Penulis
Intisari-Online.com - Kurang dari 48 jam setelah Rusia mengumumkan invasi kei Ukraina, Presiden Zelensky meminta warga negara asing untuk bergabung dengan "Korps Pertahanan Internasional Ukraina".
Menurut beberapa ahli, tindakan Ukraina ini bisa "menguntungkan dan berbahaya".
Ukraina mengatakan akan mencabut syarat visa dan mengeluarkan paspor untuk tentara asing yang ingin datang dan membantu melawan militer Rusia.
Pada 8 Maret, Menteri Pertahanan Ukraina Oleksiy Reznikov mengatakan bahwa Ukraina menerima lebih dari 20.000 sukarelawan asing yang meminta untuk bergabung dengan tentara Ukraina.
Menurut Zelensky, tentara asing pertama yang datang ke Ukraina sudah ikut berperang.
Banyak ahli memperingatkan bahwa ribuan sukarelawan yang muncul di Ukraina bisa menyebabkan efek negatif jangka pendek dan panjang.
“Konsekuensi yang paling jelas dari keberadaan relawan asing adalah dapat meningkatkan keparahan konflik."
"Mentalitas relawan asing biasanya mendukung pihak yang lebih lemah."
Baca Juga: Seisi Dunia Bisa Bernapas Lega, Pakar Ini Beberkan Prediksi Kapan Perang Rusia-Ukraina Berakhir
Hal itu memperpanjang perang dan menyebabkan jatuhnya lebih banyak korban," kata David Malet, pakar di American University (AS) dan penulis "Foreign Warriors" sebagaimana diwartakan 24h.com.vn, Rabu (26/3/2022).
“Tentu saja, dalam beberapa kasus, kehadiran sukarelawan dapat membantu pihak yang lebih lemah untuk membalikkan keadaan."
"Tetapi ada harga yang harus dibayar, yakni dengan meningkatnya tingkat kekerasan yang berimbas ke kehidupan warga sipil,” tambahnya.
Ukraina mengklaim ada 20.000 lebih permintaan sukarelawan dari 52 negara berbeda.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Rusia mengungkapkan bahwa sekitar 16.000 pejuang dari Timur Tengah siap berangkat ke Ukraina untuk mendukung tentara Rusia.
Daniel Byman, seorang rekan senior di Brookings Institution, berpikir jumlahnya mungkin bisa "meningkat".
“Saya pikir hanya sejumlah kecil sukarelawan asing yang hadir di Ukraina."
"Di antara mereka, hanya sedikit yang memiliki pengalaman tempur nyata. Kekuatan ini tidak cukup untuk mengubah gelombang perang."
"Kendala bahasa adalah masalah besar,” kata Daniel Byman.
Menurut Daniel Byman, tidak baik sukarelawan asing datang ke Ukraina, terlepas dari pihak mana yang mereka pilih untuk membantu.
Sebuah studi baru-baru ini oleh Warontherocks menunjukkan bahwa mayoritas sukarelawan asing cenderung lebih kejam dari biasanya.
Di medan perang, mereka mudah mengungkapkan pemikiran ekstremis, melakukan kekejaman bahkan menjadi penjahat perang.
“Tentara asing cenderung menampilkan kekerasan yang luar biasa di medan perang."
"Kehadiran mereka mendorong jatuhnya korban yang lebih tinggi dan mereka sendiri juga rentan terhadap kematian."
"Bagaimana jika beberapa tentara asing yang pergi ke Ukraina memiliki hubungan dengan kelompok teroris ekstremis?”, komentar Raffaello Pantucci, dosen di Pusat Studi Internasional S. Rajaratnam (Singapura).
Sementara ribuan tentara asing menuju Ukraina, banyak dari mereka yang menghadapi konsekuensi hukum yang merugikan di negara asalnya.
Kanada, AS, dan Inggris adalah tiga negara dengan warga paling banyak yang datang ke Ukraina untuk berperang, menurut Reuters.
Warga AS tidak dilarang ikut operasi militer negara lain, kata Departemen Luar Negeri.
Namun, Undang-Undang Kenetralan AS tahun 1974 melarang warga AS untuk terlibat dalam tindakan perang melawan pemerintah asing yang memiliki hubungan damai dengan Washington.
Di Inggris, Menteri Luar Negeri Lizz Truss pernah menyuarakan dukungan bagi warganya untuk pergi ke Ukraina guna membantu pertempuran.
Namun, pengumuman resmi dari Kantor Luar Negeri Inggris memperingatkan konsekuensi buruk jika warga negara ini pergi ke Ukraina untuk berpartisipasi dalam perang.
Undang-Undang Wajib Militer Asing Inggris tahun 1870 melarang warga negara bergabung dengan pasukan asing dalam pertempuran dengan negara yang memiliki hubungan damai dengan Inggris.
Daphne Richemond Barak - profesor di Sekolah Kebijakan Publik, Urusan Luar Negeri dan Strategi (Israel) - mengatakan bahwa hukum internasional menetapkan bahwa sukarelawan asing (terlepas dari kebangsaan) berhak atas status tawanan perang, jika menyerah atau ditangkap.
"Mereka akan diberikan makanan, air dan perawatan medis," kata Profesor Daphne Richemond Barak.
Namun, Kementerian Pertahanan Rusia pekan lalu mengatakan bahwa "tentara bayaran" asing yang berperang untuk Ukraina tidak akan menikmati status tawanan perang dan akan dikenakan tindakan kriminal jika mereka tertangkap militer Rusia.
(*)