Penulis
Intisari-Online.com – Nama Simon Wiesenthal dikenal dan ditakuti di seluruh dunia oleh bekas-bekas Nazi yang bersembunyi di balik nama dan identitas palsu untuk menghindarkan hukuman atas kejahatan-kejahatan perang yang mereka lakukan.
Simon Wiesenthal adalah pemburu Nazi yang mengabdikan hidupnya untuk mencari jejak bekas kriminil-kriminil SS. la memimpin Pusat Dokumentasi Orang-orang Yahudi Korban Nazisme di Wina.
Organisasinya menyediakan informasi yang telah memungkinkan komando-komando Israel menculik Adolf Eichmann. Adolf Eichmann yang merupakan gembong pemusnahan orang orang Yahudi itu kemudian diadili dan dijatuhi hukuman mati di Yerusalem tahun 1961. Hukuman gantung baginya dilaksanakan setahun kemudian.
Berkat Wiesenthal, maka bekas pemimpin kamp Treblinka yang bernama Franz Stangl ditahan tahun 1967 dan dihukum seumur hidup. Stangl meninggal dalam penjara pada tahun 1971.
Baca juga: Bangunan Rahasia Nazi Baru Terbongkar Setelah 38 Tahun Didirikan di Kanada, Begini Wujudnya
Wiesenthal pula yang berada di belakang penangkapan dan pengadilan terhadap Karl Silberbauer, yaitu orang yang menahan Anne Frank di Amsterdam. Silberbauer kini masih menjadi polisi di Wina.
Tanggal 30 Mei yang lalu Wiesenthal mengenali Franz Wagner, yaitu bekas wakil kepala kamp-kamp Nazi di Treblinka dan Sobibor. Wagner sudah 28 tahun bersembunyi di Brazil.
Tangan kanan Hitler ini tiba di Brazil tahun 1950 dengan paspor yang dikeluarkan di Damaskus dan visa yang diberikan oleh konsulat Brazil di Beirut. Akhir April yang lalu ia menghadiri upacara perayaan ulang tahun ke 90 Adolf Hitler di Itatiaia di sebelah selatan Rio.
Pada kesempatan itu anggota-anggota Nazi berkumpul. Sebuah potret yang dibuat pada pertemuan itu dimuat oleh Jornal do Brazil tanggal 24 April. Hal ini memungkinkan Wiesenthal mengenali Wagner.
Bulan September 1944, seorang penghuni kamp konsentrasi Lvov di Polandia yang masih hidup, diangkut ke Jerman. Di jalan, seorang anggota SS yang "correct" bertanya kepada orang yang dikawalnya ini: "Kalau seandainya terjadi mukjijat dan anda berhasil pergi ke Amerika, apa yang akan anda katakan?"
"Kebenaran", jawab tawanan itu. "Kebenaran?" kata si anggota SS. "Mereka tidak akan mempercayai anda."
Tawanan yang berhasil keluar dalam keadaan hidup dari kamp konsentrasi itu bernama Simon Wiesenthal. Memang ia menepati janjinya untuk membongkar kebenaran.
Simon Wiesenthal kini berumur 70 tahun. Ia pernah menjadi arsitek. Ia lahir di Lvov, sebuah pusat industri tekstil dan metalurgi Polandia yang penting yang dimasukkan ke Ukraina Soviet pada tahun 1944.
Baca juga: Nasib Anak-anak Para Pemimpin Nazi: Bertobat dan Mengabdi kepada Sesamanya dengan Menjadi Imam
Sebelum Perang Dunia II, penduduk Lvov 400.000 jiwa, 150.000 di antaranya orang Yahudi. Sesudah pendudukan Jerman, hanya tersisa 500 orang Yahudi. Semua keluarga Wiesenthal, laki-laki, wanita, anak-anak yang berjumlah 89 orang, semua meninggal dalam kamp, kecuali Simon.
Pada suatu hari, Simon Wiesenthal yang dipindahkan dari kamp konsentrasi yang satu ke kamp konsentrasi yang lain, dari kamp kematian yang satu ke kamp kematian yang lain bersumpah di Mauthausen: kalau ia berhasil keluar dari kamp dalam keadaan hidup, ia akan mencari keadilan untuk sesama orang Yahudi dan keluarganya.
Ia akan memburu terus orang-orang yang menyiksanya dan berusaha agar dunia tidak pernah melupakan kejahatan para Nazi itu.
Tahun 1945, Wiesenthal bekerja pada Komisi Kejahatan Perang yang dibentuk oleh AS. Ia mengkhususkan diri pada pengejaran kriminil-kriminil SS dan pengawal-pengawal kamp maut.
Ia mengumpulkan kesaksian dari ribuan bekas penghuni kamp yang lolos dari maut dan mempergunakan kira-kira 25.000 kartu indeks. Ia menciptakan salah satu sistim yang paling teratur dan paling sempurna dalam identifikasi dan pencarian penjahat-penjahat perang itu.
Informasi yang dikumpulkannya terutama dipakai sebagai referensi oleh hakim-hakim dan juri dalam pengadilan penjahat-penjahat perang di Nuremberg dan mengadili pengawal-pengawal kamp Dachau.
