Find Us On Social Media :

Perjalanan Hidup Buya Hamka: Dari Minangkabau hingga Ketua MUI Pertama

By Ade S, Sabtu, 1 April 2023 | 14:14 WIB

Buya Hamka

Ia menyelesaikan karya monumentalnya, Tafsir Al-Azhar, yang merupakan tafsir Al-Quran berbahasa Indonesia pertama yang ditulis secara sistematis dan komprehensif.

Ia juga menulis sejumlah buku lain seperti Sejarah Umat Islam, Ayahku, Kenang-kenangan Hidup, dan Pelajaran Agama Islam.

Pada tahun 1975, Buya Hamka terpilih sebagai ketua MUI pertama.

Ia berperan aktif dalam memberikan fatwa-fatwa keagamaan yang relevan dengan perkembangan zaman dan tantangan umat Islam.

Ia juga menjadi tokoh sentral dalam menyatukan berbagai aliran dan organisasi Islam di Indonesia. Ia dikenal sebagai ulama yang moderat, toleran, dan berwawasan luas.

Masa Akhir dan Warisan

Buya Hamka menghembuskan napas terakhirnya pada tanggal 24 Juli 1981 di Jakarta. Ia meninggal karena serangan jantung setelah menjalani operasi usus buntu.

Jenazahnya dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Ribuan orang menghadiri pemakamannya dan memberikan penghormatan terakhir kepada ulama besar ini.

Buya Hamka meninggalkan warisan yang sangat berharga bagi bangsa Indonesia, khususnya umat Islam.

Ia diakui sebagai salah satu tokoh pembaru Islam yang mampu menggabungkan antara tradisi dan modernitas, antara ilmu agama dan ilmu dunia, antara nasionalisme dan universalisme.

Ia juga dihormati sebagai pahlawan nasional yang berjuang untuk kemerdekaan dan kemajuan Indonesia.

Karya-karya Buya Hamka masih relevan hingga saat ini sebagai sumber inspirasi dan rujukan bagi generasi muda.

Novel-novelnya masih diminati oleh para pecinta sastra dan budaya. Tafsir Al-Azhar masih menjadi acuan bagi para penafsir Al-Quran.

Buku-buku keagamaannya masih menjadi bahan ajar bagi para pelajar dan mahasiswa. Fatwa-fatwanya masih menjadi pedoman bagi para ulama dan umat Islam.

Buya Hamka adalah sosok yang patut dicontoh dan diteladani oleh kita semua.

Ia adalah seorang ulama yang berilmu luas, beramal saleh, bermoral mulia, berjiwa besar, berpikiran terbuka, bersikap adil, berani membela kebenaran, dan mencintai tanah airnya.

Baca Juga: Alasan Buya Hamka Menolak Teori Gujarat dan Pilih Teori Makkah