Para penguasa Han awal datang dan percaya bahwa batu giok akan melestarikan tubuh fisik dan jiwa yang melekat padanya dalam kematian.
Pada berbagai penguburan ditemukan dengan cakram giok besar dan kecil ditempatkan di sekitar orang yang meninggal, melansir heritagedaily.
Ini kemudian berkembang menjadi praktik dikubur dengan pakaian pemakaman batu giok berornamen.
Benar-benar membungkus orang yagn meninggal dalam ribuan potongan batu giok yang dipotong dan dipoles serta dijahit dengan benang.
Itu dilakukan dengan kepercayaan bahwa setelah itu memastikan tubuh akan tetap abadi.
Diperkirakan membutuhkan ratusan pengrajin lebih dari 10 tahun untuk memoles pelat batu giok yang dibutuhkan untuk satu setelan, yang menekankan kekuatan dan kekayaan almarhum.
Menurut Hou Hansh (Kitab Han Akhir), jenis benang yang digunakan tergantung pada status.
Batu giok seorang kaisar dijalin dengan emas, sementara bangsawan lessor dan bangsawan tinggi dengan perak, putra dan putri lessor dengan tembaga, dan bangsawan peringkat rendah dengan sutra.
Diyakini bahwa praktik tersebut berhenti pada masa pemerintahan kaisar pertama negara bagian Wei pada periode Tiga Kerajaan (220-280 M), karena takut akan adanya perampok makam yang membakar jas untuk mengambil benang emas atau perak.
Penyebutan Pakaian Pemakaman Giok dalam teks sejarah diduga hanya sebagai legenda, sampai ditemukannya dua setelah giok lengkap di makam Pangeran Liu Sheng dan istrinya Putri Dou Wan di Mancheng, Hebei pada tahun 1968.
Total diketahui 20 pakaian pemakaman giok yang ditemukan di China hingga saat ini.
Temukan sisi inspiratif Indonesia dengan mengungkap kembali kejeniusan Nusantara melalui topik histori, biografi dan tradisi yang hadir setiap bulannya melalui majalah Intisari. Cara berlangganan via