Find Us On Social Media :

Kehidupan Narapidana No. 7: Si Penjahat Perang Nazi di Penjara

By K. Tatik Wardayati, Minggu, 3 Juni 2018 | 03:00 WIB

Tapi sebagai tambahan, akan tersedia sebutir telur, bubur gandum dengan teh atau kopi. Potongan-potongan roti akan diolesi atau dilapisi sesuatu, kemudian dipotong kecil-kecil supaya mudah dimakan, sedangkan telur akan dikupas. Itu semua dilakukan, karena pencernaan "Nomor 7" kurang begitu baik.

Di atas sebuah baki, koki membawa sarapan dari dapur ke lantai satu. la kemudian mengetuk pintu baja yang memisahkan keseluruhan gedung penjara dengan sel.

Di belakang pintu baja, "kepala jaga" tampak tidur. Suatu hal yang sebenarnya melanggar peraturan rumah jaga. la lalu bangun, membukakan pintu, mengambil baki itu dan meletakkannya di atas kereta berban karet.

la kemudian menutup pintu kembali dan menggelindingkan kereta sepanjang lorong penjara yang panjangnya 50 meter, melewati sel-sel kosong yang bergema, sampai tiba di sel nomor 17, yang berada tepat di sebelah kiri belakang. Di situ, "Nomor 7" sudah menanti di atas tempat tidurnya.

Baca juga: Dimana Stalin Sewaktu Nazi Menyerang Rusia?

Tempat tidur "Nomor 7" tidak seperti tempat tidur di penjara biasa, tetapi merupakan tempat tidur rumah sakit modern yang berasal dari rumah sakit militer Inggris.

la tidur di situ sejak tahun 1969, ketika ia berhasil diselamatkan dalam sebuah operasi mendadak akibat radang usus dua belas jari yang akut.

Sekarang, bagian atas tempat tidur itu ditinggikan, demikian pula bagian bawahnya, di saat sarapan. "Nomor 7" rupanya menderita lemah jantung akibat usia yang sudah lanjut dan gangguan peredaran darah.

Kalau ia tidak sedang bergerak, kakinya harus dinaikkan, supaya aliran darah tetap lancar. "Kepala jaga" menata sarapan di atas meja putar buat "Nomor 7".

Surat kabar disensor dulu

Sementara itu, penjaga ketiga yang menggantikan "kepala jaga" pada saat itu juga sedang menerima surat kabar yang menjadi hak "Nomor 7". Penjaga itu sejenak melupakan tugasnya di gardu jaga, di pintu gerbang.

Baca juga: Kisah Pilu Atlet Yahudi yang Menjadi Sasaran Pembantaian Nazi