Find Us On Social Media :

Kehidupan Narapidana No. 7: Si Penjahat Perang Nazi di Penjara

By K. Tatik Wardayati, Minggu, 3 Juni 2018 | 03:00 WIB

Baca juga: Mengerikan, Museum Kamp Konsentrasi Dachau yang Masih Menyisakan Bau-bau Mayat Bekas Penyiksaan Tentara Nazi

Soalnya, orang Soviet begitu tegar seperti beton dalam menjalankan aturan, sejak ia masuk ke Penjara Spandau pada 18 Juli 1947 sampai sekarang.

Lebih suka naik tangga

"Nomor 7" kemudian berjalan sambil menyeret kakinya dari sel nomor 17 ke seberang sel, yakni sel nomor 19, sebuah ruang ganti baju. Ia bersusah payah mengenakan mantel sepanjang tubuhnya, lalu ia mengambil tongkat penyangga tubuh dan berjalan tertatih-tatih menuju ke tangga pilin besi yang sempit. Di situ, dua orang penjaga telah menantinya.

Seorang akan berada di mukanya kalau turun tangga supaya "Nomor 7" dapat bertumpu padanya dan seorang lagi berada di belakangnya dengan tangan siap memeganginya.

"Nomor 7" tidak akan bisa menuruni tangga seorang diri. Kaki kanannya menderita lemah otot, selain itu ia menderita hernia yang tak bisa dioperasi akibat jantungnya yang lemah. Tambahan lagi, tulang punggungnya pun bengkok karena usia lanjut.

Supaya kesulitan menaiki tangga tidak dirasakan oleh "Nomor 7" yang pada tahun 1946 dijatuhi hukuman seumur hidup oleh Sekutu di pengadilan untuk penjahat perang di Nurnberg itu, maka keempat direktur penjara Sekutu setuju untuk membuatkan lift setelah dipikir segala baik buruknya.

Baca juga: Nasib Anak-anak Para Pemimpin Nazi: Bertobat dan Mengabdi kepada Sesamanya dengan Menjadi Imam

Tembok di samping sel dilubangi ke luar dan pada tembok luar dipasanglah sebuah lift khas rumah sakit yang dikelilingi tembok. Lift itu harus cukup besar supaya bisa membawa "Nomor 7" berjalan-jalan dengan memakai tempat tidur dorong dua kali sehari, andaikata itu perlu.  Dua kali keluar sudah menjadi haknya.

Karena aliran listrik gedung tua berusia 103 tahun itu kurang kuat buat dipasangi lift, maka haruslah dipasang kabel aliran listrik yang kuat sepanjang 350 meter dari gedung direktorat yang ada di luar penjara.

Kabel itu dipasang pada kedalaman satu meter. Lift tersebut sudah bisa beroperasi pada bulan Maret 1984. Biayanya mencapai 200.000 mark (sekitar 75,6 juta rupiah). Namun demikian, "Nomor 7" baru dua kali menggunakannya setelah sebulan pertama dipasang.

Satu kali karena rasa ingin tahunya, sedangkan kedua kali ketika ia tidak kuat untuk berjalan. Pak tua yang pendiam itu mempunyai humor tentang lift tersebut.