Intisari-online.com - Saat ini China dikenal sebagai salah satu negara yang gemar memberikan utang ke pada negara lain.
Selain itu, rupanya tradisi utang ke China sudah ada sejak zaman Majapahit, ini tertuang dalam catatan Dinasti Ming, yang ditulis oleh Ma-Huan.
Catatan tersebut, berjudul Yingyai Shenglan.
Ma-Huan sudah beberapa kali mengunjungi Majapahit, salah satunnya bersama Laksamana Cheng-Ho, yang diutus oleh kerajaan.
Sementara utang China, dimulai pada masa Perang Paregreg Tahun 1406, di mana MajapahitTimur dipimpin Bhree Wirabhumi, melawan Majapahit Barat Prabu Wikramardhaa dari Majapahit Barat.
Dalam peperangan itu China mendatangi dua kerajaan tersebut, sebagai tamu.
Pada saat perang berkecamuk, Majapahit Barat lebih kuat daripada Timur, sehingga mengalahkan Timur, dan menduduki istana.
Alhasil, beberapa tamu dari China pun ikut terbunuh dalam penyerangan tersebut.
Namun, Bhree Wirabhumi mencoba melarikan diri, namun ditangkap dan dipenggal oleh Ratu Anggabaya.
Setelah kekalahan Timur, Majapahit menjadi kerajaan kembali dan wilayah Timur kini dikuasai Barat.
Namun, kematian utusan China membuat masalah baru, karena Kaisar China tidak terima.
Sehingga mereka melayangkan gugatan pada Majapahit, sebagai ganti rugi atas kematian utusan mereka.
China meminta Majapahit, membayar hingga 60.000 tahil emas, kepada China.
Majapahit, kala itu baru saja menyelesaikan konflik tentu tidak memiliki uang cukup untuk membayar denda.
Dengan demikian, Majapahit pun harus berutang pada China dan membayarnya dengan cara mengangsur.
Menurut catatan, 60.000 tahil emas, sama halnya dengan sekitar 2 juta gram emas, pasalnya 1 tahilnya bernilai sekitar 35-40 gram emas.
Jika setiap gram emasnya bernilai sekitar Rp938 ribu seperti harga saat ini, maka utang Majapahit tembus, sekitar 1,8 triliun.
Tentu saja jumlah tersebut cukup besar untuk dibayar oleh Majapahit, sedangkan dalam catatan lain, Majapahit disebut hanya membayar 10.000 Tahil emas saja.
Kemudian, Kaisar China saat itu Yong Le, memutuskan tidak menagis sisanya karena ingin membuat Majapahit mau mengakui kesalahannya.