Find Us On Social Media :

146 Kali Digigit Ular Berbisa, Graeme Gow Baik-baik Saja. Apa Rahasianya?

By Moh Habib Asyhad, Kamis, 6 April 2017 | 21:30 WIB

146 Kali Dipagut Ular Berbisa, Graeme Gow Baik-baik Saja. Apa Rahasianya?

"Ular ini merupakan puncak lambang kekuatan ... makhluk yang luar biasa. Yang ini sudah sangat mengenal saya. Dia tahu sentuhan saya. Dia tahu saya tidak akan menyakitinya. Tapi saya tetap tidak boleh sembarangan. Harus selalu waspada."

Tingkat kefatalah gigitan ular, menurut Gow, berkaitan dengan kemampuan ular itu untuk mengendalikan jumlah bisa dalam gigitannya. "Banyaknya bisa yang dikeluarkan tergantung tingkat kecemasan ular itu," tekannya.

"Seekor ular yang mematikan dapat menyerang dengan ganasnya tanpa mengeluarkan bisa sama sekali. Atau, mengelugrkannya dalam jumlah sangat sedikit. Tapi bila jiwanya terancam, dia dapat menyemburkan banyak bisa."

Takut pada ular coklat

Gow sering sekali melakukan telaah ilmiah tentang ular, menulis artikel ilmiah, menjadi pembawa acara program TV tentang pengetahuan alam dan hayati, sering dikontrak sebagai pawang ular dalam pembuatan film, termasuk Crocodile Dundee dan Mad Max.

Dia juga menjadi konsultan pemerintah soal gigitan ular, kurator kehormatan tentang reptil untuk Museums and Art Galleries di Northern Territory, dan mitra peneliti dan California Academy of Sciences.

Sementara di Australia ular dianggap sebagai hama dan sejumlah spesies menghadapi kepunahan, Gow malah duduk dalam dewan penasihat yang menegakkan undang-undang perlindungan.

Di samping bersahabat selama 40 tahun dengan makhluk yang oleh banyak orang dianggap menjijikkan, dia juga telah 146 kali merasakan gigitan akibat kurang berhati-hati. Namun, ular tetap dibelanya.

"Setiap kali bukan ular yang salah, tapi merupakan kesalahan atau ketakaburan saya sendiri," simpul Gow. "Justru sifat seperti inilah musuh terburuk kita," tambahnya.

Bahkan beberapa kali ia nyaris terbunuh karena takabur. "Tiga gigitan taipan dalam satu waktu nyaris membawa saya ke kematian," kenangnya. "Taipan mematikan karena bisanya mencegah penggumpalan darah. Tapi herannya darah saya bisa menggumpal ketika saya sudah dalam keadaan lumpuh dan kritis."

Selama ini ilmu kedokteran belum pernah mencatat satu contoh korban gigitan ular yang bertahan hidup begitu ia terserang. Para pakar medis Australia masih mencoba menyelidiki mengapa Gow tetap hidup. Barangkali darahnya bisa memberikan petunjuk penting guna menemukan serum untuk gigitan tersebut.

Yang lebih luar biasa, hanya 6 minggu setelah gigitan taipan yang mengancam jiwanya, Gow disambar salah satu dan ular berbisa terbesar dalam koleksinya yang mematikan.