Find Us On Social Media :

Di Balik Kenikmatan Sushi Ternyata Ada Parasit Ini Yang Perlu Diwaspadai

By Agus Surono, Sabtu, 13 Mei 2017 | 08:00 WIB

Parasit anisakis yang biasa berkembang di ikan mentah bisa berakibat sakit perut.

Intisari-Online.com – Penyakit itu bernama anisakiasis. Pemicunya adalah parasit yang terkandung di dalam ikan atau makanan laut lainnya.

Berita buruknya, seperti yang dikutip dari laporan BMJ Case Reports, penyakit ini tengah berkembang di negara-negara Barat yang mengonsumsi sushi dan bahan mentah lainnya.

(Baca juga: Tuhan Menyediakan yang Terbaik...pada Waktunya)

Penulis menggambarkan soal penyakit itu berdasarkan pengalaman seorang pria berusia 32 tahun yang sebelumnya sehat, kemudian menderita sakit usus bagian atas yang parah, mual, dan demam selama seminggu sebelum akhirnya masuk rumah sakit.

Dr. Joana Carmo, penulis utama dan seorang dokter di departemen gastroenterologi Rumah Sakit Egas Moniz di Lisbon, Portugal, dan rekan penulisnya, mengatakan bahwa pemeriksaan fisik menunjukkan adanya nyeri tekan di perut, sementara hasil lab menunjukkan peningkatan pada darah putih, yang merupakan tanda khas infeksi.

Dalam sebuah wawancara, pria tersebut mengatakan bahwa dia baru saja makan sushi.

Memancing parasit

Dokter lalu melakukan endoskopi gastrointestinal bagian atas. Ini merupakan tindakan berupa pemeriksaan non-bedah pada saluran pencernaan menggunakan tabung fleksibel yang dilengkapi dengan lampu dan kamera di bagian depan.

Dari endoskopi itu terlihat adanya membran usus yang membengkak dengan parasit yang melekat kuat, ujungnya menembus perut.

(Baca juga: Mireya Briceno, Siswa SMA yang Diusir dari Pesta Prom karena Gaun Kelewat Seksi)

Dokter lalu menyingkirkan cacing larva dengan jaring khusus, yakni jaring Roth, sebuah jaring plastik kecil yang biasa digunakan untuk menghilangkan polip dari usus besar serta benda asing lainnya yang ditemukan di saluran pencernaan seperti parasit.

Dari analisis diketahui bahwa cacing tersebut berasal dari genus Anisakis.

"Anisakis bisa menginfeksi salmon, herring, cod, makarel, cumi-cumi, halibut, dan ikan kakap merah," kata Carmo.

Setelah parasit itu dikeluarkan dari ususnya, pria tadi menunjukkan gejala membaik.

"Beberapa dekade yang lalu, dokter tidak mengetahui infeksi ini," kata Carmo.

Kasus pertama infeksi manusia dengan Anisakiasis ditemukan oleh para ilmuwan di Belanda pada tahun 1960-an. Kasus itu terjadi setelah pasien mengkonsumsi ikan herring. Oleh karena itu infeksi tersebut pada awalnya disebut sebagai "penyakit cacing herring."

Sejak saat itu, mulai bermunculan kasus di banyak negara lain, meskipun, khususnya di Jepang karena seringnya masyarakat di sana mengkonsumsi ikan mentah.

Angka tinggi di Jepang dan Spanyol

Miguel Bao, kandidat doktor dalam sistem biologi di University of Aberdeen yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan bahwa di Jepang ada sekitar 2.000 sampai 3.000 kasus anisakiasis yang didiagnosis setiap tahunnya.

Angka itu ternyata masih lebih rendah dibandingkan kasus di Spanyol yang mencapai sekitar 8.000 kasus anisakiasis setiap tahunnya. Penyebabnya adalah konsumsi ikan kecil (anchovy) mentah yang diasinkan.

(Baca juga: 11 Kota di Dunia Ini di Ambang Bencana Bahkan Bisa Saja Hilang)

Meski begitu, Bao menjelaskan bahwa kasus di Spanyol didasarkan pada penilaian risiko. Sementara kasus Jepang didasarkan pada diagnosis yang sebenarnya. Jadi keduanya tak bisa diperbandingkan secara langsung.

Sedangkan Carmo berpendapat bahwa di negara-negara Eropa, gangguan ikan mungkin lebih sering daripada yang diduga. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa anisakis simpleks (spesies yang paling sering dikaitkan dengan infeksi manusia) ditemukan pada 39,4% makarel segar yang diperiksa dari pasar ikan yang berbeda di Granada , Spanyol.

Penelitian lain di Spanyol menemukan bahwa hampir 56% ikan whiting biru yang dijual di lima jaringan supermarket bermasalah, kata Carmo.

Kasus telah mulai muncul di Amerika Serikat, Amerika Selatan, Eropa dan wilayah lain di dunia, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS.

Meskipun CDC tidak melakukan pengawasan terhadap infeksi ini, "Kasus langka telah diidentifikasi di AS," kata juru bicara Amy Rowland.

Bao mengatakan bahwa para ilmuwan umumnya menganggap remeh anisakiasis dan kurang terdiagnosis.

"Ada kebutuhan untuk memperkirakan dan memahami dengan lebih baik beban penyakit di seluruh dunia (terutama di negara-negara yang konsumsi ikan mentah atau kurang matang umum terjadi)," kata Bao.

Infeksi atau penyakit yang sebenarnya terjadi saat nematoda anisakid menyerang dinding perut atau usus, menyebabkan gejala nyeri pada gastrointestinal, mual, dan muntah, menurut CDC. Beberapa orang akan mengalami komplikasi, termasuk pendarahan pencernaan, obstruksi usus dan peritonitis, radang dinding bagian dalam perut.

Setelah terinfeksi, beberapa orang mungkin mengalami respons alergi, termasuk pembengkakan, ruam kulit atau bahkan anafilaksis, yang dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan kehilangan kesadaran. Respon alergi inilah yang bisa mengancam nyawa, kata Bao.

Anisakiasis tidak dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain.

Perlindungan FDA

Meski parasit anisakis bisa hidup sebagai larva selama beberapa minggu di perut manusia, ia akan mati sebelum berkembang menjadi dewasa. Tapi sebelum mati, ia menghasilkan massa yang meradang di kerongkongan, perut atau usus.

Penyakit lambung yang tidak diobati dapat menyebabkan gejala seperti bisul kronis yang berlangsung selama berminggu-minggu sampai berbulan-bulan, kata Bao.

Meskipun pengobatan tidak selalu diperlukan, pengangkatan melalui endoskopi mungkin diperlukan untuk mengurangi gejala. Tidak ada obat spesifik yang mampu membunuh parasit hidup.

"Operasi pengangkatan bisa saja diperlukan," kata Bao.

Ada cara lain untuk menyingkirkan parasit tersebut.

"Beberapa orang mengalami sensasi kesemutan setelah atau saat makan ikan mentah atau setengah matang atau cumi-cumi. Sebenarnya cacing ini bergerak di mulut atau tenggorokan," demikian situs CDC menulis.

(Baca juga: Inilah Beberapa Misteri Otak Manusia yang Belum Terpecahnya)

Dalam kasus tersebut, adalah mungkin untuk mengeluarkan cacing lewat batuk atau membuangnya dengan tangan. Terkadang dengan muntah.

Untuk membantu mengurangi risiko penyakit yang disebabkan oleh makan ikan atau cumi, Badan Obat dan Pengawas Makanan (FDA) AS memiliki program keamanan pangan dan prosedur pengurangan risiko yang diharapkan diikuti oleh para distributor ikan dan cumi.

"Misalnya, pembekuan ikan ke suhu yang sesuai dan untuk durasi yang tepat bisa membunuh parasit," kata Rowland. Uni Eropa mengikuti praktik serupa, menurut Carmo.

Selain menghindari makan ikan mentah, CDC merekomendasikan agar makanan laut dimasak pada temperatur sekitar 63 ° C. Carmo mengatakan pembekuan sampai minus-20 derajat celcius minimal 72 jam juga dapat membunuh parasit.

Beberapa orang tetap saja tak terpengaruh dengan berita itu. Mereka tetap saja makan sushi kesayangan mereka atau kelezatan ikan mentah lainnya.

"Koki sushi yang sudah terlatih bisa mendeteksi larva anisakis," kata Carmo. "Larva itu terlihat di ikan kok."

Waspada tentu saja tetap diutamakan.