Find Us On Social Media :

Jadi Negara Gagal Meski Punya Minyak Melimpah, Negara Miskin Ini Bak Ketiban Durian Runtuh, Disebut-sebut Akan Jadi 'Raja Minyak Dunia' Setelah Dibantu AS Gara-gara Perang Rusia-Ukraina

By Mentari DP, Jumat, 25 Maret 2022 | 14:30 WIB

Intisari-Online.comPerang Rusia-Ukraina membuat Amerika Serikat (AS) memberikan sanksi kepada Rusia.

Di mana akibat dari perang Rusia-Ukraina itu, Rusia dikenakan sanksi ekonomi.

Selain AS, Uni Eropa dan banyak negara lainnya juga memberikan sanksi ekonomi.

Akibat dari sanksi itu, harga minyak dan gas Rusia melonjak.

Nah, di tengah situasi melonjaknya harga minyak dan gas Rusia, ada sebuah negara yang mendadak mendapat ketiban durian runtuh.

Dia adalah Venezuela.

Mengapa?

Pekan lalu, sebuah artikel oleh jurnalis terkemuka Greg Palast mengklaim bahwa Venezuela memiliki kapasitas untuk mengekspor dua juta barel per hari.

Palast menyarankan bahwa, jika sanksi AS dan Uni Eropa terhadap Venezuela dicabut, harga minyak Rusia yang kini melonjak, akan menukik dalam 20 menit.

Baca Juga: Makin Brutal, Militer Rusia Sudah Kepung Mariupol dari Segala Arah, Tembaki Siapapun yang Berani Masuk atau Keluar dari Kota, Mayat-mayat Dibiarkan di Jalanan 

Baca Juga: Baru Saja Putin Ancam Gunakan Senjata Nuklirnya, Mendadak Pesawat Kiamat Amerika Senilai Rp2,8 Triliun yang Diklaim Mampu Menahan Ledakan Nuklir Terbang di Negara Musuh Rusia

Namun, seorang ahli dalam operasi produksi energi Venezuela telah menentang argumen ini.

Dia malah mengklaim bahwa negara Amerika Latin itu bahkan tidak menghasilkan satu juta barel minyak.

Dilansir dari express.co.uk pada Jumat (25/3/2022), Pemimpin Program Energi Amerika Latin Rice University yang berbasis di Houston, Texas, menyatakan bahwa Venezuela saat ini memproduksi antara 700.000 dan 800.000 barel per hari.

Sebaliknya, Francisco Monaldi mengatakan bahwa Rusia mampu memproduksi 11 juta barel, dan mengekspor sekitar tujuh juta di antaranya.

"Jadi bahkan jika mereka mencabut sanksi terhadap Venezuela, itu hampir tidak berpengaruh pada pasar dunia," ungkap Monaldi.

Namun, lanjutnya, jika AS berhenti mengimpor minyak dari Rusia, minyak mentah Venezuela bisa memasok sebagian pasar yang ditinggalkan Rusia.

Sehingga Monaldi menyimpulkan, "Bagaimanapun, Rusia mengambil bagian yang baik dari pasar yang ditinggalkan oleh Venezuela di kilang Teluk Meksiko, di mana Venezuela mengekspor jumlah yang sangat mirip dengan apa yang dijual Rusia pada tahun 2021."

Menurut Data CEIC, produksi minyak mentah Venezuela berada pada tingkat tinggi pada tahun 2002, ketika negara itu memproduksi hampir 3 juta barel per hari.

Baca Juga: Nyawanya Sudah Jadi Incaran Tentara Pembunuh Bayaran, Lagi-lagi Zelensky Selamat dari Upaya Pembunuhan, Pelakunya Diduga 'Berhubungan' dengan Vladimir Putin

Baca Juga: Digembor-gemborkan Bakal Digunakan Rusia pada Perang di Ukraina, Terkuak Ini Syarat Mutlak Rusia Jika Ingin Gunakan Senjata Nuklirnya

Namun, produksi minyak negara itu mencapai rekor terendah pada 337.000 barel per hari pada Juni 2020 dan saat ini sekitar 700.000 barel per hari.

Pembicaraan antara AS dan Venezuela mengenai potensi keringanan sanksi sejauh ini hanya melihat sedikit kemajuan.

Ini karena AS sedang mengevaluasi sikap Venezuela atas serangan Rusia ke Ukraina.

Kemarin, para pejabat AS tiba di Caracas untuk berdiskusi dengan perwakilan pemerintah Maduro, dengan pembicaraan putaran kedua diperkirakan akan segera terjadi, Radio RCN melaporkan.

Pemerintah Maduro diwakili oleh Tarek El Aissami, yang saat ini menjabat sebagai Menteri Perminyakan Venezuela.

Dapat dipahami bahwa pembicaraan berpusat di sekitar produksi minyak saat ini dan kondisi perusahaan Petroleo De Venezuela (PDVSA), yang berada di bawah sanksi internasional.

RCN melaporkan bahwa sekitar 11 perusahaan minyak AS tertarik untuk berinvestasi di Venezuela dalam jangka pendek, sebelum akhir paruh kedua tahun 2022.

Pembicaraan tersebut mengikuti pertemuan Presiden Venezuela Nicolas Maduro dengan penasihat Gedung Putih untuk Urusan Amerika Latin, Juan González, dan duta besar AS untuk Venezuela, James Story.

Baca Juga: Peduli Setan Dengan Ancaman Vladimir Putin, Donald Trump: Jika Saya Presiden Amerika, Saya Akan Mengirim Kapal Selam Nuklir ke Rusia dan Menembakkannya Berkali-kali

Baca Juga: Tepat di Hadapan Puan yang Hanya Bisa 'Basa-basi' Soal Ukraina, Negara Ini Berani Mencak-mencak Soal 'Standar Ganda' Dunia, Sampai Berani Minta Negara Lain Diusir