Find Us On Social Media :

Manusia Biasa Itu Bernama Munir: Sekelumit Cerita untuk Mengenang Sang Pejuang HAM

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 8 September 2024 | 13:53 WIB

Munir manusia biasa pada umumnya. Sangat mencintai istri dan anak-anaknya. Sangat menghormati abah dan uminya. Bahkan pernah berkelahi saat muda. Tapi satu hal: dia akan melakukan apa saja demi membela kebenaran.

Kiranya akan sangat menarik jika kita melihat bagaimana dua orang pemberani bersama-sama mengelola rasa. Hellen Keller melukiskan cinta dengan kalimat yang amat menyentuh, "The most beautiful thing in the world that can neither be seen nor touched”. Cinta adalah hal terindah sejagad yang tak bisa dilihat ataupun disentuh.

Mungkin karena itulah saat membicarakan cinta, Munir yang terkesan garang dan berhasil membuat panik rezim Orde Baru itu, bisa tiba-tiba menjadi puitis. Simak saja pendapatnya tentang cinta dan pernikahan yang ia ungkapkan kepada seorang temannya melalui fasilitas chatting.

... Kawin itu bukan cita-cita, tapi sesuatu yang datang sendiri dan nggak bisa dihindari. Dia bagian tertua dari peradaban, ia bagian dari seni, dan biarlah dia datang menurut alurnya. Kawin datang ketika cinta dan kontraktual untuk bersama ditemukan. Jadi ia akan datang sendiri dan kita temukan di mana dunia peradaban yang terencana itu dijalankan.

Kata-kata Gandhi tentang cinta : “Kalau orang masih berhasil menulis lewat huruf hiroglif, maka cinta akan menulis dalam pilihan ruang kebenaran yang tidak terjamah”. Nah, jadi cinta dan perkawinan itu bukan soal fisik (jamah) tapi kebenaran dalam kejujuran menemukan kesesuaian.

OK, jangan berdoa untuk dapat jodoh, tapi berdoalah untuk kebenaran. Karena di situ cinta akan ditemukan... Saya pernah jatuh cinta pada seorang gadis yang hidup dalam latar belakang yang sama sekali berbeda. Kini dia jadi istri tercinta, dan dia adalah kekuatan bagi kehidupan saya yang jauh lebih kuat dibanding jatuh bangun saya untuk belajar ilmu pengetahuan atau lainnya.

Cinta itu hebat, bahkan lebih hebat dari dunia perkawinan itu sendiri.Doa adalah bagian penuturan cinta pada sebuah cita-cita yang belum kita capai. Dia bukan urusan Tuhan, tapi urusan manusia. Dan Tuhan ada pada berapa besar rasa cinta kita akan kebenaran itu. Nah, berdoalah dengan cinta, tapi jangan berdoa untuk cinta...

Penjelasan "serius" di atas uniknya berbanding terbalik dengan kesantaian Munir menjalani hidup sehari-hari. Dalam sebuah wawancara, sambil menyantap sepiring mi goreng, Suciwati berbagi cerita.

Banyak hal yang mengesankan pada dia karena saya tidak melihat dia lepas-lepas. Dia adalah seorang ayah bagi anak-anakku, ia sangat akrab karena di saat-saat tertentu dia memandikan anak saya, menyuapi anak saya. Itu bukan hal yang mudah bagi seorang laki-laki yang hidup di keluarga patriarki jadi bagi saya dia luar biasa.

Tentu bagi saya itu hal yang khusus. Bagaimana saya mengenal dia, dia bisa enjoy banget dengan perdebatan-perdebatan di rumah tangga kami yang dinamis sekali. Di saat-saat khusus kami selalu ada. Bangun pagi, kami enggak langsung bangun tapi bercengkrama di kamar tidur. Anak-anak berkumpul di dalam kamar terus kita bercanda, baru satu jam atau setengah jam kemudian kita melakukan aktivitas.

Bahkan dia pasti meluangkan waktu untuk mengantar anak saya sekolah. Itu hal yang bagi saya luar biasa. Dia senang di kamar tidur, yang paling dia sukai itu memeluk dari belakang. Memeluk anaknya, memeluk istrinya dari belakang. Mengejutkan. Munir juga orang yang konyol. Kalo enggak ada dia, sepi. Enggak ada lo enggak rame (kalimat ini adalah slogan dari sebuah iklan rokok-pen).

Kalo dia libur itu, hobinya nonton film, masang musik keras-keras dan kalo musiknya ritmenya cepat, dia akan ajak orang-orang joget. Anak-anaknya ya diajak joget, istrinya juga.

Suciwati juga mengungkapkan sisi romantis Munir. Ia menuturkan bahwa tiap pagi selalu pria kelahiran Malang ini memberinya kecupan dan mengatakan, "Aku cinta padamu". Saat merayakan ulang tahun pernikahan, Munir juga mengajaknya jalan berdua seperti orang pacaran.