Intisari-Online.com – Banyak pelecehan seksual yang dilakukan terhadap anak-anak di bawah umur. Bagaimana kita sebagai orangtua menyikapinya? Mari kita simak tulisan Kenali Predator Seksual di Sekitar Kita pernah dimuat di Intisari edisi Juni 2014.
--
Menanggapi kasus yang sedang marak sekarang ini, Asti pun menjelaskan kepada anaknya meski masih balita. Dengan bahasa yang dimengerti oleh si anak, Asti menjelaskan arti keluarga, teman, sahabat, tetangga, termasuk orang yang baru dikenal oleh si anak. Setiap kali pulang sekolah ia juga menggali cerita dari si anak apa saja yang dilakukan di sekolah, ada kejadian apa saja di sekolah, dst.
“Aku coba jelaskan kepada Amirah, bahwa ia hanya boleh dipeluk oleh orang-orang dalam keluarga, itu pun dengan sepengetahuan aku,” jelas Asti, ibu rumah tangga berbadan mungil ini. Kepada orang yang baru dikenalnya, si anak hanya diperbolehkan memberikan senyum, bila perlu diam saja.
“Untungnya Amirah punya sikap, ia tidak mudah menerima orang lain. Apalagi bersalaman dengan orang yang belum mandi,” tawa Asti. Anaknya langsung merespons ketika Asti mengatakan bahwa di luaran ada orang jahat, “Aku teriak ya Mimiw, aku tendang kalau ada orang jahat, sambil teriak aku lariii ….”
Dari pengalaman kedua ibu di atas, kita tahu bahwa yang terpenting bagi para orangtua adalah memberi landasan bagi perlindungan diri si anak. Caranya adalah dengan menjelaskan secara terbuka cara-cara, sebab dan akibat, dengan terus-menerus sesuai tingkat pemahaman anak-anak.
Anak pun perlu diajar untuk melaporkan kepada ibu atau pengasuh atau keluarga terdekatnya jika ada orang yang menyentuh alat kelaminnya, menyuruhnya menjaga rahasia, ingin mengganti pakaiannya padahal pakaian anak itu tidak kotor atau basah, meminta anak menyentuhnya, atau mengajaknya masuk ke kamar mandi padahal si anak sedang tidak ingin buang air. Meskipun si anak mengenal pelaku, dia tetap harus bisa menolak. Bekal pemahaman dari orangtua harus lebih kuat daripada tawaran atau iming-iming dari orang lain.
Kenalkan Bagian Tubuh dengan Nama Sebenarnya
“Orangtua sebaiknya tidak lagi menganggap pendidikan seksualitas untuk anak sebagai suatu hal yang tabu atau porno. Mulailah bersikap lebih terbuka, santai, dalam memberikan pendidikan seks kepada anak. Termasuk mengajarkan anak untuk melindungi diri dari kekerasan seksual,” jelas Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi., psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia.
Orangtua perlu mengajarkan pada anak pengenalan anggota tubuhnya termasuk nama alat kelaminnya. Gunakan nama sebenarnya, bukan nama kiasan, agar anak tidak bingung. Penis untuk alat kelamin anak laki-laki, dan vagina untuk perempuan. Anak-anak boleh saja menggunakan nama lain untuk menyebutnya, tapi mereka tetap harus tahu nama sebenarnya. Berikan pesan kepada anak bahwa dua nama tadi tidak boleh sembarang diucapkan atau diucapkan keras-keras atau dijadikan bahan bercandaan, karena itu menyangkut bagian tubuh yang sangat pribadi.
Anak wajib diberi pemahaman tentang bagian tubuh pribadi, yaitu mulai bawah leher sampai lutut, hanya boleh disentuh atau dilihat oleh diri sendiri, orangtua terutama ibu, dan dokter yang ditemani oleh orangtua. Di luar itu, jika ada orang lain yang memaksa, membujuk, hingga mengancam, ingin melihat atau menyentuh bagian itu, ajarkan anak-anak agar berani menolak. Ajarkan anak untuk berteriak minta tolong bila terpaksa, kemudian lari, atau membela diri dengan aksi fisik sebisa mungkin. Tekankan pula pada anak-anak bahwa mereka harus menceritakan apa yang terjadi, tidak perlu takut untuk bercerita kepada orangtua.
Pendidikan seks tidak bisa hanya dilakukan sekali, tapi perlu diulang dalam setiap kesempatan. Ketika menonton film, misalnya, ketika tiba-tiba terdapat adegan mesra. Pun bisa dilakukan ketika sambil memandikan anak. Dalam setiap tahapan usia, anak juga mengalami hal yang berbeda. Ketika anak berumur balita tentunya berbeda ketika ia mulai memasuki usia pubertas.
“Hal-hal seperti tadi, saya terapkan juga pada anak-anak di rumah. Intinya adalah menjalin komunikasi yang hangat, terbuka, dan rutin, sehingga anak nyaman berbicara tentang apa saja kepada orangtua,” tutup Vera.
Lihat Perubahan pada Anak
Tanyakan lebih lanjut bila anak kini bersembunyi tiap kali melihat orang yang sebelumnya cukup dekat dengannya.
Apakah anak jadi enggan masuk ke toilet, mengeluhkan sakit pada alat kelaminnya, atau menolak untuk digendong dengan alasan sakit meski ia tidak dapat menyebutkan bagian tubuh yang sakit?
Tanyakan lebih lanjut bila anak menghindari tempat-tempat tertentu yang sebelumnya ia sukai.
Cari tahu penyebabnya bila anak yang tadinya ceria namun kini rewel, gelisah, dan mudah menangis, apalagi bila hal itu muncul saat berhadapan dengan orang tertentu yang sebelumnya cukup akrab dengannya.
Kenali Predator Seksual di Sekitar Kita
Memang sulit untuk mengenali sosok predator seksual di sekitar kita. Meski begitu, tetap saja ada beberapa cara untuk menandainya. Psikolog Dr. Leigh M. Bakerd dalam Protecting Your Children from Sexual Predators menyebutkan ada beberapa karakteristik yang kerap melekat pada predator seksual anak-anak. Demikian juga American Psychological Association (APA) menyatakan bahwa predator seksual biasanya mempunyai ciri-ciri tertentu. Berikut adalah tanda-tandanya.