Simon Wiesenthal memulai pekerjaannya di Linz, Austria, yang menjadi tanah airnya yang kedua. Kemudian diteruskan di Wina, tempat ia mendirikan Pusat Dokumentasi Kejahatan-kejahatan Perang pada tahun 1961. Alamatnya dirahasiakan.
Menurut Wiesenthal, Jerman Barat berusaha dengan segala cara untuk membersihkan penjahat-penjahat perang mereka, tetapi Austria tidak berusaha keras dalam mengadili penjahat-penjahat perangnya.
Wiesenthal menyebut contohnya: Silberbauer, anggota polisi yang menangkap Anne Frank pada tahun 1943, pada saat ini masih tetap anggota polisi walaupun bukti-bukti kejahatannya sudah diserahkan kepada yang berwajib.
Baca juga: Nasib Anak-anak Para Pemimpin Nazi: Ternyata Ada yang Meneruskan Cita-cita Nazisme Ayah Mereka
Keterangan yang dikumpulkan Simon Wiesenthal banyak yang diberikan dengan segala senang hati tetapi kadang-kadang ada orang yang mencoba menjual dokumen kepada Wiesenthal.
Tahun 1961 seorang bekas perwira SS ingin menukarkan sebuah daftar sangat rahasia tentang orang-orang yang pernah bertugas di SS yang kejam itu dengan uang 500 dolar. Kalau saja orang itu meminta lebih, Wiesenthal tidak akan mampu membayar.
Simon Wiesenthal biasanya mengumpulkan semua informasi yang bisa didapatnya tentang orang-orang yang bertanggung jawab di kamp-kamp konsentrasi, termasuk tempat penjahat-penjahat itu kini hidup.
Lalu ia mengirimkan informasi-informasi itu ke pemerintah negara tempat si penjahat kini bermukim, agar penjahat biga diadili atau diadakan ekstradisi.
Dengan cara ini pula Adolf Eichman bisa ditemukan di Buenos Aires tahun 1961 dan Jenderal SS Rauf di Chili. Wiesenthal juga mengatur penangkapan Eric Rajakovitch yang bertanggung jawab atas deportasi 110.000 Yahudi Belanda.
Baca juga: Ini Eksperimen Medis Nazi yang Renggut Ribuan Nyawa, Mulai Heterokromia hingga Gas Mustard
Tetapi menurut Wiesenthal, sukses pribadi yang paling memuaskan hatinya ialah penangkapan Franz Stangl, komandan kamp-kamp Treblinka dan Sobibor, bulan Pebruari 1967. Wakil Stangl adalah Franz Wagner yang ditahan bulan Mei.
Dari sekitar 3000 berkas yang ditanganinya (sering atas permintaan pribadi), sepertiga berhasil mengantar penjahat ke pengadilan. "Tetapi banyak yang dibebaskan", kata Simon Wiesenthal. Masih ada ratusan kasus lagi yang perlu ditangani.
Kegagalan terbesar yang dirasakannya ialah tidak mampu menangkap Dr. Joseph Mengele, pemimpin dokter di kamp pemusnaan Ausehwitch. "Sekali saya datang terlambat, empat kali terlalu cepat", kata Wiesenthal dengan kecewa.
Wiesenthal sendiri sering diancam. Tahun 1965 "Persatuan Nazi Dunia" menawarkan uang 120.000 dolar kepada orang yang bisa menyerahkan kepala Wiesenthal.
Bekas arsitek Yahudi Polandia ini beberapa tahun yang lalu menulis buku dengan isterinya, Cyla. "Pembunuh-pembunuh berada di antara kita" adalah judul yang ia berikan pada seri kenang-kenangannya selama mengejar Nazi. Buku ini dilarang beredar di Jerman dan Austria.
"Banyak orang yang menganggap saya penuntut keadilan, padahal sebenarnya saya cuma orang yang sedih. Saya telah berhasil menangkap lebih dari 1000 orang yang bersalah, tetapi tidak seorangpun dari korban bisa hidup kembali. Hal inilah yang mendorong saya untuk bertindak.
Bagi saya tidak penting apakah Eichmann, Wagner dan orang-orang semacamnya dihukum dua tahun atau seumur hidup. Yang saya inginkan ialah agar orang-orang yang bersalah itu setiap hari mengingat kejahatan-kejahatan yang telah mereka buat.
Kita harus terus mengejar Nazi karena kita harus memisahkan tanaman gandum dari rumput. Tugas saya adalah mengungkapkan terus apa arti Nazi bagi manusia."
Ketika seorang temannya bertanya mengapa Wiesenthal, tidak kembali ke pekerjaannya sebelum perang, yaitu menjadi arsitek, Wiesenthal menjawab: "Kau percaya Tuhan itu ada dan bahwa sesudah meninggal ada kehidupan lain. Saya juga.
Kalau kita tiba di dunia yang lain, kita akan bertemu dengan jutaan orang Yahudi yang tewas dalam kamp-kamp konsentrasi. Mereka akan bertanya kepada kita: "Apa yang kau lakukan di dunia?" Kau akan menjawab: "Membuat perhiasan" atau "Membangun rumah-rumah".
Kepada korban kamp-kamp maut itu saya hanya akan menjawab: "Saya tidak melupakan kalian". (AFP – Intisari Agustus 1978)
Baca juga: Ketika Perayaan Ulang Tahun Adolf Hitler yang ke-129 Diwarnai Aksi Bakar-bakaran oleh Massa Neo Nazi