Sering Terjadi Gempa dan Gunung Meletus pada Masa Pemerintahannya, Inilah Kertawijaya, Raja Majapahit Ketujuh, Benarkah Penggantinya adalah Orang yang Membunuhnya?

K. Tatik Wardayati

Penulis

Intisari-Online.comKertawijaya atau Dyah Kertawijaya adalah raja Majapahit yang memerintah dari tahun 1447-1451 dengan gelar Sri Maharaja Wijaya Parakramawardhana.

Dalam Kitab Pararaton, disebutkan bahwa Kertawijaya adalah putra dari Wikramawardhana dari selir.

Sebelum menjadi raja Majapahit, Kertawijaya pernah menjadi Bhre Tumapel, menggantikan kakaknya yang meninggal awal tahun 1427.

Kemudian Kertawijaya naik takhta Kerajaan Majapahit menggantikan Suhita pada tahun 1447.

Di masa pemerintahannya ini sering terjadi gempa bumi dan gunung meletus, juga peristiwa pembunuhan penduduk Tidung Galating oleh keponakannya, yaitu Bhre Paguhan, putra Bhre Tumapel.

Dalam naskah-naskah babad dan serat yang sangat populer di masyarakat Jawa, nama raja Majapahit ini adalah Brawijaya.

Alkisah, Brawijaya memiliki permaisuri bernama Ratu Dwarawati dari negeri Campa yang bergama Islam.

Kemudian Brawijaya turun takhta tahun 1478 karena dikalahkan putranya dari selir, yang bernama Raden Patah.

Baca Juga: Dibentuk Setelah Runtuhnya Kerajaan Majapahit, Inilah Sejarah Kerajaan Gianyar, Bermula dari Buronnya Anak Raja Tampan yang Bikin Kepincut Istri Raja Lain di Pulau Bali

Baca Juga: Menurut Mitos Didirikan oleh Raja Majapahit Terakhir, Inilah Sejarah Bangkalan di Pulau Madura dan Legenda Tewasnya Pemberontak Sakti di Ujung Tombak Sakti

Situs makam Putri Campa ditemukan di Mojokerto yang diyakini sebagai istri Brawijaya.

Batu nisan makam tersebut bertuliskan angka tahun 1448, yaitu pada masa pemerintahan Kertawijaya.

Maka timbullah pendapat bahwa tokoh Brawijaya ini identik dengan Kertawijaya.

Dalam bagan silsilah yang ditemukan pada pemakaman Ratu Kalinyamat di Jepara, ditulis nama Kertawijaya sebagai nama ayah Raden Patah.

Sementara, tokoh lain yang juga diidentikkan dengan Brawijaya adalah Bhre Kertabhumi putra Rajasawardhana, yang namanya terdapat dalam penutupan naskah Pararaton.

Sering kali Bhre Kertabhumi disebut sebagai Brawijaya V, sementara Kertawijaya disebut sebagai Brawijaya I.

Namun, identifikasi Kertawijaya dengan Brawijaya berdasarkan batu nisan putri Campa bertentangan dengan prasasti Waringin Pitu (1447).

Dalam prasasti tersebut tertulis nama permaisuri Kertawijaya bukan Ratu Dwarawati, melainkan Jayeswari.

Baca Juga: Didirikan Setelah Runtuhnya Majapahit, Inilah Kerajaan Bangli, yang Berdiri Setelah Penguasa Bali dan Lombok Bagi Kerajaannya Jadi Sembilan

Baca Juga: Disebut ‘Kota Santri’ dan ‘Tiongkok Kecil’ Karena Datangnya Armada Besar Cheng Ho, Inilah Lasem yang Termasuk dalam 12 Wilayah Pusat Majapahit pada Masa Pemerintahan Hayam Wuruk

Menurut kronik Tiongkok dari kuil Sam Po Kong, putri China yang dimakamkan di Mojokerto bukanlah istri raja Majapahit, melainkan istri Ma Hong Fu, seorang duta besar Tiongkok untuk Jawa.

Pada tahun 1451, Kertawijaya wafat, lalu dicandikan di Kertawijayapura.

Kedudukannya sebagai raja Majapahit digantikan oleh Rajasawardhana.

Tetapi hubungan antara Rajasawardhana dengan Kertawijaya tidak disebut secara tegas dalam Kitab Pararaton.

Lalu muncullah pendapat yang mengatakan kalau Rajasawardhana naik takhta setelah membunuh Kertawijaya.

Sementara pendapat lain mengatakan bahwa Rajasawardhana ini adalah putra Kertawijaya yang nama aslinya tercatat dalam prasasti Waringin Pitu sebagai Dyah Wijayakumara.

Baca Juga: Dibangun Sebagai Akibat dari Kejatuhan Kerajaan Majapahit, Inilah Kerajaan Buleleng, yang Berdiri Setelah Dewa Agung Ketut, Penguasa Bali dan Lombok Membagi Kerajaannya

Baca Juga: Dibentuk Setelah Runtuhnya Kerajaan Majapahit, Inilah Kerajaan Karangasem, yang Berdiri Setelah Penguasa Bali dan Lombok Membagi Kerajaannya Jadi Sembilan

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait