menangis atau tidak, makanan itu mesti ditelan. Kalau si ibu merasa anaknya sudah cukup makan, barulah penjejalan dihentikan.