Sudah Habis Cara untuk Membendung Serangan Rusia yang Makin Brutal, Ukraina sampai Bebaskan Masuk Ukraina Siapa Saja Pasukan yang Mau Membela Negaranya

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

(ilustrasi) Tentara Ukraina memegang senjata anti tank NLAW di luar kota Kyiv

Intisari-Online.com - Kurang dari 48 jam setelah Rusia mengumumkan invasi kei Ukraina, Presiden Zelensky meminta warga negara asing untuk bergabung dengan "Korps Pertahanan Internasional Ukraina".

Menurut beberapa ahli, tindakan Ukraina ini bisa "menguntungkan dan berbahaya".

Ukraina mengatakan akan mencabut syarat visa dan mengeluarkan paspor untuk tentara asing yang ingin datang dan membantu melawan militer Rusia.

Pada 8 Maret, Menteri Pertahanan Ukraina Oleksiy Reznikov mengatakan bahwa Ukraina menerima lebih dari 20.000 sukarelawan asing yang meminta untuk bergabung dengan tentara Ukraina.

Menurut Zelensky, tentara asing pertama yang datang ke Ukraina sudah ikut berperang.

Banyak ahli memperingatkan bahwa ribuan sukarelawan yang muncul di Ukraina bisa menyebabkan efek negatif jangka pendek dan panjang.

“Konsekuensi yang paling jelas dari keberadaan relawan asing adalah dapat meningkatkan keparahan konflik."

"Mentalitas relawan asing biasanya mendukung pihak yang lebih lemah."

Baca Juga: Seisi Dunia Bisa Bernapas Lega, Pakar Ini Beberkan Prediksi Kapan Perang Rusia-Ukraina Berakhir

Baca Juga: Bisa Jadi Kegagalan Keberhasilan Dua Periode Jokowi, Sikap Indonesia yang 'Condong' Membela Rusia dan Biarkan Ukraina Dilibas Rusia Dikritik Banyak Pihak Internasional, Acara Ini Terancam

Hal itu memperpanjang perang dan menyebabkan jatuhnya lebih banyak korban," kata David Malet, pakar di American University (AS) dan penulis "Foreign Warriors" sebagaimana diwartakan 24h.com.vn, Rabu (26/3/2022).

“Tentu saja, dalam beberapa kasus, kehadiran sukarelawan dapat membantu pihak yang lebih lemah untuk membalikkan keadaan."

"Tetapi ada harga yang harus dibayar, yakni dengan meningkatnya tingkat kekerasan yang berimbas ke kehidupan warga sipil,” tambahnya.

Ukraina mengklaim ada 20.000 lebih permintaan sukarelawan dari 52 negara berbeda.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Rusia mengungkapkan bahwa sekitar 16.000 pejuang dari Timur Tengah siap berangkat ke Ukraina untuk mendukung tentara Rusia.

Daniel Byman, seorang rekan senior di Brookings Institution, berpikir jumlahnya mungkin bisa "meningkat".

“Saya pikir hanya sejumlah kecil sukarelawan asing yang hadir di Ukraina."

"Di antara mereka, hanya sedikit yang memiliki pengalaman tempur nyata. Kekuatan ini tidak cukup untuk mengubah gelombang perang."

Baca Juga: Sebut 103 Anak Kecil Meninggal Dunia Selama Perang Rusia Ukraina, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky Tak Akui Serangan Ukraina dengan Rudal Balistik ke Wilayah yang Dibebaskan Putin Ini

Baca Juga: Tak Tinggal Diam Drone Ukraina Buatan Turki Hancurkan Peralatan Militernya, Rusia Gunakan Drone Forpost-R Buatan Israel untuk Luncurkan Serangan Udara

"Kendala bahasa adalah masalah besar,” kata Daniel Byman.

Menurut Daniel Byman, tidak baik sukarelawan asing datang ke Ukraina, terlepas dari pihak mana yang mereka pilih untuk membantu.

Sebuah studi baru-baru ini oleh Warontherocks menunjukkan bahwa mayoritas sukarelawan asing cenderung lebih kejam dari biasanya.

