Find Us On Social Media :

Melihat yang 'Saru-saru' di Candi-candi Jawa, Ternyata Cerita Erotis di Indonesia Sudah Ada Sejak Dulu

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 13 Oktober 2024 | 14:20 WIB

Salah satu relief yang ada di Candi Prambanan, bercerita tentang penculikan Dewi Sita oleh Rahwana. Perhatikan tangan Sang Dasamuka!

Candi itu bangunan pemujaan yang sakral, semua orang sudah paham itu. Tapi sepertinya hanya sedikit yang mafhum di dinding-dindingnya terpahat relief cerita-cerita erotis. Saru, kata orang sekarang.

Ditulis oleh koresponden Intisari, B. Soelist, tayang pertama pada Oktober 1992

---

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

---

Intisari-Online.com - Masyarakat kepurbakalaan pasti sepakat, kalau relief candi bukan sekadar hiasan semata melainkan erat hubungannya dengan eksistensi bangunan candi secara utuh. Malah konon, relief itu cermin kehidupan sosial masyarakat sezaman.

Dari sinilah, maka kalau diusut-usut perilaku manusia tentang erotisme itu dari dulu hingga kini sama saja.

Tak percaya, perhatikan saja pahatan relief Candi Mendut, Magelang. Candi yang dibangun pada abad IX ini banyak menampilkan potongan relief cerita ajaran moral yang teramat sakral.

Namun perhatikan salah sebuah panel di kaki candi, ada adegan pasangan berangkulan di ranjang, sementara di sebelahnya seorang anak kecil kedinginan mendekati perapian.

Kritik moral, itu mungkin yang ingin disampaikan oleh seniman kepada khalayak, bahwa nafsu perlu memperhitungkan waktu. Untung kalau adegan ini masih sopan karena seniman Candi Mendut begitu halusnya melukiskan-nya, sehingga yang tertangkap bukan unsur erotisnya, melainkan malah kritik moral itu sendiri.

Tapi bagaimana dengan relief-relief yang berserak di berbagai candi lainnya?

Apa komentar kita kalau menyaksikan fragmen relief Candi Kalitelon, Boyolali. Penggambaran adegan hubungan intim pada relief berukuran 40 x 20-an cm ini betul-betul realistis. Ada dua fragmen sejenis dari Candi Kalitelon abad XV itu, cuma sayangnya masyarakat tak bisa menyaksikan secara bebas di lokasi candi yang memang sudah berantakan.