Penulis
Intisari-Online.com - Ketika dihadapkan pada hubungan dengan dua negara besar yakni Amerika Serikat (AS) dan China, Israel merasakan dilema besar.
AS merupakan sekutu dekat Israel yang selalu mendukung langkah Israel dalam banyak hal.
Di sisi lain, Israel membutuhkan China untuk mendorong perekonomian di negaranya.
Dalam proyekTel Aviv Light Rail kali ini, Israel pun kembali dihadapkan pada pilihan yang berat.
Pemenang tender Tel Aviv Light Rail, salah satu yang terbesar dan paling kompleks dalam sejarah Israel, awalnya dijadwalkan akan diumumkan pada bulan Juni.
Tetapi sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan NTA Metropolitan Mass Transit System, perusahaan yang didanai pemerintah bertanggung jawab untuk merancang dan membangun kereta api ringan tersebut, kemungkinan akan membuat keputusannya dalam beberapa minggu mendatang.
Sebagian besar kelompok yang bersaing untuk kesepakatan bernilai miliaran dolar itu adalah termasuk perusahaan-perusahaan China, melansir The Jerusalem Post, Rabu (6/1/2022)
Awal pekan ini, seorang pejabat tinggi diplomatik Israel mengatakan bahwa Israel akan memberi tahu pemerintah AS tentang kesepakatan besar apa pun dengan China.
Terutama kesepakatan di bidang infrastruktur dan teknologi, dan akan mempertimbangkannya kembali atas permintaan Washington.
Kebijakan itu muncul di tengah peringatan AS bahwa investasi China dapat menyebabkan pelanggaran keamanan.
Kabinet keamanan dan Kementerian Pertahanan, Keamanan Publik dan Luar Negeri telah terlibat dalam diskusi tentang bagaimana Israel harus bertindak ketika ketegangan antara Washington dan Beijing sedang meningkat.
Berulang kali menolak perusahaan China dapat menyebabkan krisis besar bersama Beijing dan melihat China, mitra dagang terbesar ketiga Israel, memutuskan hubungan ekonomi.
Namun, jika sebuah grup termasuk perusahaan China memenangkan tender, berita tersebut dapat merenggangkan hubungan dengan pemerintahan Biden.
Pejabat senior diplomatik mengatakan pada hari Senin, jika harus memilih salah satu pihak, Israel berada di pihak Amerika dan tidak akan bertengkar dengan Washington mengenai China.
Tetapi, Israel akan lebih memilih untuk tetap berada di bawahbatas sehingga tidak kehilangan bisnis dan investasi dari China.
Salah satu kelompok yang bersaing untuk kesepakatan kereta ringan termasuk Perusahaan Konstruksi Kereta Api China.
Salah satu anak perusahaannya, China Civil Engineering Construction Corp., menggali Terowongan Gilon di Utara pada tahun 2014 dengan biaya sekitar $200 juta.
Mereka juga bekerja sebagai subkontraktor pada proyek Terowongan Carmel dengan biaya sekitar $150 juta pada tahun 2010, dan selama beberapa tahun terakhir, telah bekerja di Jalur Merah Tel Aviv Light Rail dengan dana $500 juta.
Presiden AS Joe Biden mengeluarkan perintah eksekutif pada bulan Juni yang melarang perusahaan-perusahaan ini menerima investasi AS, karena dicurigai memiliki hubungan dengan industri pertahanan China.