Kompak Bersekutu Lawan Amerika Serikat, Persahabatan Rusia-China Terancam Bubar Karena Rusia Tergiur Penjualan Senjata Ke Musuh Utama China di Asia Ini

May N

Penulis

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping menjadi sekutu melawan AS

Intisari - Online.com -Kontes geopolitik dunia saat ini terpusat pada Amerika Serikat (AS) berhadapan dengan China.

Namun China tidak sendirian, jika AS ditemani sekutu-sekutu dari Barat, maka China bersekutu dengan musuh lama AS, Rusia.

Meski begitu berapa lama persekutuan ini bertahan?

Rupanya, kesepakatan penjualan senjata yang baru saja disepakati Rusia ini menguji 'persahabatan' antara Rusia dan China.

Pada 26 Januari, perayaan Hari Republik di India akan dirayakan dengan parade dan pertunjukan spektakuler oleh pasukan bersenjata India.

Unjuk kekuatan New Delhi tahun ini ternyata akan diawasi dengan seksama oleh China, bahkan mungkin tanpa 'meleng'.

Hal ini karena China dan India juga tengah dalam konflik tegang yang awalnya meledak dalam ketegangan bersenjata sepanjang batas Himalaya pada Mei 2020 lalu.

China mungkin secara provokatif mendahului parade India pada 29 Desember lalu.

Baca Juga: Militernya Paling Kuat dan Kaya di Seluruh Dunia, Siapa Sangka Amerika Serikat Malah Kalah dari Pasukan Tak Dikenal Besutan Vladimir Putin dan Xi Jinping Ini, Inilah Pasukan Hibrida Rusia dan China

Baca Juga: Sekutu Dekatnya Makin 'Mesra' dengan China, Amerika Buru-buru Peringatkan Israel Tentang Hal Ini

Saat itu China secara resmi "menstandarisasi" ejaan 15 tempat; 8 desa, 4 pegunungan, 2 sungai dan 1 jalur pegunungan, di wilayah timur laut provinsi India, Arunachal Pradesh.

Dengan hal ini China memberi nama bernuansa China bagi tempat-tempat tersebut.

China mengklaim hampir 90% dari Arunachal, yang mereka sebut sebagai Zangnan, atau Tibet selatan, mengutip dari Asia Times.

Namun saat ketegangan memuncak antara dua negara raksasa Asia itu, Rusia malah diam-diam terlibat dalam ketegangan itu.

Rusia duduk diam di tengah ketegangan paling horor sepanjang sejarah ketegangan Himalaya selama berpuluh-puluh tahun lamanya.

China dan India adalah pembeli utama dari peralatan militer Rusia.

Ini artinya dalam konflik bersenjata apapun terjadi di perbatasan kedua negara, senjata-senjata mematikan akan terus dikirim dari Moskow.

Skenario ini akan menempatkan hubungan China-Rusia dalam kondisi yang sulit.

Baca Juga: Terus Pepet India, Prancis Kini Tawarkan 'Mesin Pembunuh' Tank Tempur Leclerc pada India Setelah Tawarkan Jet Tempur Rafale hingga Kapal Selam

Baca Juga: Terlihat Ganas Bisa Kerahkan Ribuan Pasukan Plus Senjata Militer Untuk Hancurkan Ukraina, Siapa Sangka Aslinya Rusia Sedng Dalam Kondisi Mengerikan Ini

Bahkan bisa-bisa menciptakan narasi Perang Dingin Baru dengan Moskow dan Beijing di satu sisi dan Washington serta sekutunya di sisi lain.

Rusia dan China telah membentuk kemitraan strategis luas yang telah semakin bertambah dalam di beberapa tahun belakangan mengingat keduanya sama-sama melawan AS di Asia-Pasifik dan Timur Tengah.

Namun ikatan strategis warisan Rusia yang ditanggung oleh kesepakatan senjata yang menguntungkan dengan sekutu dan mitra yang ditempa selama Perang Dingin sebelumnya, dan yang sekarang secara terang-terangan atau sebagian melawan berbagai ambisi China bisa membatasi betapa dekat Beijing dan Moskow bersekutu dalam Perang Dingin Baru.

Kontradiksi ini paling jelas dalam ketegangan di Laut China Selatan antara China dan Vietnam atas wilayah di perairan tersebut serta militerisasi maritim di lokasi itu.

Senjata-senjata Rusia terhitung mengisi 84% total senjata Vietnam dari impor luar negeri.

China tidak bisa menghentikan ini karena kesepakatan Rusia dan Vietnam sudah terbentuk menjadi warisan dari persekutuan lama Vietnam dan Uni Soviet saat keduanya sama-sama komunis melawan AS dan China.

