Find Us On Social Media :

Melihat yang 'Saru-saru' di Candi-candi Jawa, Ternyata Cerita Erotis di Indonesia Sudah Ada Sejak Dulu

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 13 Oktober 2024 | 14:20 WIB

Salah satu relief yang ada di Candi Prambanan, bercerita tentang penculikan Dewi Sita oleh Rahwana. Perhatikan tangan Sang Dasamuka!

Tumit penari itu berjingkatan, sambil mengangkat-angkat betis dan belakang lututnya berkilatan. Dalam sikap tubuh yang menandak-nandak lincah, badannya bergoyang menuruti irama. Untung ini hanya batu.

Karmawibhangga

Pengungkapan ini sepertinya menjadi ciri khas seniman pahat percandian. Relief di kaki candi "tertutup" Borobudur abad IX merupakan buku batu yang sarat hukum sebab-akibat. Di antara 160 panel relief Karmawibhangga, ada serangkaian adegan melukiskan muda-mudi sedang berpacaran.

Ada yang tengah merajuk, ada pula yang terang-terangan memeluk pasangannya.

Kecuali itu, dalam relief Karmawibhangga seri 0 nomor 119, nampak sepasang remaja sedang berjalan berangkulan di sebuah desa, namun coba lirik tangan kanan lelaki iseng itu, menyusupkan jemarinya ke balik kain penutup dada.

Demikianlah 11 abad silam telah dipaparkan perilaku percintaan yang riuh, polos, dan terang-terangan. Sebab itu memang harus diterapkan secara wajar, tak perlu disembunyikan jika tak ingin efek sampingan negatif.

Manakala remaja terlanjur hamil sebelum nikah, ini disebabkan oleh penerapan seks yang keliru. Bila terjadi pengguguran, sungguh itu sangat tercela dan tak terampuni.

Wedaran (ajaran) yang terpapar di dinding relief Karmawibhangga seri 0 nomor 3 ini benar-benar realistis. Jelas sekali nampak adegan seorang perempuan berwajah seram sedang mengurut perut gadis yang buncit. Gadis itu terlihat meringis menahan sakit.

Kempers dalam bukunya Ageless Borobudur menafsirkan, perempuan berwajah seram itu adalah dukun yang sedang melakukan abortus. Di Candi Siwa, Prambanan, juga muncul adegan serupa. Agaknya, abad IX kita telah mengenal abortus. Inilah bukti visual tertua perihal pengguguran kandungan.

"Kecenderungan menyisipkan misi kritik moral, itu sebetulnya yang menjadi tujuan utama seniman pahat percandian," kata Drs. Kusen, arkeolog bidang klasik yang secara khusus pernah meneliti gaya seni relief percandian di Jawa.

Menurutnya, relief candi adalah media yang dipergunakan oleh seniman guna menyampaikan pesan-pesannya kepada masyarakat luas. Agar pesan tersebut dapat ditangkap, ungkapan visual relief harus komunikatif.