Find Us On Social Media :

Prancis Kalahkan Maroko, Bak Mengulang Sejarah Pertempuran Tours Saat Pasukan Charles Martel Menyerang Pasukan Muslim

By Mentari DP, Kamis, 15 Desember 2022 | 15:30 WIB

Prancis dipastikan melaju ke partai final Piala Dunia 2022 Qatar setelah mengalahkan Maroko.

Intisari-Online.com - Juara Piala Dunia 2018, Prancis dipastikan melaju ke partai final Piala Dunia 2022 Qatar setelah mengalahkan Maroko.

Timnas Prancis tampil memukau dengan mengalahkan Maroko dengan skor 2-0 di Stadion Al Bayt, Al Khor, Qatar pada Kamis (15/12/2022) dini hari WIB.

Kemenangan atas Maroko tidak hanya membuat Prancis akan menantang Argentina di partai final Piala Dunia 2022 Qatar, namun juga bak mengulang sejarah Pertempuran Tours.

Apa itu Pertempuran Tours?

Dilansir dari britannica.com pada Kamis (15/12/2022), Pertempuran Tours terjadi pada 10 Oktober 732 di di suatu tempat antara Tours dan Poitiers.

Sehingga julukan lainnya adalah Pertempuran Poitiers.

Pertempuran Tours dipimpin oleh Charles Martel, penguasa de facto kerajaan Frank dan seorang Kristen, yang mengalahkan pasukan besar Moor Spanyol.

Tujuannya untuk menghentikan kemajuan Muslim ke Eropa Barat. 

Dalam pertempuran ini, Abd-ar-Rahman, gubernur Muslim Kordoba, tewas. Serta bangsa Moor mundur dari Gaul, tidak pernah kembali dengan kekuatan seperti itu.

Pertempuran ini bermuka ketika kematian raja Visigoth Witiza pada tahun 710 membuat Spanyol berantakan.

Para bangsawan Gotik menolak untuk mengakui putra-putranya yang masih kecil dan memilih Roderick, dux (adipati) Baetica, untuk menggantikannya.

Baca Juga: Siap Tantang Prancis di Semifinal Piala Dunia 2022, Ini Cerita di Balik Keberhasilan Sepak Bola Maroko, Rela Kucurkan Dana Rp165 Miliar Tiap Tahun

Lalu Gothic Gaul mengikuti putra Witiza, Akhila, dan Basque memberontak.

Tapi ketika Roderick menyerang ke utara untuk menumpas Basque, saingannya meminta bantuan Mūsā ibn Nuṣayr, gubernur Maghreb Umayyah.

Mūsā lalu mengirim pasukan di bawah Ṭāriq ibn Ziyād pada akhir musim semi 711.

Pasukan tersebut mendarat di Gibraltar, menyeberang ke daratan Spanyol, dan pada Juli 711 mengalahkan pasukan Roderick.

Alih-alih kembali ke Afrika Utara, Ṭāriq malah merebut banyak kota Spanyol dan jenderal Muslim itu segera menduduki sebagian besar Semenanjung Iberia.

Meskipun Ṭāriq dan Mūsā dipanggil kembali ke kursi kekhalifahan Umayyah di Damaskus, penerus mereka mengkonsolidasikan kendali Muslim atas Spanyol dan berusaha memperluas kepemilikan mereka ke utara.

Bentrokan di dekat Poitiers

Saat itu, Aquitaine (Prancis barat daya modern) berada di antara perbatasan wilayah Umayyah yang meluas di Spanyol dan wilayah Frank di utara.

Eudes, Adipati Aquitaine, lalu mau memisahkan diri. Tapi Charles Martel tidak setuju. Dia lalu dua kali menyerang Aquitaine pada tahun 731.

Charles mempermalukan Eudes tetapi gagal mengendalikan wilayah perbatasan sepenuhnya.

Pada tahun yang sama, ʿAbd al-Raḥmān al-Ghafiqi, Gubernur Muslim Córdoba, melancarkan ekspedisi hukuman.

Baca Juga: Maroko Jadi Negara Afrika Pertama yang Masuk Babak Semifinal Piala Dunia, Begini Sejarah Kerajaan Maroko

BaikʿAbd al-Raḥmān dan Charles tampaknya memahami bahwa Eudes merupakan ancaman, dan pada tahun 732 ʿAbd al-Raḥmān menginvasi Aquitaine.

Pasukannya menjarah Bordeaux dan mengalahkan Eudes dengan telak.

ʿAbd al-Raḥmān kemudianmenghancurkan Gereja Saint-Hilary di luar Poitiers dan bergerak menuju Tours.

Sikap ʿAbd al-Raḥmān itu memancing pertempuran antara pasukan Muslim maupun Kristen.

Sebenarnya Pertempuran Tours ada bebera aversi. Namun sumber yang paling diingat adalah pertempuran berubah dengan serangan kavaleri dengan tentara Frank menyerang di kamp Muslim.

Ini membuat terjadi pembantaian di belakang Bani Umayyah sampai ke garis Muslim, seluruh unit bubar dari pertempuran utama untuk mempertahankan kamp.

Pada akhirnya ʿAbd al-Raḥmān terbunuh dalam pertempuran itu, tetapi komandan lain mengambil kendali dan menarik pasukan Umayyah ke dalam kamp berbenteng.

Hampir semua sumber setuju bahwa sisa-sisa tentara Muslim lalu mundur ke selatan dengan tertib pada malam hari.

Sementara itu, Charles memperoleh keuntungan serta kemuliaan dari kemenangannya.

Dia akhirnya dapat menegaskan otoritasnya di Aquitaine, di mana, setelah memaksa Eudes untuk bersumpah setia kepadanya.

Baca Juga: Kini Maroko Kalahkan Portugal di Piala Dunia 2022, Dulu Panglima Perang Maroko Juga Berhasil Taklukkan Semenanjung Iberia

Sejak itu, Charles menaklukkan banyak tempat dan orang-orang memberinya julukan "Martel" ("Palu").

Bahkan pada saat kematiannya pada tahun 741, perbatasan antara Spanyol Muslim dan wilayah Franka Kristen tetap diperebutkan.

Namun kehadiran Franka Kristen bertahan lama di selatan Pyrenees akan menjadi salah satu langkah penghentian pertama dalam Reconquista Semenanjung Iberia.

Baca Juga: Sejarah Panjang 2 Musuh Bebuyutan, Jepang dan Korea Selatan yang Berhasil Kalahkan Spanyol dan Portugal