Find Us On Social Media :

Hidupnya Bak Roda yang Berputar, Inilah Kisah Pendiri Kerajaan Mataram Islam, dari Bawahan hingga Menjadi Penguasa

By Khaerunisa, Minggu, 23 Januari 2022 | 21:15 WIB

Kisah pendiri Mataram islam. Kiri: Ki Ageng Pemanahan, kanan: Danang Sutawijaya alias Panembahan Senopati.

Intisari-Online.com - Pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Mataram Islam adalah Danang Sutawijaya atau yang dikenal sebagai Panembahan Senopati.

Kisahnya mendirikan Kerajaan Mataram dimulai usai ia dan sang ayah, Ki Ageng Pemanahan, membantu Jaka Tingkir menumpas pemberontakan Arya Penangsang di Kesultanan Demak.

Berkat jasanya, ia dan ayahnya diberi hutan Mentaok (sekarang Kotagede, Yogyakarta) oleh Jaka Tingkir, yang kemudian mendirikan Kerajaan Pajang.

Ki Ageng Pemanahan kemudian membangun tanah tersebut menjadi sebuah kadipaten di bawah Kerajaan Pajang.

Di saat yang sama, Sutawijaya juga diadopsi oleh Jaka Tingkir, yang bergelar Sultan Hadiwijaya, sebagai pancingan karena belum mempunyai keturunan.

Oleh Sultan Hadiwijaya, ia kemudian diberi tempat tinggal di utara pasar hingga dikenal dengan sebutan Raden Ngabehi Loring Pasar.

Pada 1575, Sutawijaya menggantikan posisi ayahnya yang wafat sebagai Adipati Mataram dengan gelar Senopati Ing Ngalaga, yang artinya panglima di medan perang.

Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat, utusan dari Pajang datang ke Mataram untuk meminta kesetiaan Senapati. Namun, permintaan ini tak terwujud.

Baca Juga: Namanya Tak Banyak Dikenal, Keberadaan Kerajaan Tulang Bawang di Nusantara Justru Ada pada Catatan Seorang Biksu China

Baca Juga: Konon Jadi Kunci Kemenangan Tentara Majapahit Taklukkan Kalimantan, Inilah Wong Kalang yang Terpaksa Hidup Lebih Rendah Daripada Kasta Sudra

Saat itu, Senopati justru telah mempersiapkan untuk melepaskan diri dari Kerajaan Pajang.

Akibatnya, Mataram dan Kerajaan Pajang sempat bertempur hingga memaksa Sultan Hadiwijaya mundur.

Sepulang dari perang, Sultan Hadiwijaya sakit dan akhirnya wafat pada 1582.

Upaya Senopati untuk memerdekakan Mataram pun semakin mudah, terlebih lagi Kerajaan Pajang mengalami pergolakan karena perebutan kekuasaan.

Pada 1586, Senopati resmi mengangkat dirinya sebagai raja pertama Kerajaan Mataram Islam dengan gelar Panembahan Senapati Ing Alaga Sayidin Panatagama. Gelarnya tersebut berarti bahwa raja berkuasa atas pemerintahan dan keagamaan.

Sementara gelar sultan baru resmi digunakan oleh penguasa mataram mulai 1641, di masa kekuasaan cucunya, Sultan Agung.

Pada 1587, Pangeran Benawa yang memerintah Kerajaan Pajang meminta agar kerajaannya bergabung dengan Mataram.

Sejak saat itu, Pajang menjadi daerah bawahan Mataram yang dipimpin oleh Pangeran Gagak Baning, adik Panembahan Senopati, sebagai adipati.

Baca Juga: Dari Lakukan Hubungan Terlarang dengan Adiknya Sendiri Hingga Merebut Istri Orang, Inilah Caligula, Kaisar Roma yang Gemar Berpakaian Bak Wanita

Baca Juga: Inilah Sosok Karaeng Galesong, Bangsawan Gowa yang Memburu VOC ke Jawa dengan 9.000 Tentara Gabungan

Di bawah kekuasaan Panembahan Senopati, Kesultanan Mataram dikenal sebagai kerajaan bercorak agraris dengan ibu kota terletak di Kotagede, Yogyakarta.

Selain itu, ia juga menjadikan agama Islam sebagai dasar tata pemerintahannya.

Masa pemerintahan Panembahan Senopati dapat dikatakan sebagai awal kebangkitan Kerajaan Mataram Islam.

Selama berkuasa, Panembahan Senopati mulai memperluas daerah kekuasaan Mataram Islam ke wilayah di sekitarnya.

Upaya untuk melakukan penaklukkan wilayah terus berlanjut hingga ke daerah pesisir utara dan Jawa Timur.

Setelah Demak, Kedu, dan Bagelen berhasil dikuasai, Madiun, Surabaya, Kediri, dan Pasuruan juga tunduk terhadap Mataram.

Panembahan Senopati Wafat saat berada di Desa Kajenar, lalu dimakamkan di komplek Pasarean Mataram, Kotagede.

Wafatnya Panembahan Senopati diceritakan dalam Babad Sangkala, yaitu pada 1601.

Baca Juga: Pernah Coba Meletakkan Bawang Putih di Telinga? Ternyata Cara Ini Punya Manfaat Kesehatan yang Tak Terduga

Baca Juga: Berulang Kali Selingkuhi Suaminya yang Seorang Kaisar Romawi, Messalina Akhirnya Mendapatkan Balasan yang Tragis Meski Sudah Meminta Ampun

(*)