Find Us On Social Media :

Jika Si Kecil Punya Ciri-ciri Seperti Ini, Waspadalah, Mungkin Ia Menjadi Korban Pedofilia

By Moh Habib Asyhad, Jumat, 17 Maret 2017 | 07:20 WIB

Pedofilia (1): Dalam Mitologi Yunani Sudah Ada Cerita Tentang Pedofilia

Intisari-Online.com - Terbongkarnya jaringan pedofil di Facebook “Official Candy’s Group” tidak menjamin bahwa bahaya pedofilia di Indonesia berakhir. Ingat, ada lebih dari 7.000 anggota di grup itu, sementara baru empat tersangka yang tertangkap polisi.

Artinya, pelaku pedofilia masih bergentayangan di mana-mana.

(Ingin Beli Smartphone yang Paling Pas Buat Kamu? Simak Panduan Ini)

Oleh sebab itu, para orangtua harus tetap waspada dan selalu menjaga anak-anaknya agar terhindar dari jala penebar virus pedofilia. Yang kemudian menjadi persoalan adalah bagaimana mencirikan jika si anak pernah menjadi korban pedofilia?

Terjadi perubahan perilaku seksual

Semakin hal ini terlihat pada anak-anak, semakin tinggi kemungkinan hal itu berkaitan dengan penganiayaan seksual. “Salah satunya keinginan mendadak untuk menyentuh tubuh mereka, menyentuh tubuh anak-anak lain atau bahkan orang dewasa, ingin orangtuanya menyentuh mereka,” ungkap Karel R. Amaranth, direktur pelaksana J.E. and Z.B. Butler Child Advocacy Center di The Children's Hospital at Montefiore Medical Center, New York.

Hal ini sering kali dilakukan sebagai dorongan untuk menormalisasikan perilaku yang mereka alami dengan si penganiaya. Kadang-kadang hal ini juga merupakan tanda ketika anak dipertontonkan pada pornografi.

Terjadi perubahan rasa takut secara tiba-tiba 

Termasuk takut berada di sekitar orang tertentu, atau takut menghadiri aktivitas yang biasanya mereka sukai. Yang juga perlu diingat, bahwa anak sering kali sangat melindungi si penganiaya. Sehingga, kadang-kadang anak akan mencoba menyembunyikan identitas mereka, khususnya jika kita bertanya mengenai hal itu. 

Perubahan mendadak pada kepribadiannya

Misalnya, dari yang biasanya sangat tenang menjadi sangat agresif. Dari yang biasanya terbuka menjadi sangat pendiam dan menarik diri.

Kerap mengekspresikan kemarahan dan agresi pada anak yang lain

Pada anak-anak yang masih kecil, hal ini terlihat ketika ia sedang bermain dengan mainannya, atau teman mainnya, dan kadang-kadang membuat mereka menjadi korban bully. Pada anak-anak yang lebih besar, kemarahan dapat diwujudkan dengan menyalahgunakan obat-obatan terlarang atau alkohol.

(Polda Metro Jaya Berhasil Bongkar Jaringan Pedofil di Facebook yang Anggotanya Mencapai 7 Ribuan)

Kebiasaan tidur yang berubah

Seperti tidur lebih lama daripada biasanya, atau kesulitan tidur. "Anak-anak mungkin juga jadi terobsesi dengan kerahasiaan atau privasi, contohnya mengunci pintu kamar tidurnya,” kata Donna Fielder, PhD, assistant professor dan pekerja sosial di LaSalle University, Pennsylvania.

Terobesi dengan api

“Ada koneksi antara ketertarikan dengan api dan penganiayaan, kemungkinan berkaitan dengan anak yang diseksualisasikan secara berlebihan akibat penganiayaan,” ujar Donna. Pada anak-anak yang masih kecil, ketertarikan pada api diwujudkan dengan gambar-gambar api, atau gambar-gambar yang menggunakan banyak warna merah.

Menggambar hal-hal aneh

Gambar anak-anak terkadang banyak menunjukkan tanda-tanda penganiayaan dan depresi yang menjadi akibatnya, jika gambar-gambar itu menunjukkan mereka yang seolah tak berarti dengan kehadiran orang-orang yang berkuasa.

Terjadi perubahan dalam kebiasaan makan

Seperti makan berlebihan atau malah berkurang. Remaja perempuan yang mengalami penganiayaan seksual berulang-ulang bisa menjadi anoreksia, atau menjadi gemuk, karena berharap mereka menjadi tidak menarik bagi penganiayanya.

Ada bukti fisik kekerasan seksual

Cari tahu apakah ada tanda-tanda fisik dari penganiayaan seksual, seperti penis yang tidak biasa, atau ada cairan vagina, rasa nyeri di area kelamin, memar di tubuh, atau luka yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya, tanda-tanda pada tubuh, selalu ingin buang air kecil, atau justru sulit berkemih.

Lebih dari itu, perubahan signifikan apa pun dalam perilaku akan tampak tidak normal. Misalnya perubahan kepribadian, perilaku, kebiasaan, apa yang disuka dan tidak disuka, dan khususnya perubahan sikap terhadap sesuatu yang biasanya disukai anak, misalnya olahraga, menari, atau apa pun.