Jadi Satu-satunya Kerajaan Kecil yang Gagal Ditaklukkan Majapahit, Sebenarnya Sekuat Apakah Kerajaan Sunda?

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Sekuat Apakah Kerajaan Sunda?
Sekuat Apakah Kerajaan Sunda?

Intisari-Online.com- Konon kekuasaan kerajaan Majapahit membentang begitu luas, namanya disegani berbagai kerajaan di Asia.

Meski berhasil mempersatukan wilayah Nusantara, Majapahit tidak bisa menguasai Pajajaran atau Sunda yang kecil.

Kerajaan Sunda bukanlah kerajaan lemah.

Pusat pemerintahan atau ibu kota terakhir Pajajaran sebelum hancur oleh pasukan Islam dari Demak dan Banten berada di sebuah kota bernama Dayo.

Baca Juga: Berawal dari Tiruan, Inilah Mata Uang Resmi yang Digunakan Masyarakat Majapahit dalam Perdagangan

Luas Kerajaan Pajajaran hanya sepertiga atau seperdelapan Pulau Jawa.

Para ahli meyakini, Dayo yang dimaksud adalah kawasan yang meliputi Kabupaten Bogor dan Kota Bogor di Jawa Barat saat ini.

Raja memiliki istana yang sangat megah, dibangun dengan 330 pilar kayu setinggi lima depa, dengan ukiran indah di atasnya.

Kemudian pada 1856, Administrator orientalis dan kolonial John Crawfurd (1783-1868), berhasil memecahkan soal misteri lokasi Kota Dayo.

“Buitenzorg (Bogor) adalah ibukota Kerajaan Pajajaran karena ditemukan bekas fondasi istana, banyak sekali puing-puing bebatuan serta prasasti,” jelas Crawfurd.

Baca Juga: Peta Kuno Pulau Jawa Terbongkar, Tunjukkan Pulau Jawa Tebelah Menjadi Dua Bagian, Menunjukkan Kerajaan Sunda dan Majapahit yang Tidak Bersatu Karena Hal Ini

Sedangkan, Amir Sutaarga (1966) menguraikan tentang asal nama Pakuan yang merujuk pada pendapat beberapa ahli.

Lokasi Keraton Pakuan terletak pada lahan lemah duwur.

Yakni di atas bukit yang diapit oleh tiga batang sungai berlereng curam, yakni Cisadane, Ciliwung (Cihaliwung) dan Cipaku (anak Cisadane).

Kemudian, di tengahnya mengalir Sungai Cipakancilan yang ke bagian hulu sungainya bernama Ciawi.

Baca Juga: Jadi Sisa-sisa Masyarakat Terakhir Majapahit, Inilah Suku Tengger yang Layaknya Hidup Bersembunyi untuk Meneruskan Budaya Leluhur Majapahitnya

Pakuan terlindung oleh lereng terjal pada ketiga sisinya, namun di sisi tenggara kota berbatasan dengan tanah datar dan terdapat benteng (kuta) yang paling besar, pada bagian luar benteng terdapat parit yang merupakan bentuk negatif dari benteng tersebut.

Tanah galian parit itulah yang diperkirakan untuk dijadikan bahan pembangunan benteng.

Ibu Kota Pajajaran sempat berpindah-pindah dariGaluh, Pakuan, Saunggalah, Pakuan, Kawali, dan Pakuan.

Ibu kota Pajaran dibagi ke dalam dua bagian, yaitu Kota bagian Dalam dan Kota bagian Luar.

Baca Juga: Tersirat dalam Relief Peninggalan Majapahit, Terungkap Ternyata Kehidupan para Wanita pada Zaman Majapahit Disebut Lebih Bebas, Penggambaran ini Jadi Buktinya

Kota Dalam dan Kota Luar dibatasi benteng alam berupa bukit memanjang di sebelah timur.

Struktur Ibu Kota Pajajaran diperkuat oleh sungai alam, parit kecil yang melewati bagian barat keraton, dan benteng buatan di selatan.

Benteng yang berlapis-lapis ini dibuat untuk menangkis serangan pasukan Islam dari luar (Demak, Banten, dan Cirebon).

Wilayah Sunda, khususnya Kerajaan Sunda merupakan wilayah yang unik bagi Majapahit.

Disebutkan bahwa Mahapatih Gajah Mada sampai enggan untuk menyerang secara militer.

Baca Juga: Pantas Saja Jadi Kerajaan Terkuat yang Pernah Ada, Ternyata SeginiBanyak Kapal PerangBuatan Majapahit, Lebih Banyak dari Jumlah Kapal Angkatan LautIndonesia Sekarang!

Padahal wilayah Sunda merupakan bagian yang dibidik oleh Gajah Mada supaya sumpahnya untuk menyatukan Nusantara terwujud.

Sunda merupakan kerajaan sendiri yang bebas dan tak layak untuk ditaklukkan secara militer.

Hal itu didasarkan pada temuan Prasasti Raja Sri Jayabhupati dari abad 11 yang di dalamnya disebut terdapat gelar yang mirip Airlangga.

Konon, raja-raja Sunda masih keturunan dari Jayabhupati yang masih berkerabat dengan penguasa di Jawa bagian timur.

(*)

Artikel Terkait