Dilansir dari express.co.uk pada Jumat (25/3/2022), Pemimpin Program Energi Amerika Latin Rice University yang berbasis di Houston, Texas, menyatakan bahwa Venezuela saat ini memproduksi antara 700.000 dan 800.000 barel per hari.
Sebaliknya, Francisco Monaldi mengatakan bahwa Rusia mampu memproduksi 11 juta barel, dan mengekspor sekitar tujuh juta di antaranya.
"Jadi bahkan jika mereka mencabut sanksi terhadap Venezuela, itu hampir tidak berpengaruh pada pasar dunia," ungkap Monaldi.
Namun, lanjutnya, jika AS berhenti mengimpor minyak dari Rusia, minyak mentah Venezuela bisa memasok sebagian pasar yang ditinggalkan Rusia.
Sehingga Monaldi menyimpulkan, "Bagaimanapun, Rusia mengambil bagian yang baik dari pasar yang ditinggalkan oleh Venezuela di kilang Teluk Meksiko, di mana Venezuela mengekspor jumlah yang sangat mirip dengan apa yang dijual Rusia pada tahun 2021."
Menurut Data CEIC, produksi minyak mentah Venezuela berada pada tingkat tinggi pada tahun 2002, ketika negara itu memproduksi hampir 3 juta barel per hari.
Namun, produksi minyak negara itu mencapai rekor terendah pada 337.000 barel per hari pada Juni 2020 dan saat ini sekitar 700.000 barel per hari.
Pembicaraan antara AS dan Venezuela mengenai potensi keringanan sanksi sejauh ini hanya melihat sedikit kemajuan.
Ini karena AS sedang mengevaluasi sikap Venezuela atas serangan Rusia ke Ukraina.
Kemarin, para pejabat AS tiba di Caracas untuk berdiskusi dengan perwakilan pemerintah Maduro, dengan pembicaraan putaran kedua diperkirakan akan segera terjadi, Radio RCN melaporkan.