Find Us On Social Media :

‘Kegilaan’ Ibrahim I Sultan Kekaisaran Utsmaniyah, Karena Trauma Coba Alihkan Kesenangan Duniawi dengan 280 Selir, Lalu Perintahkan Semua Selirnya Ditenggelamkan, Begini Akhir Hidupnya

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 8 Februari 2022 | 13:20 WIB

Kisah Ibrahim I, sultan Kesultanan Utsmaniyah.

Ibrahim pun segera menjadi ayah dari tiga sultan di masa depan, yaitu Mehmed IV, Suleyman II, dan Ahmed II.

Menurut beberapa sumber, Ibrahim terobsesi dengan wantia yang lebih bear, dan dia akan mengarahkan petugasnya untuk menemukan wanita paling gemuk di kerajaannya untuk menjadikannya selir.

Ibrahim, dalam beberapa sumber, dikatakan telah menenggelamkan 280 selir haremnya di Bosphorus.

Setidaknya salah satu selirnya, Turhan Sultan, seorang gadis Rus (dari daerah sekitar Ukraina modern) yang datang ke Kekaisaran Ottoman sebagai budak yang dijual oleh budah Nogai, selamat dari perintahnya.

Baca Juga: Kisah George III, Raja Gila dari Kerajaan Inggris yang Lahir Prematur hingga Kegilaannya yang Kumat-kumatan Membuatnya Lemah dan Buta

 Baca Juga: Kisah Ludwig II, Raja Gila dari Kerajaan Bavaria yang Terlilit Hutang karena Kecintaannya pada Seni, Nekat Mengakhiri Hayat dengan Cara Tak Wajar Ini

Gangguan harem membuat Kosem Sultan mendapatkan kekuasaan dan memerintah atas namanya, hingga dia menjadi korban ketidaksenangan Sultan dan meninggalkan Istana Kekaisaran.

Ibrahim sendiri di bawah pengaruh selir dan favorit seperti penipu yang berpura-pura menyembuhkan penyakit fisik Sultan, bahkan memperkaya diri mereka dengan suap dan merebut kekuasaan untuk mengamankan eksekusi Wazir Agung ara Mustafa.

Pada tahun 1644, mulailah perang panjang dengan Venesia yang berlangsugn selama 24 tahun, namun Kreta tidak sepenuhnya jatuh di bawah dominasi Utsmaniyah sampai tahun 1669.

Dengan kroni-kroninya yang berkuasa, Ibrahim cenderung boros tidak terkendali, dia mengangkat delapan selir ke posisi yang disukai haseki (permaisuri kerajaan), memberikan masing-masing kekayaan dan tanah.

Eksekusi

Ketidakpuasaan massal kemudian terjadi karena blokade Venesia di Dardanelles, yang menciptakan kelangkaan di ibu kota, dan pengenaan pajak berat selama ekonomi perang untuk membayar keinginan Ibrahim.