Find Us On Social Media :

Ketika Bom Bali I Benar-benar Membuat Pariwisatanya Seketika Mati

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 6 Oktober 2024 | 13:13 WIB

Bom Bali I (Oktober 2002) benar-benar mematikan ekonomi dan pariwisata Bali. Tapi ternyata masih ada beberapa turis yang membuat optimis ketika itu.

"Saya tak ingat setelah ledakan pertama atau kedua lampu langsung padam, karena selisih waktunya hanya beberapa detik. Saya langsung menyelamatkan diri dari reruntuhan kaca dan plafon. Saya rangkul istri sambil menariknya keluar. Baru beberapa langkah di antara pecahan kaca di teras, bum! Ada kepala bule jatuh di dekat kaki saya. Saya langsung tarik istri menyelamatkan diri," ceritanya.

Di Nusa Dua, sekitar 5 km dari titik ledakan, orang menyangka ada gempa. Sedangkan beberapa petani di Jimbaran, menyangka dentuman itu guntur, pertanda musim hujan segera tiba. Di Denpasar, 11 km dari Legian, ledakan pun terdengar jelas.

"Tak seorang pun menyangka itu ledakan bom, karena orang Bali belum pernah dengar suara bom," kata I Made Wendra R., pemilik Aquarius Star Hotel, sekitar 150 m dari titik ledakan. Klian (ketua adat) Desa Adat Kuta ini segera mengerahkan warga desanya untuk membantu. Dia menggunakan mobil pikapnya untuk mengangkut enam korban ke Rumah Sakit Graha Asih, disusul dengan aktivitas lain, termasuk berkoordinasi dengan aparat keamanan dan pemadam kebakaran.

"Walaupun tak ada warga Kuta yang jadi korban, kami tidak membeda-bedakan. Kami bekerja demi kemanusiaan. Malah ada tetangga saya yang sepuluh kaji bolak-balik ke rumah sakit mengangkut korban," kata Wendra.

Kegiatan tak berhenti hingga Minggu pagi dan hari-hari berikutnya. Wendra pula yang mengerahkan pemuda desa untuk menjaga keamanan, menjadi relawan, serta mengkoordinasi serangkaian upacara pada hari-hari kemudian menyusul peristiwa tragis itu.

Dari upacara permintaan maaf kepada Sang Pencipta, pembersihan dari roh-roh jahat hingga penempatan arwah para korban pada tempatnya yang layak, baik yang dilakukan di pura, mra/an, atau lokasi komersial macam hotel dan restoran.

Mendadak sepi

Berbondong-bondong turis menuju Bandara Ngurah Rai untuk mengakhiri kunjungannya di Bali saat itu juga. Empat penerbangan reguler dan satu penerbangan ekstra Garuda pada 13 Oktober, serta tiga penerbangan ekstra Qantas dan satu penerbangan ekstra Garuda pada dini hari 14 Oktober ke Australia, mengangkut 1.860 orang.

Sedangkan 22 penerbangan lain ke negara selain Australia pada tanggal yang sama, serta empat penerbangan pada 14 Oktober dini hari - di antaranya dua Garuda tujuan Bangkok dan Nagoya, mengangkut 5.012 penumpang.

Penerbangan evakuasi medis dan tak terjadwal, pada 13 Oktober membawa keluar Bali 25 orang, 19 di antaranya luka-luka. Sejak dini hari berikutnya, sampai tengah hari 14 Oktober, 10 penerbangan tak terjadwal seperti pesawat Angkatan Udara Australia dan pesawat carteran Pemerintah Federal Australia, membawa keluar 94 orang dan 79 di antaranya luka-luka.

Memang, pada hari-hari setelah peristiwa bom, penumpang dari luar negeri bukannya tidak ada, walau jumlahnya jauh berkurang. Data pada Perum Angkasa Pura Cabang Bandara Ngurah Rai mencatat, GA-707 dari Brisbane pada 14 Oktober hanya mengangkut 54 penumpang.

Cathay Pacific CX785 dari Hongkong pada 13 Oktober membawa 291 penumpang, 14 Oktober mengangkut 252, tanggal 15 hanya 93 orang, dan tanggal 16 hanya membawa 63 orang.