"Dengan ketegangan antara Vietnam dan China di Laut China Selatan meningkat dari pertengahan 1990-an, Rusia menjadi sosok penting dalam modernisasi pasukan bersenjata Vietnam dan bantuan militer Moskow telah membantu mengubah militer Vietnam menjadi salah satu militer paling modern di Asia Tenggara dan pasukan bersenjata kuat, menyediakan Hanoi kekuatan yang setara untuk melawan China," ujar Ian Storey, analis keamanan di Yusof Ishak Institute, Singapura.

Penjualan senjata mewah yang meningkat dari Rusia ke India juga diperhatikan China.

Baca Juga: Mati-matian Disembunyikan Joe Biden, TerkuakAmerika Tidak Ada Pilihan Lain Selain Gunakan Senjata Nuklir, Rupanya Ini yang Buat Negeri Paman Sam Kepanasan

Baca Juga: Dibawa Bersama dengan 175.000 Tentara Siap Tempur Rusia, Inilah Senjata Berbahaya Militer Rusia yang Konon Ledakannya Mirip Bom Atom

Menurut Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), Rusia mengekspor peralatan militer senilai USD 7,53 miliar ke India dari 2015 sampai 2019, sementara impor China untuk senjata Rusia senilai USD 4,76 miliar selama periode yang sama.

Namun seperti yang ditekankan Storey dalam laporan mereka, "Pelanggan tradisional paling penting Rusia, terutama China dan India, berkomitmen mengembangkan industri senjata lokal mereka untuk mengurangi ketergantungan pasokan asing dalam mencapai tingkat lebih tinggi dari kemandirian."

India juga ingin memperluas impor senjata mereka, dengan AS dan Perancis menjadi mitra utama dalam pembelian alutsista itu.

Untuk sebagian hal, Storey juga menulis jika China adalah "sumber utama frustrasi Rusia karena beberapa ekspor senjata China meniru peralatan militer yang awalnya dibeli dari Rusia."

Rusia adalah eksportir senjata terbesar kedua setelah AS, dan saat ini sedang mencari pasar baru yang menguntungkan di Asia Tenggara, di mana banyak negara mencari cara mempersenjatai diri untuk melawan China.

Rusia juga kini menjadi pemasok senjata lebih besar daripada AS di kawasan strategis, dilihat sebagai medan pertempuran utama untuk pengaruh antara Washington dan Beijing.

Menurut SIPRI, dari 2000 sampai 2019 penjualan militer Rusia ke negara-negara Asia Tenggara totalnya mencapai USD 10,7 miliar dibandingkan dengan penjualan militer AS dalam waktu yang sama sebesar USD 7,86 miliar.

Rusia diuntungkan penjualan senjata regional dengan Moskow memelihara mitra baru yang bisa diandalkan, yaitu militer Myanmar.

Baca Juga: Baru Ganti Tahun Masalah Baru Langsung Muncul, Amerika Diprediksi Akan Dibikin Sakit Kepala oleh 3 Negara Musuh Bebuyutannya Ini,Masing-masing Berulah Lakukan Hal Ini

Baca Juga: Mati-matian Disembunyikan Joe Biden, TerkuakAmerika Tidak Ada Pilihan Lain Selain Gunakan Senjata Nuklir, Rupanya Ini yang Buat Negeri Paman Sam Kepanasan

Sementara junta Myanmar menggunakan senjata-senjata Rusia melawan gerakan pro-demokrasi dan pasukan bersenjata etnis, pembelian senjata juga memagari ketergantungan tradisional Myanmar pada China.

Rusia juga meningkatkan penjualan senjata ke Indonesia dan bahkan Malaysia, keduanya merupakan negara yang terlibat konflik dengan China di Laut China Selatan.

Tidak mengejutkan karena "tidak seperti AS dan negara-negara Eropa, Rusia tidak membuat penjualan senjata melibatkan masalah pelanggaran HAM di negara yang membeli senjatanya," tulis Storey dalam penelitiannya.

Peralatan militer Rusia juga lebih murah daripada peralatan militer serupa yang ditawarkan oleh AS dan Eropa, dan tidak seperti eksportir Barat, "Moskow sering menerima pembayaran menggunakan kombinasi mata uang dan penjualan barter, termasuk komoditas," tulisnya.

Baca Juga: Dijuluki Negara dengan Segudang Senjata Militer, Terkuak Ini Dia 5 Senjata Militer Milik Rusia yang Paling Diburu oleh Dunia, Apa Saja Ya ?

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait