Peristiwa 11 September 2001 menjai salah satu teror paling mengerikan abad 21. Ada juga peristiwa Bom Bali 1.
Intisari-Online.com -Teror demi teror terjadi di abad 21 ini.
Bukannya semakin damai, di abad ini kondisi dunia semakin kaos: begitu banyak teror, perang, rasisme, dan lain sebagainya.
Inilah 10 teror paling mengerikan pada abad 21.
10. Bom London (2005)
Pagi hari 7 Juli 2005, empat buah bom meledak di sejumlah tempat di kota London, Inggris.
Tiga bom meledak di kereta bawah tanah dan satu lagi di sebuah bus tingkat di Lapangan Tavistock.
Akibat serangan bom ini, 52 orang tewas dan 700 lainnya terluka.
Ini adalah serangan teror terburuk di Inggris setelah pengeboman pesawat Pan Am penerbangan 103 di atas Lockerbie, Skotlandia, pada 1988.
Dua pekan kemudian, sebuah percobaan serangan bom kembali terjadi di Inggris, tetapi kali ini serangan tersebut gagal dan tak menimbulkan korban jiwa.
9. Bom Bali I (2002)
Tragedi ini terjadi pada 12 Oktober 2002 di kawasan wisata Kuta, Bali.
Serangan ini menewaskan 88 warga Australia, 38 warga Indonesia, dan 20 orang lainnya dari berbagai kebangsaan, serta 209 orang terluka.
Serangan ini melibatkan tiga peledakan bom, yaitu satu bom bunuh diri, satu bom mobil di luar sebuah kelab malam populer di Kuta, dan satu bom kecil di luar konsulat AS di Denpasar.
Sebuah rekaman audio yang diduga berisi suara Osama bin Laden mengatakan pengeboman di Bali dilakukan sebagai pembalasan atas perang melawan teror yang dikobarkan AS dan keterlibatan Australia dalam kemerdekaan Timor Leste.
Pada 8 November 2008, tiga orang terpidana utama Bom Bali I, yaitu Imam Samudra, Amrozi, dan Ali Ghufron alias Muklas menjalani eksekusi hukuman mati di Nusakambangan.
Pada 9 Maret 2010, Dulmatin yang diyakini meledakkan salah satu bom di Bali dengan menggunakan telepon genggam tewas dalam baku tembak dengan polisi di Jakarta.
8. Bom Istanbul (2003)
Serangan di kota terbesar Turki ini terjadi pada 15 dan 20 November 2003, mengakibatkan 53 orang tewas dan 700 orang terluka.
Pada 15 November, dua truk yang penuh bahan peledak menghantam sinagoge Bet Israel dan Neve Shalom di Istanbul, mengakibatkan 23 orang tewas dan 300 lainnya terluka.
Lima hari kemudian, sebuah bom mobil meledak di kantor Bank HSBC dan konsulat Inggris di Istanbul dan menewaskan 30 orang serta melukai 400 orang lainnya.
Pelaku pengeboman sengaja menunggu saat lampu pengatur lalu lintas berwarna merah untuk memaksimalkan hasil ledakan.
Di antara para korban terdapat konsul jenderal Inggris di Istanbul Roger Short dan aktor Turki, Kerem Yilmazer.
7. Bom New Delhi (2005)
Tragedi ini terjadi pada 29 Oktober 2005 ketika tiga ledakan terjadi di ibu kota India itu dan menewaskan 62 orang serta melukai 210 orang lainnya.
Bom di dua buah pasar di wilayah tengah dan selatan New Delhi ini meledak hanya dua hari sebelum festival keagamaan Diwali digelar.
Satu bom lainnya meledak di dalam sebuah bus di Govindpuri di wilayah selatan New Delhi.
Aparat keamanan India yakin aksi teror ini dilakukan kelompok militan Kashmir, Lashkar-e-Taiba.
Namun, organisasi militan yang berbasis di Pakistan, Front Revolusioner Islam, mengklaim mendalangi serangan itu.
Kelompok ini memang memiliki sejarah panjang serangan teror di negeri asalnya, Pakistan.
Usai serangan itu, kepolisian India menangkap 10 orang tersangka di stasiun kereta api Delhi dan sejumlah terminal bus.
6. Serangan di Norwegia (2011)
Dalam insiden pada 22 Juli 2011 ini terjadi dua serangan yang didalangi Anders Behring Breivik yang secara total menewaskan 77 orang.
Serangan pertama adalah bom mobil di distrik pemerintahan Norwegia, Regjeringskvartalet. Bom yang diracik dari pupuk dan bensin itu diletakkan di dalam sebuah minibus.
Minibus itu kemudian diparkir di dekat apartemen tempat kantor PM Jens Stoltenberg berada.
Ledakan bom ini terjadi pada pukul 15.25 waktu setempat dan menewaskan delapan orang dan melukai 209 orang.
Serangan kedua terjadi dua jam kemudian. Terjadi penembakan di kamp musim panas di Pulau Utoya, di wilayah utara Norwegia yang digelar AUF, sayap kepemudaan Partai Buruh Norwegia (AP) yang berkuasa.
Breivik yang menyamar sebagai polisi menembaki peserta perkemahan yang sebagian besar adalah para remaja itu. Akibatnya 68 orang tewas dan 110 orang terluka.
Sebanyak 69 korban tewas di rumah sakit dua hari setelah tragedi terburuk di Norwegia sejak Perang Dunia II.
Kepolisian Norwegia kemudian menangkap Anders Behring Breivik (32) dan mendakwanya melakukan dua serangan teror.
Pada 24 Agustus 2012, Breivik dijatuhi hukuman 21 tahun penjara dengan kemungkinan tambahan hukuman jika dia dianggap masih membahayakan masyarakat.
5. Pengepungan Teater Dubrovka Moskwa (2002)
Pada 23-26 Oktober 2002, sebanyak 40 orang anggota separatis Chechnya bersenjata lengkap menyandera teater Dubrovka yang sedang dipadati pengunjung.
Puluhan orang Chechnya yang dipimpin Movsar Barayev menyandera setidaknya 850 orang dan menuntut penarikan mundur pasukan Rusia dan mengakhiri Perang Chechnya kedua.
Rusia mengerahkan pasukan khususnya, termasuk Spetnatz, dan Grup Vega, untuk melakukan operasi pembebasan sandera.
Kedua unit pasukan khusus itu masih dibantu pasukan kemendagri Rusia SOBR.
Sebelum menyerang, pasukan Rusia memompakan gas kimia ke dalam gedung teater itu.
Saat masuk ke dalam teater, pasukan Rusia harus bertempur di sepanjang koridor dan tangga yang dijaga para penyerang sebelum tiba di aula tempat para sandera berada.
Serbuan ini menewaskan semua penyandera dan tak ada korban jatuh di pihak Spetnatz.
Namun, sebanyak 130 orang sandera, termasuk sembilan warga asing, juga tewas karena menghirup gas yang dipompakan ke dalam gedung.
Penggunaan gas itu dikecam dunia internasional dan para ilmuwan di Rusia karena pemerintah menolak membuka identitas gas yang digunakan dalam operasi itu.
4. Bom kereta api di Madrid (2004)
Bom kereta api di Madrid ini terjadi pada 11 Maret 2004, tiga hari sebelum pemilihan umum Spanyol.
Tragedi ini menewaskan 192 orang dan melukai sekitar 2.000 orang.
Serangan bom ini merupakan aksi terburuk yang terjadi di Spanyol sepanjang sejarah negeri itu dan merupakan serangan terburuk di Eropa sejak pengeboman Pan Am di Lockerbie pada 1988.
Pada 14 Maret 2004, juru bicara Al Qaeda di Eropa, Abu Dujana al-Afghani, muncul dalam sebuah video dan menyatakan bertanggung jawab atas serangan itu.
Penegak hukum Spanyol menuding sekelompok warga Maroko, Suriah, dan Aljazair serta dua anggota Garda Sipil dan sejumlah informan polisi terlibat dalam tragedi itu.
Pada 11 April 2006, hakim Juan del Olmo memutuskan seorang warga Maroko Jamal Zougam dan 28 orang lainnya terlibat dalam serangan tersebut.
Tak pernah ditemukan keterlibatan Al Qaeda dalam serangan itu meski Brigade Abu Hafs al-Masri, yang berafiliasi dengan Al Qaeda mengklaim bertanggung jawab.
