Namun, penguasa Karangasem itu diberi syarat agar kelak I Gusti Oka dijadikan putra mahkota, dan syarat ini diterima oleh I Dewa Karangamla, yang kemudian menjadikan I Gusti Oka sebagai penguasa Karangasem selanjutnya.
Penyerahan kekuasaan kepada I Gusti Oka inilah yang menandai awal mula berdirinya Kerajaan Karangasem.
Lalu, putra tertua yang bernama I Gusti Nyoman Karang menggantikannya sebagai Raja Karangasem kedua.
Sumber lain menyebutkan bahwa I Gusti Nyoman Karang adalah raja pertama dari Kerajaan Karangasem.
Setelah itu, Karangasem dipimpin oleh anaknya yang bernama I Gusti Anglurah Ketut Karang, yang kemudian mendirikan istana bernama Puri Amlaraja atau Puri Klodan.
Keruntuhan Kerajaan Karangasem
Belanda yang kemudian berkuasa di Bali membuat beberapa kerajaan di sana takluk dan tunduk pada pemerintahan kolonial itu.
Demikian pula yang terjadi pada Kerajaan Karangasem, yang akhirnya tunduk pada Belanda pada tahun 1894, ketika itu Kerajaan dipimpin oleh Gusti Gede Jelantik sebagai rajanya.
Status birokrasi Kerajaan Karangasem kemudian berubah menjadi stedehouder atau wakil pemerintah Belanda bersama dengan Gianjar, ini terjadi pada tahun 1906.