Find Us On Social Media :

Ketika Bom Bali I Benar-benar Membuat Pariwisatanya Seketika Mati

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 6 Oktober 2024 | 13:13 WIB

Bom Bali I (Oktober 2002) benar-benar mematikan ekonomi dan pariwisata Bali. Tapi ternyata masih ada beberapa turis yang membuat optimis ketika itu.

Singapore Airlines dari Singapura pun dalam empat hari kehilangan 80% penumpangnya. SQ142, misalnya, tanggal 13 Oktober masih mengangkut 244 penumpang. Tapi hari berikutnya hanya 142, pada 15 Oktober 76 orang, dan 16 Oktober hanya membawa 64 orang.

Seminggu setelah pengeboman Kuta, manajemen Garuda Indonesia mengumumkan hilangnya 60% penumpang luar negeri menuju Bali. Ini pukulan telak bukan cuma bagi sektor pariwisata, melainkan juga bagi bidang usaha lain yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan pariwisata.

Kargo dan moda lain pengiriman barang ke luar Bali terhenti beberapa hari, langsung mengempiskan angka devisa dari ekspor barang dan jasa yang terkait.

Akibat dalam skala nasional juga terasa, karena nilai mata uang rupiah merosot dan bursa saham anjlok. Ditjen Pajak memprakirakan hilangnya Rp10,8 triliun potensi pajak akibat peristiwa itu, dan Rp192 miliar di antaranya penerimaan dari Bali.

Betapa terasa, Bali tiba-tiba menjadi sepi. Jalanan di sekitar Kuta yang biasanya dipenuhi turis lalu-lalang, kini lengang. Banyak toko dan art shop yang tutup, sedangkan yang buka pun sepi pembeli.

Tingkat hunian hotel merosot drastis. Beberapa tamu yang tersisa sekadar menghabiskan masa liburan. Sebagian restoran atau kafe tanpa musik ingar-bingar. Harapan hotel menangguk untung di akhir tahun pupus.

Beberapa pengelola penginapan menghitung, bulan Oktober hanya sisa-sisa tamu yang ada, bulan November pasti sangat sepi, dan - semoga - bulan Desember ada turis yang bersedia datang ke Bali.

Hampir tak ada hal lain yang bisa diharapkan. Karena pemesanan tempat dan janji untuk datang banyak yang batal. Santika Beach Hotel di Kuta, misalnya, sampai pukul 13.00 WITA pada 16 Oktober 2002, kehilangan 1.403 room night akibat pembatalan pemesanan tamu sampai 5 Januari 2002.

Artinya, kalau misalnya dari pemakaian kamar saja setiap malam bisa diraih uang Rp500.000, sampai tanggal itu Santika Beach kehilangan lebih dari Rp700 juta. Agen perjalanan di banyak negara tak cuma mendapat peringatan "Travel Warning" sebagaimana pernah terjadi di masa sebelumnya, tetapi "Stop Travelling".

Semoga pelanggan kembali

Bom Bali 12 Oktober memang membuat jeri. Tapi untunglah, di antara banyak trauma, tak sedikit turis yang masih memilih Bali sebagai tujuan wisata. Dari merekalah pariwisata berharap. Juga, bagi orang asing yang tinggal atau mempunyai usaha di Bali, peristiwa 12 Oktober hanya kemalangan sesaat.

Nyoman Sudana, misalnya, karyawan Bima Sena Rendezvous dengan 28 kamar, yang terletak 200-an m dari Paddy's Restaurant, beberapa kali diyakinkan oleh tamu-tamunya.