Find Us On Social Media :

Inilah Sosok yang Nyaris Bikin Bangkrut Indonesia, Korupsi Gila-gilaan, Sampai Keuangan Negara Membengkak, Endingnya Langsung Dipecat Presiden

By Khaerunisa, Selasa, 22 Februari 2022 | 07:10 WIB

Ilustrasi. Ibnu Sutowo - Presiden Soeharto.

Intisari-Online.com - Ramai diperbincangkan warganet belakangan ini, siapa Ibnu Sutowo kakek mertua artis peran Dian Sastro?

Rupanya, Ibnu Sutowo bukanlah orang sembarangan, ia pernah menjadi dokter pemberantas malaria, meniti karier militer, menjadi direktur Pertamina, hingga dipecat karena terlibat korupsi.

Di awal karirnya, Ibu Sutowo merupakan seorang dokter yang bekerja di Palembang dan Martapura.

Mengutip pemberitaan Harian Kompas, Letjan Jenderal (Purn) itu banting stir ke karir militer dengan menjabat sebagai Kepala Jawatan Kesehatan Tentara VIII/Garuda di Sumatera Selatan pada tahun 1946.

Setelah kemerdekaan, Ibnu Sutowo bergabung dalam Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD), tepatnya pada 5 Desember 1946.

Ia diangkat menjadi Direktur PT Permina (Perusahaan Minyak Nasional) yang kemudian berubah nama menjadi Perusahaan Negara (PN) Permina, cikal bakal Pertamina, ketika program dwifungsi ABRI digalakan.

Maka, sejak saat itu Ibnu Sutowo menjalankan tugas dwifungsi sebagai perwira militer aktif sekaligus mengelola perusahaan minyak milik negara.

Karirnya pun melejit, mulai dari diangkat sebagai Menteri Urusan Minyak dan Gas Bumi (1966), Menteri Migas (1967), hingga kemudian ditunjuk sebagai Direktur PT Pertamina (1968-1976).

Baca Juga: Sempat Jadi 'Miliarder' Dadakan, Kini Warga 'Desa Pemborong Mobil' Ngaku Menyesal, Hidup Mereka Malah Makin Menderita Sampai Pakai Cara Ini Untuk Bertahan Hidup

Baca Juga: Pertamina Masih Disorot Atas Kebakaran Kilang Minyak Balongan, Indramayu, Inilah Deretan Kasus Kebakaran Kilang Pertamina, Ada dari Plumpang Sampai Mataram

Ibnu Sutowo menjadi Dirut Pertamina pertama atas penunjukkan langsung Presiden Soerharto sebagai pendiri perusahaan minyak nasional itu.

Ia berhasil membuat Pertamina maju dengan konsep production sharing dalam industri minyak Indonesia. Apalagi pada tahun 1973, harga minyak dunia melonjak hingga 400 persen.