Find Us On Social Media :

Sepakbola Indonesia, Lahirnya Memang untuk Melawan Penjajah Belanda

By Moh. Habib Asyhad, Kamis, 12 September 2024 | 13:06 WIB

Ada yang bilang, sepakbola harus terbebas dari unsur politik. Tapi faktanya, sepakbola pernah menjadi alat perjuangan melawan penjajah. Sepakbola Indonesia, contohnya.

Soft diplomacy melalui sepak bola

Setahun setelah penyerahan kedaulatan dari Belanda ke Indonesia pada Konferensi Meja Bundar 1949, PSSI menggelar kongres ke-12-nya di Semarang. Tema yang diusung saat itu adalah "Re-incarnatie".

Nama singkatan PSSI mengalami perubahan dan disesuaikan dengan perkembangan ejaan bahasa Indonesia. Singkatan “Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia” secara resmi menggantikan singkatan yang lama yakni “Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia”.

Dalam kongres ini R. Malai terpilih sebagai Ketua PSSI yang baru. Dia diberikan kewenangan penuh untuk memilih seluruh pengurusnya. PSSI pada 1951 menjadi satu-satunya induk organisasi sepakbola di Indonesia setelah induk-induk warisan kolonial meleburkan diri ke PSSI.

Hubungan nasionalisme dan olahraga yang semakin menguat memiliki implikasi terhadap sepakbola yang semakin populer untuk membangun national character building. Sepakbola menjadi alat perjuangan bagaimana membangun karakter bangsa melalui ranah olahraga. Sukarno melihat adanya hubungan yang erat itu. Ketika Indonesia telah menjadi sebuah negara, tujuan perjuangan bangsa adalah menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjadi negara yang besar.

Pada Maret 1951, Indonesia ikut Asian Games pertama yang digelar di New Delhi, India. Sepakbola juga termasuk di dalamnya--hal ini sekaligus menandakan bahwa PSSI dan sepakbola Indonesia diakui dunia menjadi bagian dari alat diplomasi. Tak lama berselang, persisnya pada 18 November 1951, Indonesia resmi menjadi anggota FIFA--induk sepakbola tertinggi di dunia--dan disahkan setahun kemudian saat Olimpiade Helsinski. Prestasi sepakbola Indonesia ketika itu juga bisa dibilang cukup mentereng: semifinal pada Asian Games Manila 1954 dan medali perunggu pada Asian Games Tokyo 1958.

Sepakbola kembali menjadi semacam alat diplomasi bagi Indonesia ketika melakukan tur ke Eropa Timur dan ketika berpartisipasi dalam Ganefo, olimpiade tandingan yang digagas Bung Karno. Pada dua momen tersebut, sepakbola Indonesia benar-benar mendapat sambutan yang cukup hangat.

Pada Olimpiade Melbourne 1956, sepakbola Indonesia membuat kejutan. Indonesia berhasil menahan raksasa Eropa masa itu, Uni Soviet, dengan skor 0-0--meskipun pada pertandingan ulangan harus takluk 4-0. Tapi paling tidak, Indonesia dan sepakbolanya sudah dikenal oleh dunia.

Baca Juga: La Furia, Kisah Lahirnya Identitas Sepak Bola Spanyol di Antwerp 1920