Find Us On Social Media :

Simon Wiesenthal Si Pemburu Pasukan SS: Tiada Maaf Bagi Nazi

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 22 Mei 2018 | 04:00 WIB

Simon Wiesenthal kini berumur 70 tahun. Ia pernah menjadi arsitek. Ia lahir di Lvov, sebuah pusat industri tekstil dan metalurgi Polandia yang penting yang dimasukkan ke Ukraina Soviet pada tahun 1944.

Baca juga:  Nasib Anak-anak Para Pemimpin Nazi: Bertobat dan Mengabdi kepada Sesamanya dengan Menjadi Imam

Sebelum Perang Dunia II, penduduk Lvov 400.000 jiwa, 150.000 di antaranya orang Yahudi. Sesudah pendudukan Jerman, hanya tersisa 500 orang Yahudi. Semua keluarga Wiesenthal, laki-laki, wanita, anak-anak yang berjumlah 89 orang, semua meninggal dalam kamp, kecuali Simon.

Pada suatu hari, Simon Wiesenthal yang dipindahkan dari kamp konsentrasi yang satu ke kamp konsentrasi yang lain, dari kamp kematian yang satu ke kamp kematian yang lain bersumpah di Mauthausen: kalau ia berhasil keluar dari kamp dalam keadaan hidup, ia akan mencari keadilan untuk sesama orang Yahudi dan keluarganya.

Ia akan memburu terus  orang-orang yang menyiksanya dan berusaha agar dunia tidak pernah melupakan kejahatan para Nazi itu.

Tahun 1945, Wiesenthal bekerja pada Komisi Kejahatan Perang yang dibentuk oleh AS. Ia mengkhususkan diri pada pengejaran kriminil-kriminil SS dan pengawal-pengawal kamp maut.

Baca juga: Josef Mengele, Anak Manis yang Menjelma 'Malaikat Maut' ketika Jadi Dokternya Nazi dengan Mengiris-Iris Anak Kembar Menjadi Kelinci Percobaan

Ia mengumpulkan kesaksian dari ribuan bekas penghuni kamp yang lolos dari maut dan mempergunakan kira-kira 25.000 kartu indeks. Ia menciptakan salah satu sistim yang paling teratur dan paling sempurna dalam identifikasi dan pencarian penjahat-penjahat perang itu.

Informasi yang dikumpulkannya terutama dipakai sebagai referensi oleh hakim-hakim dan juri dalam pengadilan penjahat-penjahat perang di Nuremberg dan mengadili pengawal-pengawal kamp Dachau.

Simon Wiesenthal memulai pekerjaannya di Linz, Austria, yang menjadi tanah airnya yang kedua. Kemudian diteruskan di Wina, tempat ia mendirikan Pusat Dokumentasi Kejahatan-kejahatan Perang pada tahun 1961. Alamatnya dirahasiakan.

Menurut Wiesenthal, Jerman Barat berusaha dengan segala cara untuk membersihkan penjahat-penjahat perang mereka, tetapi Austria tidak berusaha keras dalam mengadili penjahat-penjahat perangnya.

Wiesenthal menyebut contohnya: Silberbauer, anggota polisi yang menangkap Anne Frank pada tahun 1943, pada saat ini masih tetap anggota polisi walaupun bukti-bukti kejahatannya sudah diserahkan kepada yang berwajib.