Intisari - Online.com -Quratulain Rehbar, seorang jurnalis dari Kashmir, memulai tahun baru 2022 dengan tidak biasa, bahkan mengerikan.
Pada 1 Januari, ia bangun melihat dirinya didaftarkan dalam "lelang online".
Fotonya disebarkan tanpa persetujuannya dan diunggah dalam sebuah aplikasi untuk "dijual".
Ia tidak sendirian.
Melansir Al Jazeera, foto-foto lebih dari 100 wanita Muslim termasuk aktris Shabana Azami, istri dari hakim Pengadilan Tinggi Delhi, berbagai wartawan wanita, aktivis dan politikus ada di dalam aplikasi untuk lelang.
Aplikasi itu bernama "Bulli Bai".
Ada juga foto Fatima Nafees, wanita berumur 65 tahun ibu dari murid yang menghilang Najeeb Ahmed, dan pemenang Nobel Pakistan, Malala Yousafzai.
Setelah Juli lalu kasus "Sulli Deals" membuat geger India dengan hampir 80 wanita Muslim "dijual", "Bulli Bai" merupakan upaya kedua yang terjadi dalam rentang waktu kurang dari setahun.
"Baik 'Bulli' dan 'Sulli' adalah kata-kata menghina digunakan untuk wanita Muslim dalam bahasa pergaulan sehari-hari. Namun, kali ini bahasa Punjab digunakan dalam antarmuka 'Bulli Bai' berdampingan dengan English," ujar wartawan Muhammad Zubair dari situs AltNews.
Rehbar, yang sebelumnya melaporkan mengenai lelang "Sulli Deals" pada Juli tahun lalu, mengatakan kepada Al Jazeera ia terkejut melihat fotonya dalam aplikasi tersebut.
"Ketika aku melihat fotoku, tenggorokanku jadi berat, aku merinding di lenganku dan aku mati rasa. Itu sangat mengejutkan dan memalukan," ujarnya.
Sementara sejauh ini tidak ada perdagangan tercatat, aplikasi online itu dikembangkan oleh situs pengembang perangkat lunak terbuka milik Microsoft, GitHub.
Aplikasi itu menurut Rehbar diniatkan "untuk merendahkan dan mempermalukan wanita Muslim yang vokal."
Aplikasi dihapus pada Sabtu kemarin, dengan korban-korban mengatakan antarmuka ekstensi GitHub di "Bulli Bai" mirip dengan yang dipakai di "Sulli Deals".
Sabtu sore, lusinan wanita Muslim lainnya mulai mengunggah amarah mereka di media sosial setelah melihat foto-foto mereka beserta rinciannya dalam aplikasi tersebut.
Di antara mereka adalah ismat Ara, seorang jurnalis di New Delhi.
Ara mengajukan tuntutan kepada Polisi Delhi pada Sabtu lalu melawan "orang-orang yang tidak diketahui" untuk penghinaan wanita-wanita Muslim di media sosial "menggunakan gambar yang dipalsukan dalam konteks yang tidak dapat diterima dan cabul".
Berdasarkan pengajuan kasusnya, sebuah First Information Report (FIR) didaftarkan oleh Polisi Siber Delhi pada hari Minggu, menggunakan berbagai bagian dari KUHP India yang berkaitan dengan mempromosikan permusuhan atas dasar agama, mengancam integrasi nasional dan pelecehan seksual terhadap perempuan.
Menyusul keluhan lain oleh Sidrah, yang fotonya juga muncul di aplikasi, sebuah kasus polisi juga didaftarkan di ibu kota keuangan India, Mumbai, terhadap berbagai akun Twitter dan pengembang aplikasi "Bulli Bai".
Namun, Ara mengatakan dia tidak berharap tentang penyelidikan polisi, ketakutannya berasal dari fakta bahwa penyelidikan di "Sulli Deals" tidak melihat ada penangkapan yang dilakukan bahkan setelah enam bulan.
Fatima Zohra Khan, seorang pengacara yang berbasis di Mumbai yang namanya tercantum dalam kesepakatan “Sulli” dan “Bulli Bai”, juga telah mengajukan pengaduan ke polisi Mumbai tahun lalu.
“Kami tidak mendapat tanggapan dari Twitter, GitHub dan Go-Daddy (perusahaan hosting web) meskipun Polisi Mumbai sendiri meminta mereka untuk mengungkapkan data. Situs web ini menolak untuk membagikan informasi kecuali ada surat perintah pengadilan,” katanya kepada Al Jazeera.
“Sungguh menyedihkan melihat bagaimana para penyebar kebencian ini diizinkan untuk menargetkan wanita Muslim tanpa rasa takut. Pelelangan seperti ini bukan yang pertama kali terjadi,” kata Ara.
“Wanita yang menjadi sasaran adalah wanita vokal yang mengangkat isu-isu Muslim di media sosial. Ini adalah konspirasi yang jelas untuk menutup para wanita Muslim ini karena kami menantang sayap kanan Hindu secara online melawan kejahatan rasial mereka, ”tambahnya.
Selama festival Muslim Idul Fitri tahun lalu, saluran YouTube bernama "Liberal Doge", berbagi foto-foto wanita Pakistan dalam video seksual berjudul "Idul Fitri".
Video dihapus oleh perusahaan setelah kemarahan menyebar.
Beberapa minggu setelah insiden itu, wanita Muslim "dilelang" di Twitter di bawah "Sulli Deals".
Rana Ayyub, seorang penulis kolom The Washington Post di Mumbai mengatakan jika orang-orang "memuja pelecehan yang menarget wanita tanpa dikenali hukum".
"'Bulli Bai' membawa ujaran kebencian di India ke tingkat membahayakan di mana wanita-wanita Muslim secara virtual dilecehkan dan dibuat bebas untuk semua massa fanatik," ujarnya.
“Lelang wanita dari komunitas minoritas ini menunjukkan degradasi moral India dan nilai-nilai konstitusionalnya.”
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini