Peristiwa ini berawal dari rencana perkawinan politik antara Raja Hayam Wuruk dengan Dyah Pitaloka Citraresmi, putri raja Sunda, Prabu Linggabuana.
Hayam Wuruk mengirimkan surat kehormatan kepada Linggabuana untuk melamar putrinya dan menyatakan pernikahan akan dilangsungkan di Majapahit.
Meski Linggabuana sebenarnya keberatan dengan lokasi pernikahan itu, tetapi ia tetap berangkat bersama rombongan ke Majapahit.
Rombongan Linggabuana diterima dan ditempatkan di Pesanggrahan Bubat.
Baca Juga: Coba Gosokkan Mentimun pada Siku dan Lutut Selama 15 Menit, Hasilnya Akan Bikin Anda Terkejut
Bukan pernikahan yang terjadi, justru sebuah peperangan pecah dipicu oleh tindakan Gajah Mada.
Gajah Mada yang berambisi menguasai Kerajaan Pajajaran (Sunda) demi memenuhi Sumpah Palapa, menganggap kedatangan rombongan Sunda sebagai bentuk penyerahan diri.
Ia pun mendesak Hayam Wuruk untuk menerima Dyah Pitaloka bukan sebagai pengantin, tetapi sebagai upeti.
Hal itulah yang memicu perselisihan antara pihak Sunda dengan Gajah Mada.