Intisari-Online.com - Sudah menjadi rahasia umum bahwa Rusia tengah berkonflik dengan Ukraina.
Bahkan Amerika Sertikat (AS) menyatakan konflik Rusia dan Ukraina ini akan terjadi dalam beberapa hari ke depan.
Namun di tengah situasi panas konflik Rusia dan Ukraina, mendadak Rusia mengirim kapal perang dan kapal selam ke Asia.
Apa yang terjadi?
Dilansir dari 24h.com.vn pada Kamis (17/2/2022), Rusia mengirim armada besar kapal perang dan kapal selam Rusia ke perairan Jepang.
Hal itu dikonfirmasi oleh Kementerian Pertahanan Jepang.
Menurut Kementerian Pertahanan Jepang, ada 24 kapal perang dan kapal selam Rusia yang datang.
Itu semua karena mereka sedang melakukan latihan militer ekstensif di Laut Jepang dan Laut Okhotsk, di utara Hokkaido.
Armada kuat Rusia termasuk kapal selam, kapal perusak, dan fregat.
"Latihan militer Rusia bergerak bersamaan dengan aktivitas pasukan Rusia di dekat perbatasan Ukraina," kata Menteri Pertahanan Jepang Nobuo Kishi.
Akan tetapi latihan militer ini ditanggapi berbeda oleh James Brown, seorang profesor hubungan internasional.
Menurutnya, skala dan intensitas operasi militer ini sangat tidak biasa."Saya pikir Rusia mengirim pesan pencegahan ke Jepang, serta menunjukkan kekuatan bersama ke Amerika Serikat (AS) dan sekutunya," kata Brown.
Sementara Toshimitsu Shigemura, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Waseda, mengatakan kegiatan armada Rusia dimaksudkan untuk memperingatkan Tokyo.
"Ini adalah langkah untuk mengirim pesan kepada Jepang," kata Shigemura.
"Mereka seperti mengatakan bahwa Tokyo tidak boleh bergabung dengan AS di Ukraina dan kemungkinan sanksi ekonomi terhadap Rusia."
Diketahui Jepang menyuarakan dukungannya untuk Ukraina.
Bahkan mereka berencana untuk mendukung Ukraina dengan pinjaman sebesar 100 juta Dollar AS.
Selain itu, Rusia dan Jepang masih belum sepakat terkait masalah kedaulatan atas Kepulauan Kuril, di utara Hokkaido.
Jepang ingin merebut kembali empat pulau yang paling dekat dengan Hokkaido, tetapi Rusia menolak.
Sehingga Rusia telah mengirimkan sejumlah besar peralatan militer ke Kepulauan Kuril, terutama rudal anti-kapal.