Pada Agustus 2007, kelompok militan Al Qaeda mengatakan, mereka sangat bangga dengan keberhasilan serangan bom di Madrid itu.
3. Serangan di Mumbai, India (2008)
Serangkaian serangan di kota bisnis India, Mumbai, ini terjadi pada 26-29 November 2008.
Saat itu, 10 orang anggota Lashkar-e-Taiba, kelompok militan yang berbasis di Pakistan, melakukan 12 serangan terkordinasi selama empat hari di kota itu.
Serangan yang menjadi perhatian dunia itu dimulai pada 26 November hingga 29 November 2008 menewaskan 164 orang dan melukai 308 orang lainnya.
Delapan serangan terjadi di wilayah selatan Mumbai, termasuk di hotel mewah Taj Mahal dan sebuah pusat komunitas Yahudi.
Juga terjadi ledakan di Pelabuhan Mumbai dan di sebuah taksi.
Pada 28 November 2008 pagi, hampir semua lokasi serangan, kecuali hotel Taj Mahal, sudah bisa dikuasai aparat keamanan India.
Pada 29 November, aparat keamanan India menggelar Operasi Tornado Hitam untuk membersihkan para penyerang yang tersisa di hotel Taj Mahal sekaligus mengakhiri serangan ini.
Pada 7 Januari 2009, Pemerintah Pakistan mengakui satu-satunya penyerang yang selamat adalah warga negeri itu.
2. Penyanderaan sekolah di Beslan, Rusia (2004)
Penyanderaan ini terjadi pada 1 September 2004 dan berlangsung selama tiga hari. Sekitar 1.100 orang, 777 orang di antaranya adalah anak-anak, disandera oleh kelompok bersenjata dri Ingusetia dan Chechnya.
Kelompok bersenjata itu menyerbu dan menduduki sekolah nomor satu (SNO) di kota Beslan, Ossetia Utara, di wilayah Kaukasus Utara.
Para penyerang ini adalah Batalion Riyadus-Salikhin yang dikirim pemimpin perang Chechnya saat itu, Shamil Basayev.
Para penyandera menuntut agar Rusia menarik mundur pasukannya dari Chechnya dan mengakui kedaulatan negeri kecil itu.
Pada hari ketiga penyanderaan, pasukan Rusia menyerbu sekolah itu menggunakan peralatan berat semacam tank dan roket.
Akibatnya, 330 orang sandera, termasuk 186 orang anak-anak, tewas. Sementara itu, nasib sekitar 200 orang lainnya tak diketahui.
Menurut versi Pemerintah Rusia, dari 32 penyandera, hanya satu orang yang ditangkap hidup-hidup.
Namun, jumlah dan identitas para penyandera tetap menjadi topik kontroversial karena pernyataan pemerintah yang terus berubah-ubah.
1. Tragedi 11 September 2001
Serangan ini merupakan sebuah aksi terkordinasi pada 11 September 2011 pagi ketika dua pesawat penumpang United Airlines dan American Airlines dibajak dan ditabrakkan ke menara kembar WTC di New York, AS.
Akibatnya, kedua gedung pencakar langit itu runtuh dan menewaskan 2.996 tewas dan melukai 6.000 orang lainnya dan menimbulkan kerugian properti dan infrastruktur sedikitnya 10 miliar dollar AS.
Pesawat ketiga, American Airlines nomor penerbangan 77, jatuh di Kementerian Pertahanan AS atau Pentagon di Virginia yang menghancurkan sisi barat gedung itu.
Pesawat keempat, United Airlines penerbangan 93, diarahkan ke Washington DC, tetapi jatuh di sebuah lapangan di Pennsylvania setelah para penumpangnya berontak dan menyerang para pembajak.
Amerika Serikat langsung menuding Al Qaeda sebagai dalang serangan dan langsung merespons dengan mengobarkan perang melawan terorisme yang diikuti invasi ke Afganistan dan menggulingkan Taliban yang diyakini menyembunyikan Osama bin Laden.
Awalnya, Osama bin Laden membantah mendalangi serangan itu, tetapi pada 2004 dia kemudian mengklaim bertanggung jawab atas tragedi 11 September 2001.
Itulah 10 teror paling mengerikan pada abad ke-21.