Find Us On Social Media :

Benarkah Dulu Candi Borobudur Dibangun Di Tengah Danau? Apa Buktinya?

By Moh. Habib Asyhad, Minggu, 4 Agustus 2024 | 13:16 WIB

Pada awal abad 20, seorang penulis dan etnolog Belanda, membuat hepotesis: Candi Borobudur dibangun di tengah danau. Benarkah?

Kesan inilah yang mengembangkan daya fantasi Nieuwenkamp sampai pada hipotesisnya, bahwa candi tersebut dahulu dibangun di tengah-tengah danau. Sebagai seorang seniman, daya fantasi Nieuwenkamp memang hebat. Kalau kita ikuti fantasi Nieuwenkamp tersebut, di sana dahulu kita akan dapat menyaksikan suatu panorama Borobudur yang bukan main megah dan indahnya.

Bayangkan, andaikata kita berdiri di tepian danau itu, dan kita layangkan pandangan ke tengah danau, akan nampak Borobudur putih yang berdiri megah itu, berkaca dengan tenangnya di air danau yang jernih membiru; dan semuanya begitu harmonis, dengan hutan-hutan sekitarnya yang hijau melebat, dan sawah ladangnya yang luas menguning; sedang di jauh, Pegunungan Menoreh, Gunung Sumbing, Merapi dan Merbabu, biru kelabu melingkunginya. Bukan main!

Teori para geolog

Untuk menunjang hipotesisnya itu, Nieuwenkamp telah meminta pendapat pada beberapa orang geolog Belanda terkenal, di antaranya pada Prof. Dr. L.M.R. Rutten di Utrecht. Dalam tanggapannya sarjana tersebut pada pokoknya membenarkan kemungkinan adanya danau tersebut; namun demikian kebenaran hipotesis itu masih perlu diteliti dan dibuktikan.

Di kalangan para geolog di antaranya Dr. R.W. Van Bemmelen, memang ada teori yang menganggap bahwa dahulu di zaman purba, di dataran tinggi Kedu itu pernah terbentuk suatu danau. Danau itu terjadi karena aliran sungai Progo ke selatan, di celah pertemuan kaki Gunung Merapi dan pegunungan Menoreh tersumbat oleh hasil erupsi letusan Gunung Merapi yang hebat sekali. Berabad-abad kemudian barulah danau itu mengering, setelah aliran sungai Progo berhasil mengikis habis sumbatan itu.

Usaha pembuktiannya

Untuk membuktikan kebenaran hipotesisnya itu, Nieuwenkamp lalu melakukan penelitian-penelitian lebih lanjut. Di awal 1937, dengan bantuan para geolog Belanda di Jawa, dari Dinas Topografi di Jakarta, dan dari Dinas Pertambangan di Bandung, dilakukan penelitian di daerah sekitar Borobudur.

Dengan mempelajari tinggi-rendah tanah daerah tersebut dan mencari teras-teras kuno tepi danau itu, mereka berusaha merekonstruksi bentuk dan batas-batas danau tersebut.

Hasil terakhir penelitian Nieuwenkamp pernah dimuat dalam harian Algemeen Handelsblad tanggal 2 Mei 1937, lengkap dengan gambar peta danaunya, seperti yang tertera pada karangan ini. Dari hasil penelitiannya itu, Nieuwenkamp , kembali menegaskan tentang kebenaran adanya danau itu.

Dia mengatakan bahwa hampir seluruh teras-teras tepi danau kuno di sebelah tenggara yang pernah disebut oleh Prof. Dr. L.M.R. Rutten, kini berhasil ditemukan. Hanya luas danau itu ternyata lebih kecil dari apa yang ia duga sebelumnya, lebarnya hanya 1 kilometer, dan panjangnya 3 kilometer.

Di samping itu terbukti juga, bahwa Borobudur tidak terletak pada sebuah pulau, tetapi terletak pada ujung tanjung, atau tanah yang menjorok jauh ke tengah danau. Ada tanah sempit yang menghubungkan tanah pelataran Borobudur itu dengan ujung tanah, tempat ditemukannya sisa-sisa bekas biara kuno di sebelah barat laut Borobudur.

Meskipun demikian bila Borobudur itu dilihat dari jauh, dari arah tertentu, akan masih tampak seperti berdiri di atas pulau di tengah-tengah danau.