Find Us On Social Media :

Bukan Inggris Atau Amerika, Justru Negara Ini yang Tercatat Sudah Berperang Dengan Rusia Hingga 12 Kali, Bahkan Pernah Memojokkan Rusia Sampai Kalah

By Afif Khoirul M, Minggu, 1 Mei 2022 | 11:17 WIB

Ilustrasi - Tentara Rusia

Kontrol kekaisaran Rusia atas wilayah Ottoman mengkhawatirkan Barat. Di bawah tekanan diplomatik, pada tahun 1878 di Berlin, Rusia terpaksa mengubah beberapa ketentuan Perjanjian San Stefano, menyerahkan sebagian tanah kepada Kekaisaran Ottoman dan sekutunya.

"Eropa berdiri di luar menyaksikan kami mengalahkan Turki, menumpahkan banyak darah dan uang, tetapi mereka tidak memberi kami manfaat yang seharusnya tepat bagi kami," kata duta besar Rusia untuk Turki, Nikolai Ignatyev saat itu.

Konflik militer terakhir antara kedua kekaisaran adalah selama Perang Dunia I.

Pengeluaran militer yang mahal ditambah dengan ketidakstabilan domestik menyebabkan kekaisaran Rusia runtuh pada tahun 1917, selama Revolusi Oktober Rusia yang dipimpin oleh pemimpin Lenin.

Kekaisaran Ottoman adalah pihak yang kalah dalam Perang Dunia I, terkoyak oleh Barat dan runtuh pada tahun 1922.

Gejolak dalam negeri mengakhiri perang dengan jatuhnya Kekaisaran Rusia pada tahun 1917.

Kekaisaran Ottoman, sebagai pihak yang kalah, kehilangan sebagian besar wilayahnya ke Barat dan runtuh pada tahun 1922.

Setahun kemudian, perjuangan kemerdekaan Turki mencapai klimaksnya, dengan munculnya Republik Turki hingga saat ini.

Di bawah Presiden Recep Tayyip Erdogan, Turki telah menjadi kekuatan yang berpengaruh di kawasan itu.

Turki adalah negara anggota NATO, tetapi memiliki jalur diplomatik dan militernya sendiri.

Pada 24 November 2015, pesawat serang Su-24 Angkatan Udara Rusia, dalam misi memerangi ISIS di Suriah, ditembak jatuh oleh jet tempur F-16 Turki.

Turki kemudian mengeluarkan permintaan maaf resmi.

Insiden itu membawa hubungan Rusia-Turki ke titik paling tegang dalam beberapa dekade.

Pada Oktober 2016, Presiden Rusia Vladimir Putin dan timpalannya dari Turki Recep Tayyip Erdogan menyetujui upaya untuk memulihkan hubungan bilateral, mengesampingkan kesalahpahaman di masa lalu.

Selama konflik Ukraina tahun 2022, Turki mempertahankan posisi netral, menegaskan tidak akan melepaskan kerja sama ekonomi dengan Rusia, dan berharap Rusia dan Ukraina segera menemukan solusi untuk mengakhiri konflik melalui dialog.