Di medan perang, mereka mudah mengungkapkan pemikiran ekstremis, melakukan kekejaman bahkan menjadi penjahat perang.

“Tentara asing cenderung menampilkan kekerasan yang luar biasa di medan perang."

"Kehadiran mereka mendorong jatuhnya korban yang lebih tinggi dan mereka sendiri juga rentan terhadap kematian."

"Bagaimana jika beberapa tentara asing yang pergi ke Ukraina memiliki hubungan dengan kelompok teroris ekstremis?”, komentar Raffaello Pantucci, dosen di Pusat Studi Internasional S. Rajaratnam (Singapura).

Sementara ribuan tentara asing menuju Ukraina, banyak dari mereka yang menghadapi konsekuensi hukum yang merugikan di negara asalnya.

Baca Juga: Tak Gentar Disanksi Barat, Putin Sebut Dominansi Politik dan Ekonomi Barat yang Mengglobal Sudah Tak Relevan Lagi, 'Golden Billion Sedang Runtuh'

Baca Juga: 'Tunduk' Berarti Kalah Atau JadiPecundang,Pembelot Rusia Ini Ungkap BagaimanaRezim Putin Sudah Kalah PerangBahkan Jika Rusia Berhasil Merebut Kyiv

Kanada, AS, dan Inggris adalah tiga negara dengan warga paling banyak yang datang ke Ukraina untuk berperang, menurut Reuters.

Warga AS tidak dilarang ikut operasi militer negara lain, kata Departemen Luar Negeri.

Namun, Undang-Undang Kenetralan AS tahun 1974 melarang warga AS untuk terlibat dalam tindakan perang melawan pemerintah asing yang memiliki hubungan damai dengan Washington.

Di Inggris, Menteri Luar Negeri Lizz Truss pernah menyuarakan dukungan bagi warganya untuk pergi ke Ukraina guna membantu pertempuran.

Namun, pengumuman resmi dari Kantor Luar Negeri Inggris memperingatkan konsekuensi buruk jika warga negara ini pergi ke Ukraina untuk berpartisipasi dalam perang.

Undang-Undang Wajib Militer Asing Inggris tahun 1870 melarang warga negara bergabung dengan pasukan asing dalam pertempuran dengan negara yang memiliki hubungan damai dengan Inggris.

Daphne Richemond Barak - profesor di Sekolah Kebijakan Publik, Urusan Luar Negeri dan Strategi (Israel) - mengatakan bahwa hukum internasional menetapkan bahwa sukarelawan asing (terlepas dari kebangsaan) berhak atas status tawanan perang, jika menyerah atau ditangkap.

"Mereka akan diberikan makanan, air dan perawatan medis," kata Profesor Daphne Richemond Barak.

Baca Juga: Sudah Disangkal Mati-matian Tapi Sarangnya Malah Dihantam Rudal Rusia, AS Diam-diam Rekrut Tentara Bayaran untuk Ukraina, Upah Sehari Bisa untuk Beli 2 Motor

Baca Juga: Bak Bocah yang Dibangunkan Paksa saat Sedang Asyik-asyiknya Bermimpi, Zelensky Akhirnya Pilih 'Khianati Balik' Barat, Sampai Sebut Dirinya Kini 'Berakal' karena Ini

Namun, Kementerian Pertahanan Rusia pekan lalu mengatakan bahwa "tentara bayaran" asing yang berperang untuk Ukraina tidak akan menikmati status tawanan perang dan akan dikenakan tindakan kriminal jika mereka tertangkap militer Rusia.

Baca Juga: Situasinya Digambarkan Bak Perang Dunia II Terungkap Pemandangan Neraka yang Terjadi di Eropa Akibat Perang Rusia-Ukraina

Baca Juga: Sulit Dicegat Pertahanan Ukraina, Rupanya Rusia Gunakan Rudal 'Penghindar Radar' Iskander-M untuk Bidik Target dengan Akurasi Tepat, AS Sampai Terperdaya

(*)

Artikel Terkait