Jet tempur ini telah dijual seharga 240-260 juta Dollar AS per unit.
Dinilai terlalu mahal dan skala produksi Rafale yang sangat kecil, Rafale rupanya telah kehilangan sebagian besar tawaran ekspornya karena beberapa hal.
Misalnya dari Korea Selatan dan Singapura yang memilih F-15 yang kuat.
Atau Mesir yang menolak tawaran batch Rafale kedua dan memilih Su-35.
Brasil, Oman, Maroko, Uni Emirat Arab, dan Kuwait juga menolak jet untuk desain menengah atau ringan lainnya.
Akhirnya mereka lebih memilih F-16 dan F-18.
Untuk kegagalan tawaran Maroko, Menteri Pertahanan Prancis Herve Morin mengklaim bahwa penyebabnya adalah kecanggihan dan biaya pesawat yang berlebihan.
Libya juga, yang pernah mempertimbangkan untuk memperoleh Rafale sebelum perang pecah di negara itu pada tahun 2011, dilaporkan menolak pesawat tempur itu demi Su-30.
Alasannya lebih hemat biaya, jauh lebih berat, dan lebih mampu yang direncanakan untuk dipesan.
Kegagalan paling menonjol dalam upaya Prancis untuk mengekspor Rafale terjadi pada 2018.