Penulis
Intisari-online.com -Hana Mohsin Khan mengatakan ia tahu mengapa ia jadi sasaran dalam sebuah situs yang tampaknya menawarkan dirinya untuk dijual.
"Ini semua karena agama saya. Karena saya Muslim," ujar wanita tersebut.
Melansir CNN, awal Juli, pilot dan aktivis feminis berusia 32 tahun itu menjadi salah satu dari lebih dari 80 wanita Muslim: wartawan, penulis dan influencer, yang foto-fotonya diunggah dalam aplikasi ejekan bernama Sulli Deals.
Sulli Deals sendiri adalah istilah menghina bagi wanita Muslim yang biasanya dipakai oleh pria Hindu sayap kanan.
Pengguna ditawari kesempatan untuk 'membeli' wanita layaknya komoditas dalam lelang, dan ketika wanita-wanita ini tidak benar-benar dijual, aplikasi itu membuat mereka takut, trauma dan marah.
Dua bulan kemudian, situs itu sudah ditutup oleh platform AS GitHub, tapi para wanita masih marah karena tidak ada pembuat situs itu dihukum atau ditahan.
Mereka mengatakan kurangnya aksi hukuman menggarisbawahi diskriminasi yang dihadapi oleh wanita Muslim di India yang didominasi Hindu, di mana advokat yang lantang meneriakkan hak wanita malah justru jadi bulan-bulanan media sosial.
Mereka mengatakan mereka menolak untuk dibungkam.
Keluhan Khan adalah salah satu dari setidaknya 4 gugatan yang diberikan kepada polisi India oleh para korban, pembuat hukum dari pihak oposisi dan para aktivis.
Praveen Duggal, pejabat senior untuk polisi Delhi, mengkonfirmasi unit siber India masih menginvestigasi keluhan tersebut, tapi mengatakan ia tidak dapat membagi rincian apapun karena masalah ini 'masalah yang dirahasiakan'.
India memiliki undang-undang menarget kejahatan siber, tapi mereka tidak punya hukum tertentu melawan perundungan siber, meskipun banyak terjadi menyerang wanita India.
Khan dan aktivis feminis lain mengatakan mereka ditarget oleh pria yang bersembunyi di balik akun media sosial, yang berupaya mengintimidasi mereka, dan otoritas India tidak berupaya lebih untuk menghentikan pria-pria tersebut.
Ketidaksetaraan gender
Ada dua masalah yang dihadapi wanita India terkait isu ini, yaitu ketidaksetaraan gender dan minoritas Muslim.
India memang terkenal tidak memiliki kesetaraan gender.
Sangat sedikit wanita India menjadi tenaga kerja, dan yang masuk ke bursa kerja hanya bisa mendapatkan uang 20% dari penghasilan pria, menurut laporan World Economic Forum's Global Gender Gap 2021.
Kekerasan terhadap wanita tetap menjadi masalah, dengan lebih dari 1 dari 4 wanita dilecehkan atau dikontrol oleh pasangannya selama hidupnya.
Tidak ada kekerasan atau ancaman eksplisit dibuat terhadap para wanita di aplikasi Sulli Deals, tapi mereka mengatakan publikasi akun Twitter mereka dengan foto diambil dari media sosial mereka menjadi undangan mereka dilecehkan.
Khan memiliki 15 ribu pengikut di Twitter dan secara teratur menerima komentar kebencian, terutama dari pria.
Dia mengatakan volume komentar itu meningkat setelah fotonya beredar di aplikasi tersebut.
"Pria terancam oleh wanita yang asertif di negara kami," ujarnya.
"Dan wanita Muslim yang vokal dan lantang adalah ancaman terbesar di mata mereka."
Dari 580 juta wanita India, 6.5%-nya adalah Muslim, menurut sensus terbaru pemerintah tahun 2011.
Setelah foto 'lelang' itu viral di media sosial, 21 wanita bergabung dalam grup WhatsApp yang mereka buat untuk dukungan sesama, termasuk penyair Nabiya Khan.
Nabiya Khan secara teratur menuliskan prosanya di Twitter untuk memperkuat suara warga terpinggirkan di India, yang ia yakini mendapat perhatian Sulli Deals.
"Pria berpikir kekerasan seksual adalah hukuman yang valid untuk wanita yang vokal," ujar Nabiya Khan.
Ia juga sudah melaporkan kasus ini dengan polisi tapi ia belum mendengar apapun.
"Saya mengharapkan keluhan saya diterima dengan rasa hormat tapi melihat tak ada upaya apapun dilakukan untuk arah keadilan, itu hanya membuat saya marah," ujarnya.
Muslim yang terpinggirkan
Masalah kedua adalah terpinggirkannya umat Muslim di India.
Muslim memang menjadi musuh di India sejak partai PM India Narendra Modi, Bharatiya Janata Party (BJP) memimpin tahun 2014.
Dalam beberapa tahun belakangan, laporan kejahatan kebencian anti-Muslim telah meningkat dan provinsi yang dikuasai BJP telah meloloskan undang-undang yang disebut kritik berkontribusi pada meningkatnya polarisasi agama.
Baca Juga: Tak Hanya Aktif Koarkan Pembantaian Umat Muslim, Kelompok Hindu Ini Juga Gondol Dana Covid-19 di AS
Contohnya, tahun 2019, parlemen India meloloskan undang-undang yang bisa memberikan imigran dari tiga negara kewarganegaraan India, kecuali bagi Muslim.
Bias anti-Muslim juga sangat tampak di pasukan polisi saat ini, menurut survei dari hampir 12 ribu petugas polisi.
Laporan Status of Policing in India tahun 2019 temukan bahwa hampir separuh polisi India yang disurvei beranggapan Muslim 'sangat mudah' melakukan kekerasan.
Zakia Soman, aktivis sosial dan pendiri Pergerakan Wanita Muslim India mengatakan prasangka juga tampak di media sosial, di mana serangan terhadap wanita Muslim telah meningkat dalam beberapa tahun.
"Ada bot berbayar di media sosial yang menarget wanita, wartawan atau siapapun yang vokal di negara ini," ujar Soman.
"Orang-orang konservatif dan radikal terobsesi dengan seksualitas wanita. Dan jika ini tentang wanita dari komunitas lain, wanita dianggap hewan. Anda membicarakan lelang wanita seperti hewan ternak. Ini menunjukkan pemikiran zaman pertengahan."