Intisari-Online.com - Setelah gagal merebut ibu kota Ukraina, Kyiv, kini militerRusia mengepung kota pelabuhan Mariupol.
Mariupol sendiri adalah target strategis utama bagi militer Rusia.
Militer Rusia lalu menuntut para pejuang di Mariupul untuk meletakkan senjata mereka.
Lalu setelahnya mereka bisa aman untuk meninggalkan kota.
Namun Ukraina sendiri menolak untuk melakukannya.
Sehingga dilaporkan sekitar 300.000 orang diyakini terjebak di sana.
Padahal kini persediaan hampir habis dan bantuan diblokir untuk masuk.
Apalagi warga di sana telah mengalami pengeboman Rusia selama berminggu-minggu tanpa listrik atau air yang mengalir.
Oleh karenanya, Dmytro Gurin, seoranganggota parlemen Ukraina, mengatakanRusia sedang berusaha membuat kota pelabuhan Mariupol yang terkepung mengalami kelaparan agar menyerah.
"Rusia tidak membiarkan konvoi kemanusiaan memasuki kota dan kita melihat dengan jelas sekarang bahwa tujuan Rusia adalah untuk mulai menciptakan kelaparan di kota,” ujar Gurin seperti dilansir daribbc.com pada Kamis (24/3/2022).
"Jika kota tidak menyerah, mereka tidak akan membiarkan orang keluar."
Di bawah proposal, yang Ukraina miliki hingga pukul 05:00 waktu Moskow (02:00 GMT), pasukan Rusia akan membuka koridor aman dari Mariupol mulai pukul 10:00 waktu Moskow.
Dengan syarat merekaharus melucuti senjata pasukan Ukraina dan "tentara bayaran asing", baru mereka bisa meninggalkan kota.
Setelah dua jam, pasukan Rusia mengatakan mereka akan mengizinkan konvoi kemanusiaan dengan makanan, obat-obatan, dan persediaan lainnya untuk memasuki kota dengan aman.
Jika Rusia merebut Mariupol, maka itu akan membantu Rusia menguasai wilayah Timur Ukraina.
Sebab wilayah timur Donetsk dan Luhansk sudah dikendalikan oleh separatis yang didukung Rusia.
Sedangkan Krimea sudah dianeksasi oleh Rusia pada tahun 2014.
Namun sejauh ini, parapejuang di Mariupol tetap teguh mempertahankan kota.
Sementara penduduk menghabiskan sebagian besar waktu mereka di tempat penampungan dan ruang bawah tanah.
Ini karenaRusia melanjutkan serangan tanpa henti di kota itu, dari darat, udara dan laut.
Dari sebuah foto yang berhasil di ambil, terlihat hampir sebagian besar gedung sudah runtuh dan hancur.
Walikota, Vadym Boychenko, memperkirakan bahwa lebih dari 80% bangunan tempat tinggal telah rusak atau hancur, sepertiga di antaranya tidak dapat diperbaiki.
Mayat-mayat ditinggalkan di jalanan karena terlalu berbahaya untuk diambil.
Termasuk mengevakuasipuing-puing sebuah teater yang menurut pejabat Ukraina dibom oleh Rusia Rabu lalu.
Gurin mengatakan ratusan orang diyakini masih terjebak di ruang bawah tanah, yang bertahan dari serangan itu.
"Kamistidak bisa membersihkan puing-puing ini karena penembakan tidak pernah berhenti dan pengeboman tidak pernah berhenti."
"Ini benar-benar berbahaya," katanya.
Dia tidak bisa memberikan perkiraan berapa banyak orang yang berhasil melarikan diri dari daerah itu.
Sebab komunikasi pemerintah pusat dengan Mariupol sudah terputus.
Sejak perang dimulai, pihak berwenang mengatakan sedikitnya 2.500 orang telah tewas di Mariupol meskipun angka sebenarnya mungkin lebih tinggi.
Mereka juga tidak bisamengevakuasi warga sipil Mariupol karena Rusia terus menembaki pasukan Ukraina.
Pada hari Minggu, wakil perdana menteri Ukraina mengatakan 3.985 orang telah melarikan diri dari Mariupol ke Zaporizhzhia.
Pemerintah berencana mengirim sekitar 50 bus untuk menjemput pengungsi lebih lanjut dari kota.