Find Us On Social Media :

Melihat yang 'Saru-saru' di Candi-candi Jawa, Ternyata Cerita Erotis di Indonesia Sudah Ada Sejak Dulu

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 13 Oktober 2024 | 14:20 WIB

Salah satu relief yang ada di Candi Prambanan, bercerita tentang penculikan Dewi Sita oleh Rahwana. Perhatikan tangan Sang Dasamuka!

"Jadi pada jenis-jenis karya tertentu, erotisme bukanlah tujuan utama," tambahnya.

Kusen pada dasarnya mengakui, adanya kreativitas seniman percandian dari abad IX-XVI terus mengalir dari generasi ke generasi berikutnya. Kreativitas tersebut bukan hanya soal gaya seni relief, melainkan juga tampak pada ide-ide seniman itu sendiri.

Diberikan contoh, adegan relief kapal diterjang ombak di tembok Candi Borobudur. "Di belakang bawah ujung geladak kapal itu, ternyata dipahat orang buang hajat. Apa ini nggak edan," ungkap dosen Fakultas Sastra UGM itu tertawa.

Mengamati kreativitas seniman pahat candi, orang kadang bisa geli dan bingung. Apalagi buat mata awam yang tak awas dari pakem cerita mana adegan relief itu diambil. Rangkaian relief pada dasarnya adalah wujud visual sebuah cerita yang semula abstrak.

Biasanya relief itu bersumber dari cerita yang sudah dibukukan dalam naskah-naskah kuno. Jadi ceritanya pasti sudah sangat masyhur pada saat itu, entah berupa kisah kepahlawanan, ajaran keagamaan, atau percintaan.

Berkaitan dengan gagasan seniman berbau erotik, sekalipun adegan-adegan yang berkaitan dengan naluri seksual sebagai naluri dasar manusia ditampilkan sedemikian lugas, tapi pengungkapannya senantiasa halus dan polos.

Namun begitu menjejakkan kaki di percandian Jawa Timur, ada semacam kekagetan bernada tanya tiba-tiba muncul. Demikian bebasnya tatahan erotis menghiasi candi-candi.

Di daerah Blitar misalnya, ada sebuah petilasan yang masyhur disebut Reco Grapang. Sangat realistis menggambarkan laki-laki-perempuan sedang bersiap-siap melakukan hubungan intim.

Ini karya seniman Jawa Timur abad XIV, konon bukan sebagai tontonan kasar saat itu,melainkan erat hubungannya dengan konsep keyakinan masyarakat-sezaman tentang moksa dan asal usuling dumadi.

Tidak mudah menilai

Sebenarnya tidak gampang menilai kadar erotik dalam berbagai bentuk ungkapan relief candi. Apa yang menurut masyarakat sekarang itu erotik, belum tentu betul untuk masyarakat dulu. Apalagi candi sebagai pusat aktivitas religi.

"Hanya dengan pemahaman latar belakang kepercayaan masyarakat pembuat candi sezaman, kita bisa menilai maksud- seniman membuat relief," kata arkeolog kenamaan Sukarto Kartoatmodjo..