Berawal dari Tiruan, Inilah Mata Uang Resmi yang Digunakan Masyarakat Majapahit dalam Perdagangan

Khaerunisa

Penulis

Berinteraksi dengan wilayah kekuasaan lain, rupanya masyarakat Majapahit juga memiliki mata uang resmi.

Intisari-Online.com - Dalam hal perekonomian, Majapahit dikenal sebagai kerajaan besar yang bercorak agraris dan perdagangan.

Bahkan, disebut-sebut puncak kejayaan Bahari di Nusantara berhasil dicapai pada zaman kerajaan ini.

Pemilihan lokasi kerajaan oleh pendirinya, Raden Wijaya, yaitu yang berada di daerah Tarik di kawasan Sungai Brantas mendukung konsep kerajaan besar bercorak agraris dan maritim tersebut.

Benar saja, kondisi alam di sekitar kawasan kerajaan yang sangatlah subur membuat komoditas pertanian Majapahit sangatlah melimpah.

Baca Juga: Bukan dengan Senjata Tradisional Seperti Pusaka Keris dan Tombak, Rupanya Senjata Inilah yang Jadi Andalan Majapahit, Saking Ngerinya Belanda sampai Bertekad Memusnahkannya

Dalam jurnal yang berjudul Canggu: Pelabuhan Sungai Masa Majapahit Abad XIV-XVI karya Mawardi Purbo Sanjoyo, dituliskan jika Majapahit bisa memanen padi sebanyak dua kali dalam kurun waktu satu tahun.

Selain padi, Kerajaan Majapahit juga memiliki komoditas lainnya berupa semangka, kelapa dan manggis.

Tanah yang subur menjadi faktor utama Majapahit menjadi kerajaan besar bercorak agraris, sementara kesuksesan perdagangannya tidak terlepas dari kekuatan maritim yang dimilikinya.

Bukan hanya di Nusantara, jangkauan perdagangan Majapahit juga terkenal di kawasan Asia Tenggara bahkan China.

Baca Juga: Pengertian dan Contoh Pelanggaran HAM, Ada Pelanggaran HAM Ringan dan Berat

Berinteraksi dengan wilayah kekuasaan lain, rupanya masyarakat Majapahit juga memiliki mata uang resmi yang dikenal sebagai gobog.

Nusantara dan beberapa wilayah di Asia Tenggara yang pada abad ke-13 telah menjadi bagian dari kekuasaan Majapahit, memberlakukan gobog sebagai mata uang resmi dalam proses perdagangannya.

Tebal uang gobog sekitar 2-6 mm, diameter 29-86 mm, dan berat antara 16-213 gram.

Anthony Reid mengungkap persebaran kepeng dan gobog di Asia Tenggara sebagai mata uang yang berlaku untuk jual beli.

Baca Juga: Kepergok Luncurkan Roket ke Luar Angkasa dan Ancam Seluruh Dunia dengan Nuklir, Polah Iran Ini Berhasil Membuat Amerika Ketar-ketir, 'Kami Tak Takut Lagi!'

Ia menulisnya dalam bukunya berjudul Southeast Asia in the Age of Commerce, 1450-1680: The lands below the winds, terbitan tahun 1988.

"Beberapa ahli akan menyebut bahwa uang tersebut hanya tersebar secara lokal, tapi nyatanya tidak demikian," tulisnya.

Reid menjelaskan bahwa beberapa koin gobog juga ditemukan di wilayah Bali, tempat di mana Majapahit berkembang juga di sana.

Bukti kuat lainnya, adanya temuan gobog di wilayah Pattani. "Gobog ditemukan juga di wilayah Pattani (Thailand), meskipun masih belum pasti fungsi dan penggunaannya," pungkas Reid.

Baca Juga: Inilah Makna Wawasan Nusantara untuk Kehidupan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Digunakan masyarakat Majapahit sebagai mata uang resminya, asal-usul uang gobog disebut bermula dari uang yang dibawa oleh para pedagang China, bernama "kepeng".

Gobog kemudian menggantikan Kepeng, yang sempat menjadi alat tukar resmi untuk perdagangan di Nusantara. Keduanya memiliki kemiripan.

Seperti yang dipaparkan Hutomo Putera dalam skripsinya, berjudul Pola Keletakan Ragam Hias Pada Mata Uang Koin Masa Klasik: Koleksi Museum Nasional, tahun 2011.

"Majapahit sebagai imperium yang berkuasa saat itu, mengeluarkan mata uang yang dinamai gobog.

Baca Juga: Tersirat dalam Relief Peninggalan Majapahit, Terungkap Ternyata Kehidupan para Wanita pada Zaman Majapahit Disebut Lebih Bebas, Penggambaran ini Jadi Buktinya

"Mata uang yang pada akhirnya muncul menggantikan mata uang kepeng adalah mata uang yang bernama gobog," tulis Hutomo.

"Kesamaan tersebut diperkirakan karena masyarakat Majapahit pada saat itu, memiliki hubungan dan interaksi yang sangat erat dengan pedagang-pedagang Cina yang masuk atau datang ke Nusantara," tambahnya.

Disebut, saat melakukan kontak dagang dengan masyarakat setempat, orang-orang China menggunakan mata uang lokal yang dibawa dari Negaranya dan juga berasal dari berbagai Dinasti, yang mereka sebut dengan kepeng.

Baca Juga: Dijuluki Pendiri Komunis China, Sosok Pemimpin Pertama China Ini Malah Dihujat Kala Foto Senyumannya Disebarkan, Konon Sebabkan 40 Juta Orang Tewas di Bawah Pemerintahannya

Tingginya permintaan uang kepeng di Jawa, memicu penyelundupan dari Tiongkok.

Selain itu, dilakukan juga pembuatan tiruannya dari logam campuran (perak, timah, timbal, dan tembaga).

Di Jawa, uang tiruan itu disebut gobog dengan lubang persegi di tengah-tengah dan garis tengah yang lebih besar.

"Dari segi bentuk dan ukuran, mata uang gobog ini tidak lagi berbentuk potongan-potongan logam, melainkan sudah memiliki bentuk sempurna dan juga memiliki ukuran yang cukup besar, sehingga tidak mudah jatuh atau hilang," imbuh Hutomo.

Baca Juga: Dijuluki Pendiri Komunis China, Sosok Pemimpin Pertama China Ini Malah Dihujat Kala Foto Senyumannya Disebarkan, Konon Sebabkan 40 Juta Orang Tewas di Bawah Pemerintahannya

"Hiasan gambar manusia yang terdapat pada tubuh koinnya memiliki bentuk menyerupai wayang kulit," lanjutnya.

Itu dibuat sebagai identitas khas yang melekat dengan budaya Majapahit, wayang sebagai simbol kebudayaannya.

Bentuk wayang yang terdapat pada koin, menggambarkan kehidupan masyarakat Majapahit pada masa itu seperti penggembala sapi, nelayan, peternak, pertapa, pemburu banteng, penenun, bangsawan dan para pengiringnya, dan lain-lain.

Sementara itu, Supratikno Rahardjo dalam Peradaban Jawa yang terbit pada 2011, menyebut bahwa gobog juga digunakan sebagai jimat atau benda yang dikeramatkan, utamanya di wilayah luar Jawa dan wilayah Asia Tenggara.

Baca Juga: Menimpa Bocah SD yang Dijual oleh Pacar Sendiri, Waspadai 'Grooming', Modus Pelecehan pada Anak yang Bisa Berawal Hanya Lewat Menggelitik Badan atau Bergulat

(*)

Artikel Terkait