Find Us On Social Media :

Mari Abaikan Patung Macan Cisewu yang Buruk Rupa Itu, Beralihlah ke Nasib Macan yang Sebenarnya

By Moh. Habib Asyhad, Rabu, 15 Maret 2017 | 19:00 WIB

Patung macan Cisewu yang jadi perbincangan warga internet

Intisari-Online.com - Patung macan di Koramil Cisewu, Garut, sedang ramai diperbincangkan jagat media sosial. Bukan karena kegarangannya, melainkan karena wujudnya yang buruk rupa dan terlihat “konyol”—kini patung itu sudah dirobohkan oleh penghuni tangsi yang memunggungi patung itu.

(Ingin Beli Smartphone yang Paling Pas Buat Kamu? Simak Panduan Ini)

Tapi kita tidak akan berbicara tentang patung macan Cisewu yang entah siapa perancangnya itu. Ada yang lebih layak kita dibicarakan: nasib macan itu sendiri, yang saat ini terancam keberadaannya.

Pada 2014, menurut data TRAFFIC, diyakini ada sekitar 3.200 macan atau harimau liar yang berhabitat di Asia. 2.500 di antaranya berada di usia produktif berkembangbiak.

Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), harimau digolongkan sebagai hewan yang terancam punah. Perburuan dan hilangnya habitat menjadi dua penyebab utamanya.

Ada enam subspesies harimau yang dicatat oleh IUCN: harimau indocina, harimau benggala, harimau tiongkok, harimau siberia, harimau sumatera, dan harimau malaya. Tiga nama terakhir masuk kategori yang terancam punah.

Sesuai dengan nama-nama subspesiesnya, kita bisa menjumpai harimau-harimau itu di Bangladesh, Bhutan, Kamboja, China, India, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Rusia, Thailand, dan Vietnam.

(Ada Rencana Besar Membangkitkan Kembali Harimau Kaspia dari Kematian)

Sementara subspesies harimau yang sudah punah meliputi harimau bali, harimau kaspia, dan harimau jawa.

Hilangnya habitat

Seperti sudah disinggung di awal, perburuan menjadi salah satu ancaman punahnya si raja hutan. Lebih-lebih karena banyak permintaan terhadap produk-produk yang teruat dari bagian tubuh harimau. Seperti tulang-tulangnya yang digunakan untuk obat tradisional, kulitnya yang hangat, gigi dan kuku yang digunakan untuk dekorasi.

Catatan jual-beli harimau ilegal di bawah ini mungkin bisa kita jadikan rujukan:

  1. Pada 2010, polisi Vietnam membongkar jaringan perdagangan tulang harimau ilegal yang dioperasikan oleh sepasang suami-istri. Polisi berhasil mengamankan enam tengkorak harimau bersanding dengan tulang belulangnya seberat 32 kg.
  2. Pada 2012, penjaja dagangan satwa liar tertangkap sedang membawa kulit dan tulang harimau di India.
  3. Pada Maret 2014, polisi di China menangkap 16 orang yang diyakini telah membunuh lebih dari 10 harimau untuk memasok kebutuhan beberapa pejabat dan orang kaya.
  4. Masih di tahun yang sama, polisi Thailand berhasil menyelamatkan lima anakan harimau yang akan diselundupkan ke Laos dengan tujuan akhirnya Vietnam dan China.
  5. Pada Februari 2015, pihak berwenang menangkap tiga pemburu harimau beserta harimau buruannya di Sarolangun, Jambi, Indonesia. Kelompok ini diyakini telah beroperasi sejak lama dan diyakini sebagai pemasok harimau ke Sumatera Barat, Riau, dan Medan.

Tapi jangan lupa, ada ancaman lain yang tak kalah menakutkan: pembangunan yang memungkinkan hilangnya habitat mereka. pembangunan ini meliputi pembangunan permukiman baru, lahan pertanian, dan perambahan hutan yang kian tahun jumlahnya kian tak terkontrol.

Selain dua itu, banyak pula harimau yang terbunuh akibat buntut panjang dari konflik manusia-harimau. Manusia-manusia ini berdalih, pembunuhan terhadap harimau dilakukan untuk melindungi hewan ternak mereka.

Kita boleh saja menertawakan wujud pantung macan di Koramil Cisewu, Garut, tapi jangan coba-coba menertawakan nasib macan yang asli, yang semakin ke sini kondisi dan keberadaannya semakin memprihatinkan!