Find Us On Social Media :

Ritual Pemakaman Jazz di New Orleans, Prosesi Pemakaman dengan Penuh Sukacita Diiringi Marching Band, Pengaruh Budaya Eropa dan Afrika yang Sudah Dilakukan Ratusan Tahun

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 19 Agustus 2022 | 16:20 WIB

Ritual Pemakaman Jazz New Orleans.

Intisari-Online.com – Pada setiap budaya memiliki ritual pemakaman atau upacara pemakamannya masing-masing yang bisa berbeda di setiap daerah.

Prosesi pemakaman di New Orleans dalam bahasa sehari-hari disebut Pemakaman Jazz, tetapi istilah ini sering diremehkan oleh penduduk asli New Orleans hingga abad ke-20.

Mereka lebih suka istilah  ‘pemakaman dengan musik’.

Penghinaan ini pun memudar selama 100 tahun terakhir, dan kini istilah ‘Pemakaman Jazz’ pun bisa diterima.

Bila pada umumnya prosesi pemakaman dibalut dengan dominasi warna hitam, di situlah kesamaan antara prosesi pemakaman New Orleans dengan pemakaman tradisional barat.

Sebagian besar pemakaman di barat terlihat muram, dengan bagian yang paling mencolok adalah lampu berkedip dari pengawalan polisi, apalagi jika almarhum adalah seorang petugas hukum.

Selain mawar yang dilemparkan ke peti mati, atau guci pemakaman yang elegan, dan mungkin membawakan lagu ‘Ave Maria’ yang menghantui, pemakaman khas barat adalah acara yang khusyuk dan murah.

Anda bisa melihat hal seperti itu dalam film-film barat ketika ada prosesi pemakaman.

Tetapi ini tidak terjadi di New Orleans, yang merupakan kota terbesar di negara bagian Louisiana Amerika Serikat.

Seluruh jalan ditutup, nyanyian muram yang dimainkan dalam perjalanan ke gereja penuh dengan kehidupan dan  energi dari seluruh marching band.

Sinar matahari menyinari trombon yang meraung-raung, saat para musisi berjas hitam dan kemeja putih bermain di jalan.

Lonceng tuba dihiasi dengan huruf hitam putih yang menamai almarhum.

Banyak yang memakai topi bergaya untuk menghindari sinar matahari dan turis di kedua sisi jalan bersaing untuk mendapatkan posisi dalam mengambil gambar dan video.

Anggota prosesi berjalan di antara para pemusik sambil membawa foto orang yang melewati piket kayu.

Suara musiknya tidak mampu meredam suara percakapan, nyanyian, bahkan sorak-sorai saat prosesi pemakaman terus berjalan.

Pemakaman Jazz New Orleans sangat ritual, dan ada urutan acara ketat yang harus diikuti.

Umumnya, ada acara bangun tidur sebelum pemakaman, di mana keluarga dan teman-teman almarhum berkumpul bersama.

Dari rumah tempat acara bangun pagi dimulai prosesi berbaris ke gereja, keluarga dan teman-teman dipimpin oleh band tiup, sering terdiri dari puluhan anggota, ke gereja tempat kebaktian diadakan.

Mereka memainkan nyanyian pemakaman dan musuk khusyuk lainnya sepanjang jalan.

Sekelompok orang yang mengikuti band itu disebut ‘baris kedua’, bukanlah marching band yang khusyuk, tetapi mereka memainkan alat musik, sering kali menampilkan kemegahan mereka bak marching brass band.

Jika ini adalah pemakaman Kristen, maka pelayat sering mengikuti contoh alkitabiah tentang ‘bersukacita’ saat kematian, mengarahkan orang sekitar dengan semangat.

Meskipun ini mungkin terdengat tidak bermartabat atau liar, namun kegembiraan yang bersemangat itu terjadi pada saat-saat tertentu yang telah direncanakan melalui ritual sejak ratusan tahun lalu.

Ketika prosesi mencapai gereja, maka beralih ke pemakaman Kristen barat yang lebih tradisional dan muram.

Ritual Pemakaman Jazz berakar pada pengaruh budaya Eropa dan Afrika, di samping pengaruh militer berdasarkan masa lalu kolonial Lousinian.

Pengaruh militer dapat dilihat dari band kuningan sejak bermain di pemakaman militer.

Pengaruh ini dikombinasikan dengan praktik spiritual Afrika, khususnya dari suku Yoruba di Nigeria dan suku lain di Afrika Barat.

Ada juga pengaruh kuat dari gereja-gereja Katolik dan Protestan pada awal abad ke-20, yang bisa dilihat dalam ritual ‘bersukacita saat kematian’ bagian dari Pemakaman Jazz, melansir thelivingurn.

Pemakaman Jazz umum dilakukan di semua komunitas etnis selama akhir 1800-an dan pada awal abad ke-20.

Ketika band kuningan lebih populer dan lebih liar sebelum Perang Dunia Pertama, banyak komunitas kulit putih yang datang melihat Pemakaman Jazz dengan jijik dan menganggap musik yang bersemangat itu tidak sopan di tengah orang yang berduka.

Barulah pada thaun 1960-an Pemakaman Jazz kembali menjadi praktik yang umum di banyak batas agama dan etnis.

Dengan meningkatnya orang yang memilih untuk mengkremasi orang yang mereka cintai yang telah meninggal, karena biaya yang lebih rendah dengan menggunakan guci pemakaman atau guci kremasi, Pemakaman Jazz menjadi kurang umum dilakukan.

Banyak orang memilih upacara yang lebih sederhana dan lebih murah.

Biaya arak-arakan dan band full jelas melebihi biaya pemakaman biasa, apalagi saat biaya pemakaman meningkat.

Meski demikian, praktik prosesi pemakaman dengan menggunakan band ini telah menyebar ke bagian lain negara, dan mereka tetap menggunakannya hingga hari ini.

Baca Juga: Tawarkan ‘Makanan Terakhir’ pada Tubuh Kaku yang Dikelilingi Bunga, Inilah Ritual Antyesti, Tradisi Pemakaman dan Berkabung Hindu di India

 Baca Juga: Ritual Kematian Suku Igorot di Filipina, Praktikkan Tradisi Kuno, Orang Tua Ukir Peti Mati Mereka Sendiri Sebelum Digunakan dan Digantung di Sisi Tebing

Temukan sisi inspiratif Indonesia dengan mengungkap kembali kejeniusan Nusantara melalui topik histori, biografi dan tradisi yang hadir setiap bulannya melalui majalah Intisari. Cara berlangganan via