Find Us On Social Media :

Wardiman Djojonegoro Dan Kesetiaannya Menjadi Provokator Budaya Panji

By Moh. Habib Asyhad, Selasa, 18 Juni 2024 | 11:30 WIB

Wardiman Djojonegoro Setia Menjadi Provokator Budaya Panji

Dari promotor ke “provokator”

Semakin terlibat dalam pelestarian budaya dan Cerita Panji, Wardiman justru semakin mengagumi karya sastra yang lahir pada abad ke-13 itu. Setidaknya, ada tujuh poin kekagumannya.

Pertama, ia kagum karena cerita ini sudah bertahan tujuh abad atau tepatnya lahir pada masa Kerajaan Kediri dan menyebar saat Kerajaan Majapahit. Salah satu bukti peninggalannya adalah relief-relief candi di Jawa Timur seperti di Candi Panataran dan Candi Mirigambar.

Kekagumannya juga didasari fakta bahwa Cerita Panji lahir dari kalangan bawah, tepatnya dari rakyat. Karya-karya ini disukai masyarakat saat itu dan ceritanya mampu beradaptasi dengan budaya setempat.

Cerita Panji juga menjadi inspirasi dari lahirnya tari-tarian. Tema cerita dalam seni tari ini justru lebih dulu populer, karena memang di masa lalu jarang ada penulisan naskah di atas kertas. Dari sini lahirlah tari-tarian seperti Tari Panji Semirang, Beksan Panji Sekar, Tari Panji Asmarabangun, Tari Panji Sepuh, dll.

Cerita ini kemudian juga mengilhami sejumlah seni pertunjukan Jenis-jenis seni pertunjukan berbasis Cerita Panji antara lain Wayang Gedhog, Wayang Beber, Wayang Topeng, Gambuh, Wayang Krucil, Wayang Thengul, dll. Sedangkan untuk kreasi baru muncul seperti Wayang Jantur, yang diciptakan Agus Bimo dari Klaten, Jawa Tengah.

Terakhir, kekaguman Wardiman adalah karena cerita ini bisa diekspor ke luar negeri. Saat ini cerita-cerita Panji juga bisa kita temui di beberapa negara tetangga seperti di Malaysia, Thailand, Myanmar, dan Kamboja. Tentu dengan penyesuaian budaya masing-masing.

“Kita wajib bangga karena ada budaya kita yang diekspor. Tidak ada budaya lain,” tutur Wardiman yang pernah menginisiasi Festival Budaya Panji tingkat ASEAN pada 2023, di mana sembilan di Asia Tenggara mengirimkan sanggar panjinya untuk berpartisipasi.

Di dalam negeri, upaya pelestarian Cerita Panji sebenarnya sudah mulai tumbuh dalam sepuluh tahun terakhir. Terutama di daerah-daerah dengan tradisi Panji yang kuat seperti Kediri, Surabaya, dan Malang. Di daerah-daerah ini, acara-acara seperti festival Panji sudah jadi acara tahunan.

Yang lebih menggembirakan, kini mulai tumbuh kesadaran untuk membuat Panji sebagai identitas budaya. Kabupaten Kediri misalnya, mengklaim diri sebagai Bumi Panji, kemudian Kota Kediri juga menyebut diri sebagai Kota Panji. Dalam acara tahunannya, Kabupaten Kediri bahkan punya program bertema “Panji balik kampung”.

Di dalam situasi yang bergairah inilah, Wardiman berperan terus mendorong pelestarian budaya Panji. Terutama untuk terus mendatangi pejabat-pejabat di daerah seperti bupati dan walikota agar mendukung upaya yang baik ini.

“Karena saya setiap tahun terus mendorong, maka saya disebut sebagai ‘provokator’ Panji, bukan promotor,” tutur ilmuwan yang berlatar belakang S-2 di Universitas Teknik di Aachen, Jerman (1963) dan S-3 Universitas Teknik di Delft, Belanda (1985).