Find Us On Social Media :

‘Pakaian Pemakaman Giok’, Ritual Pemakaman Kalangan Elite dan Penguasa Dinasti Han China Kuno, Pakaian Giok Hasil Kerajinan Tangan, Gunakan Benang yang Berbeda Sesuai Status

By K. Tatik Wardayati, Sabtu, 20 Agustus 2022 | 14:55 WIB

Pakaian Pemakaman Giok, ritual pemakaman Dinasti Han China Kuno.

Intisari-Online.comPakaian pemakaman Giok adalah pakaian giok hasil kerajinan tangan dari Dinasti Han China, yang digunakan untuk penguburan elite China dan anggota kelas penguasa.

Orang China mengembangkan daya tarik dengan Giok sejak 6000 SM selama periode Neolitik, dengan memproduksi alat atau senjata ritual dan ornamen sebagai simbol kekuatan politik dan otoritas agama.

Salah satu pusat manufaktur Giok pertama yang diketahui terjadi di Delta Sungai Yangtze China oleh budaya Liangzhu (3300-2300 SM).

Dengan mengambil batu giok nephrite untuk barang-barang giok utilitarian dan seremonial dari persediaan yang sekarang habis di daerah Ningshao.

Batu giok juga banyak dari sumber di daerah provinsi Liaoning di Mongolia Dalam oleh budaya Hongshan (4700-2200 SM).

Mereka menghasilkan benda-benda giok dalam bentuk naga babi atau naga zhulong dan embrio.

Dengan munculnya Dinasti Han, dinasti kekaisaran kedua China, dari tahun 202 SM, benda-benda giok semakin dihiasi dengan hewan dan motif dekoratif lainnya.

Sementara pekerjaan relief rendah pada benda-benda seperti pengait sabuk menjadi bagian dari kostum elite.

Kekerasan, daya tahan, dan warna tembus cahaya yang halus pada batu giok dikaitkan dengan konsepsi China tentan gjiwa, kualitas pelindung, dan keabadian dalam ‘esensi’ batu (yu zhi, shi zhi jing ye).

Hubungan dengan umur panjang, konsep batu giok terlihat dari teks sejarawan China, Sima Qian (145-86 SM) tentang Kaisar Wu dari Han (157-87 SM), yang digambarkan memiliki cangkir batu giok bertuliskan kata-kata ‘Panjang Umur untuk Raja’, dan memanjakan dirinya dengan ramuan batu giok yang dicampur dengan embun manis.

Han berpikir bahwa setiap orang memiliki dua bagian jiwa, yaitu roh-jiwa (hun) yang melakukan perjalanan ke surga akhirat abadi (xian), dan tubuh-jiwa (po) yang tetap berada di kuburan atau makamnya di Bumi.

Keduanya hanya bisa dipertemukan kembali dengan roh-roh melalui upacara ritual.